"Kamu cantik banget, Sayang," puji Mely saat Meisha menghampirinya memakai long dress dengan desain off shoulder yang mempunyai belahan panjang hingga ke paha. Bukan cuma bahu Meisha yang terekspos, tetapi juga kaki jenjang dan mulusnya. Dress tersebut sangat pas menempel di badan Meisha sehingga bisa mencetak jelas lekuk tubuhnya yang memang menggoda. "Beruntung banget laki-laki yang nanti jadi suami kamu," sambung Mely.
Meisha yang mendengar pujian mamanya itu hanya mengulas senyum. Diam-diam dirinya melirik Bara yang ternyata sedang menatap ke arahnya tanpa berkedip. Apakah ia benar secantik itu? Padahal menurutnya biasa saja dan masih banyak perempuan lain yang lebih darinya.
Malam ini Meisha dan Bara akan menghadiri acara pesta ulang tahun salah seorang anak rekan bisnis keluarga mereka. Awalnya Mely sempat mengusulkan supaya Bara membawa pacarnya saja, tetapi Bara beralasan jikalau pacarnya sedang sibuk. Akhirnya sang mama pun menyuruh Meisha yang menemani Bara. Memang begitulah yang Bara inginkan.
"Jagain Meisha ya, Bar. Takutnya ada cowok hidung belang yang pengin godain dia," pesan Mely yang Bara iyakan. Tanpa disuruh sekali pun, sudah tentu Bara akan menjaga Meisha.
"Ya sudah. Sana kalian berangkat. Pulangnya jangan terlalu malam ya."
"Iya, Ma."
Setelah mereka berpamitan, Meisha menatap heran tangan Bara yang terulur kepadanya. Ia takut sikap lelaki itu malah membuat para orang tua curiga. "Sini aku bantuin, daripada kamu susah jalannya," cetus Bara beralasan. Padahal ia memang ingin menggandeng sang kekasih.
"Makasih, Kak," sahut Meisha seraya meraih pergelangan tangan sang pacar usai sempat menatap orang tua mereka yang sepertinya tidak menaruh curiga. Begitu telah memasuki mobil, Bara pun mulai menjalankan mobilnya menuju lokasi pesta.
"Kamu pasti bosan ya, kalo aku bilang kamu tuh cantik banget," ujar Bara ketika mereka masih dalam perjalanan. Meisha tersenyum saat mendengarnya. Ia menyatukan jari-jari tangan mereka. "Kamu juga ganteng banget."
"Oh shit, Baby! Kamu bikin aku nggak tahan," desis Bara yang langsung menghentikan laju mobilnya. Setelah melepas sabuk pengaman, Bara langsung memerangkap Meisha. "Kamu mau ngapain?" tanya Meisha gugup.
"Mau ini, Sayang." Setelah berkata demikian, Bara langsung membungkam bibir wanitanya dengan ciuman intens. Bukan hanya sekadar menempelkan bibir, namun sudah mulai aktif melumat dan menghisapnya erotis.
Meisha hanya bisa pasrah membuka bibirnya dan meladeni ciuman panas Bara. Tangannya terangkat menuju dada bidang lelaki itu agar segera menghentikan ciuman karena mereka harus menghadiri pesta.
"Stop dulu, Bara, nanti dilanjut lagi."
"Rasanya aku pengen makan kamu sekarang juga, Baby," ujar Bara sambil mengecup bibir Meisha kembali. Tetapi hanya sebentar sebab Meisha mendorong dadanya.
"Nanti habis pulang dari pesta 'kan bisa..."
"Bener?"
"Hmn."
Sebenarnya Bara tidak rela mengakhiri yang sekarang terjadi. Tetapi sesudah mendengar perkataan Meisha, ia pun langsung menurut. Bara kembali melajukan mobilnya sedangkan Meisha memperbaiki riasannya.
Wanitanya itu sangat menarik di mata Bara. Setiap gerak-gerik Meisha seolah-olah dapat memacu hasratnya. Seperti sekarang, lelaki itu kesulitan meneguk ludah hanya lantaran melihat gundukan payudara Meisha yang kini bahkan tertutup oleh dress.
"BARA!!!" tegur Meisha ketika tanpa permisi Bara malah meremas payuraranya.
"Aku beneran nggak tahan, Baby. Kita belok ke hotel aja, mau nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Brother
RomantizmWarning 21+ Jatuh cinta pada adiknya yang ternyata juga memiliki rasa yang sama, itulah yang terjadi pada Bara. Ia diam-diam memacari adiknya. Tetapi hubungan mereka kandas karena sang adik memutuskannya secara sepihak. Lantas, pergi meninggalkannya...