four

106 12 0
                                    

Chapter four; Musibah.

Gue menarik nafas panjang, dan berbicara tanpa jeda. "Bapak jadi pacar boongan saya mau gak!"

Dia kaget. "Hah ?"

Gue menarik nafas lagi. "Bapak—"

"Ga!"

"Kan saya belom selesai ngomong ?!"

"Saya udah denger. Saya ga mau! Kalopun saya memang butuh cewe untuk menghindari perjodohan, saya ga mau kamu yang jadi pacar boongan."

"Saya juga ga mau, Pak! Bisa naik darah terus saya tiap ketemu bapak." Gue melengos.

"Ga ada guna saya dengerin kamu disini." Chakra melihat jam di tangannya. "Mending saya pergi dari sini." Chakra melangkahkan kaki, tapi tangannya gue tahan.

"Sebentar, Pak."

"Apa lagi ?"

"Bapak beneran ga mau—"

"Engga!" Chakra melepaskan tangan gue. "Sudah, ya. Saya sibuk." Lalu pergi menjauhi gue.

Ketika melihat Chakra sudah masuk ke dalam mobil dan menjauh, gue teriak. "Chakra sialaaaaan! Siapa juga yang mau sama lo, hah ?! Kalo bukan karena kepaksa, gue juga ga mau sama lo!" Gue menunjuk arah Chakra pergi.

Gue mengacak rambut kesal. "Kenapa si idup gue sial mulu setelah ketemu dia ?!"


-


Chakra's Pov

"Cepet banget pulangnya." Ujar kakek yang sedang menonton tv tanpa menoleh ke arah gue. "Gimana tadi ?" Tanyanya.

Gue melangkahkan kaki ke kamar sambil menjawab pertanyaan kakek. "Datar."

"Tunggu! Tunggu kamu di situ." Kakek menghentikan langkah gue dengan suara lengkingnya. "Ceritain dulu, baru boleh masuk kamar."

Gue berbalik badan menghadap kakek dan melangkah terpaksa, duduk di sofa. "Ketemu cewe freak berkali-kali."

"Apa maksut kamu ?! Kakek kan sudah cari yang terbaik—"

"Iya, semua yang kakek kenalin itu, ga bener semua. Udah ga bisa ngurus waktu, gimana mau ngurus rumah tangga ?!" Ejek gue sambil melipat kedua tangan di dada.

Kakek berdehem. "Kalau gitu, besok-besok—"

"Ga usah." Tolak gue. "Ga usah capek-capek nyari calon lagi. Daripada ketemu sama cewe freak mulu, toh kalau jodoh juga pasti dateng sendiri." Gue beranjak dari sofa dan pergi ke kamar, menjauhi kakek.

"Kapan ?! Tapi kapan ?!" Tanya kakek berkali-kali tapi ga gue gubris.

Gue mendengar sayup-sayup kakek yang mengumpat dari ruang tv.

Gue termenung sesaat lalu mengernyitkan dahi. Kok bisa ada cewe kaya dia ? Perasaan gue ketemu sama dia terus. Apa dia itu naksir sama gue terus dikejer-kejer terus ? Dari sekian banyak cowo kenapa harus gue coba ? Mana dia tadi nawarin gue jadi cowo bohongan, lagi! Kalaupun gue mau cari pacar bohongan, ya gue pilih-pilih juga, kali!

Gue bergidik ngeri. Semoga aja ga ketemu lagi sama dia setelah proyek nanti.

Hhhh dibanding mikirin cewe ga penting itu, lebih baik gue kerja. Gue melangkah ke meja kerja gue dan menyalakan laptop.

Chakra's POV end.


-


Sampai kapanpun gue ga bakal mau cerita sama Hemi kalo gue nawarin Chakra jadi cowo bohongan gue. Bisa dicengin gue sampe kiamat ga abis-abis! Lagian kenapa mulut gue lemes banget, sih ?! Elah, cuma gara-gara ketemu sama cowo pilihan mama yang bukan tipe gue banget itu, otak gue jadi ga bisa mikir jernih.

Hubby Selector • PCY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang