"Ehem!"
Suara deheman sengaja itu sukses membuat ciuman bibir Meisha dan Bara terlepas. Bara mendengus ketika menyadari kehadiran Alan. Ia bermaksud mengabaikan sahabatnya yang sekarang bersandar di pintu sambil menatap mereka dengan pandangan menggoda.
"Gue ganggu ya?" tanya Alan tanpa dosa.
Wajah Meisha terasa panas karena ternyata ciumannya dan Bara dilihat oleh teman lelaki itu. Untuk mengurangi rasa malunya, Meisha bergegas bangkit dari pangkuan Bara lantas segera menyingkir dari hadapan kedua lelaki itu. Bara yang melihat aksi kabur Meisha itu pun tidak bisa menahan senyum geli.
"Jadi, ceritanya lo sama Meisha udah balikan ya, Bar?" Alan bertanya sembari melangkah menuju kursi yang berhadapan dengan kursi kerja Bara.
"Ya jelas lah. Nggak mungkin Meisha sampai nolak gue," jawab Bara sangat percaya diri. "Sejak dulu, gue udah berhasil menangin hati dia. Ya kali dia nggak mau balikan sama gue yang cakep dan tajir ini?"
"PD lo ketinggian gila! Doi tinggalin lagi baru tau rasa lo!" cibir Alan mengejek.
"Kampret lo SI-ALAN! Nggak bisa ngeliat gue senang banget," rutuk Bara sambil melempar agenda hariannya ke arah Alan.
"Ya iyalah. Soalnya gue juga naksir sama dia kali! Kalo bukan punya lo, udah gue deketin."
"Sayangnya lo telat, Lan. Meisha sepenuhnya udah jadi milik gue. Wanita gue," jawab Bara sambil tersenyum penuh kemenangan. Benar, sekarang bukan hanya hati Meisha yang bisa ia raih, tetapi semua yang ada di diri wanita itu sudah menjadi miliknya.
"Maksud lo apaan njir? Jangan bilang kalo lo udah nyentuh dia?" tanya Alan tidak percaya secepat itu Bara balikan dengan Meisha, dan secepat itu pula berhasil mendapatkan tubuh wanita itu.
"Emang udah," sahut Bara membenarkan.
"Gilaa! Kapan kalian kayak begitu? Terus kok dia mau sih main sama lo?" tanya Alan yang masih tidak percaya.
"Namanya juga cinta, apa yang nggak dikasih coba?"
"Gila!!! Gila!!! Nggak sia-sia lo gagal move on selama ini, kalo pas udah balikan ternyata lo malah langsung dapat keperawanan doi. Gue akuin lo hebat, Bar!" tukas Alan bangga.
"Thanks. Tapi gue nggak dapetin perawannya. Dia udah nggak perawan sebelum main sama gue," ujar Bara terlalu jujur.
"Serius lo, Bar? Berarti Meisha udah pernah berhubungan seksual sama cowok selain lo?"
"Dia ngakunya gitu."
"Anjir. Ternyata Meisha lebih pro dari lo! Lo selama ini ngegalauin dia, eh tau-taunya dia senang-senang sama cowok lain. Pergaulan di luar negeri emang gitu sih, wajar kalo dia udah nggak virgin lagi. Jangankan di luar, di sini aja banyak yang ngelakuin ONS, kita-kita ini contohnya juga udah nggak perjaka lagi."
"Lo udah lama, sedangkan gue baru aja lepas perjaka," koreksi Bara. Sebagai teman lelaki itu, Bara tahu betul kalau setiap wanita yang menjadi kekasih Alan, pastilah pernah diajak ke hotel. Bukan salah Alan sepenuhnya sebab para wanita itu mau dan bersedia disetubuhi tanpa status yang jelas. "Gue percaya banget sama Meisha. Dia nggak kayak gitu," tambah Bara. Meisha bukanlah wanita murahan yang bisa menyerahkan tubuhnya pada sembarang pria.
"Tapi buktinya dia udah nggak perawan bro!"
"Siapa tau aja dia dipaksa atau gimana. Yang jelas gue bakal selalu nerima dia apa adanya kok. Gue nggak bakal ninggalin dia meski tau dia udah nggak perawan sebelum sama gue."
"Yakin lo nggak masalah dapat barang bekas cowok lain? Rugi nggak ngerasain nikmatnya perawan, Bar! Gue bantu cariin mau nggak? Biar lo juga bisa ngerasain main sama yang masih segelan, bro. Nggak usah bilang-bilang sama Meisha, dia nggak bakal tau," ujar Alan mengompori. Ia merasa kasihan karena Bara sudah setia dan menunggu Meisha selama ini tetapi ternyata wanita itu malah sudah tidak perawan lagi. Sahabatnya berhak merasakan yang masih gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Brother
RomanceWarning 21+ Jatuh cinta pada adiknya yang ternyata juga memiliki rasa yang sama, itulah yang terjadi pada Bara. Ia diam-diam memacari adiknya. Tetapi hubungan mereka kandas karena sang adik memutuskannya secara sepihak. Lantas, pergi meninggalkannya...