thirteen

83 7 0
                                    

Chapter thirteen; Ngelunjak.

Siapa sangka, gue pikir hubungan gue sama Chakra akan berubah dikit, tapi malah makin bikin naik darah. Mentang-mentang dia pernah gue bikinin bekal, sekarang dia semena-mena. Dikit-dikit minta dibawain ini-itu, atau ga minta dimasakin ini-itu. Emangnya gue babu lo apa ?! Kalo ga demi Andra, haduh ga deh. Gue ga boleh nyerah, emang Tuhan ga ngijinin gue untuk kenalan sama Andra semudah itu.

Ini udah seminggu gue bawain Chakra bekal, hari ini dia minta nasi goreng seafood komplit. Gue dibayar kaga, tekor iya! Mana seafoodnya dia pilih yang mahal lagi. Pengen gue gedig aja palanya. Seminggu gue cari muka, ga ada juga batang idung Andra keliatan di hotel. Gue menepok jidat berkali-kali sebelum memberikan bekal ke Chakra. Sekarang gue duduk di dalam ruangan kerjanya, dan dia lagi meeting. Gue seminggu ini udah sembunyi-sembunyi dari anak-anak. Sampe sekarang sih aman, ga ketahuan.

Karena malas menunggu di sofa, meskipun sofanya empuk banget, gue mengelilingi ruangan Chakra. Di meja, gue menemukan foto masa kecil Chakra, Andra, dan keluarganya. Gue mengeluarkan hp dan memotret gambar di bingkai foto. Gue senyum, karena foto ini ga pernah gue liat di internet. Lagi sibuk memandangi foto yang gue ambil, senyuman gue buyar saat mendengar suara Chakra.

"Eh, eh. Mau ngapain kamu ?! Mau nyantet saya, ya ? Apa mau ngutil ?"

Gue berdecih dan memutar mata. "Tuh." Kata gue sambil menunjukkan tas bekal yang gue taruh di meja depan sofa gue duduk tadi.

Chakra mengambil tas bekal dan mengecek isinya. Dia mengangguk dan gue segera menjauh dari meja kerja Chakra. Niat gue keluar dari ruangan ini, tapi Chakra menghentikan langkah gue dengan suaranya.

"Tunggu."

"Apalagi ?" Tanya gue malas.

"Kok ga ada timunnya ?"

Gue menatap Chakra ga percaya. Ni orang banyak mau banget. "Duh, di kebon banyak. Dah, saya mau balik kerja."

"Ga! Saya ga mau makan kalo ga ada timunnya."

"Ya udah kalo ga mau makan!" Gue mendekat dan merampas tas bekal dari tangan Chakra. Tapi Chakra ga mau melepaskan genggaman tas bekal dari tangan dia, alhasil kita tarik-menarik.

"Ga! Ini kan kompensasi kamu karena udah bikin kaki saya cedera."

"Aduh, lebay banget. Gitu doang pake segala minta kompensasi!"

"Ya terus, kemaren kenapa kamu bawain saya bekal ?"

"Ya kan bapak yang minta! Gimana sih, pak ?!"

"Bukan, yang waktu itu."

Gue terdiam dan ga menarik tas bekal lagi.

Duh, mau jawab apa gue ?!

"I-itu...anu, pak."

"Anu apa ?"

"Itu..."

"Apa ?"

"Gimana, ya...itu..."

"Saya awalnya curiga karena saya pikir kamu mau ngeracunin saya. Tapi pas saya coba, ternyata enak juga. Meskipun agak gosong dikit telurnya."

Mata gue berbinar. "Serius ?!" Berarti besok-besok ga bakal malu-maluin dong kalo gue masakkin Andra. Aduh, udah ga sabar mau masakin ayang Andra--

"Hei." Chakra melambaikan tangannya di muka gue. "Kamu ini...jangan-jangan..."

"Apa ?!" Kata gue galak.

"Kamu beneran naksir saya, ya ?"

Gue melotot. "Bapak jangan bikin saya naik pitam, ya!"

"Abisnya, ketemu saya aja kamu dandan, terus saya dibawain bekal." Chakra menaikkan salah satu alisnya. "Udah ngaku aja. Kamu naksir saya, kan ?"

Hubby Selector • PCY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang