twenty four

66 11 2
                                    

Chapter twenty four; Quality time.

Ga cuma bikin kue, kue kering, sarapan, atau makan malem, Chakra mau apa diturutin sama nyokap gue. Chakra sih ga enakan, tapi nyokap gue maksa kalau misal Chakra mau apa terus nyokap gue siap mau bikinin dia makanan. Beberapa kali nyokap ngomong sama gue berharap kalo jodoh gue itu Chakra. Sampe sekarang, ga ada siapapun yang tau hubungan gue sama Chakra. 

Kali ini, bukan Chakra yang ke rumah, tapi gue yang ke rumah dia. Gue dan nyokap gue berdandan lalu siap-siap menuju rumah Chakra. Gue nyetir gemeteran dikit soalnya mau ketemu sama kakeknya Chakra. Kalo misalnya gue ditolak sama keluarganya, gimana ? Secara dari kelas aja gue udah beda jauh. Takut disiram aer kaya di drama-drama. Sebelum menuju rumah Chakra, nyokap gue udah siap beberapa kue dan kita mampir ke supermarket sebentar untuk beli buah.

Sesampainya di rumah Chakra, Chakra sudah menunggu di depan dengan hp di tangannya. Dia tersenyum ketika melihat mobil gue masuk ke dalam halaman. Chakra membuka pintu, mempersilahkan nyokap untuk keluar kemudian salim. Setelah parkir, gue memberikan Chakra buah-buahan dan nyokap memberikan kue yang sudah dia bikin pagi-pagi buta.

Kakek Chakra dan juga Andra menyambut kedatangan kita ketika Chakra membuka pintu rumah. Gue salim dengan kakeknya dan tersenyum pada Andra. Pinggang gue disenggol Chakra dan dia berbisik. "Jangan ganjen."

Gue menyikut perut Chakra pelan. "Bawel."

Nyokap gue dan Kakeknya Chakra berkenalan singkat. Kemudian kakek Chakra mempersilahkan kita untuk menuju meja makan. Di meja makan udah disiapi beberapa macam makanan mulai dari olahan ayam, daging, seafood, sayur, sampe macam-macam sambel pun ada. Kakek Chakra memamerkan cucunya, Chakra dan Andra, membertitahu kalau merekalah yang membuat semua makanan yang ada di meja. Gue baru tau kalo Andra bisa masak ?

"Dicobain makanan buatan cucu saya. Mungkin tampilannya ga kaya di resto-resto, tapi kalo soal rasa..." Kakek Chakra menunjukkan jempolnya. "Ga kalah sama di resto-resto mahal."

Nyokap gue memuji Chakra dan Andra sebelum dia mengambil beberapa lauk dan mencobanya.

"Gimana makanan cucu saya ? Enak, kan ?" Tanya kakek Chakra ke gue dan nyokap.

Gue mengangguk dan nyokap memberikan pujian pada mereka. Gue jadi berandai-andai. Kalo misalnya gue sama Chakra berjodoh dan kita menikah, berarti yang bakal sering masak si Chakra nih kayanya. 

Setelah makan, kakek Chakra menyuruh beberapa pelayan untuk mengambil piring kotor dan memotong kue yang dibawa nyokap untuk disajikan di atas meja. Kakek Chakra membuka percakapan mulai dari gue yang bisa kenal Chakra dan main ke rumah terus-terusan. Gue jawab karena rekan kerja, bukan karena salah orang pas ketemu calon jodoh. Lalu nyokap gue menimbrung kalau Chakra kemudian bertemu di supermarket dan jadi deket. Chakra pun mengiyakan semua penjelasan gue dan nyokap. Nyokap kemudian sadar kalau Andra adalah idola gue.

"Eh, dia bukannya artis yang kamu suka, kan ?" Tanya nyokap gue.

Gue mengangguk.

Kakek Chakra menepuk pundak Andra. "Cucu kakek tampan semua, kan ?" Tanya dia ke gue.

Gue mengangguk lagi sambil tersenyum malu. Gue mengalihkan padangan dan melihat Chakra yang menatap gue dengan garang. Ya ampun, cemburu, kah ?

Pelayan kemudian membawakan kue yang sudah di potong dan beberapa kue kering di atas meja makan. Kakek Chakra dan Andra mencoba lalu memuji rasa kue bikinan nyokap gue. Untung aja mereka ga ada yang ngide untuk bahas-bahas jodoh. Biasanya kalo pertemuan keluarga begini, hal yang sering ditanyain adalah 'udah punya pacar belum' atau ga 'gimana kalau sama cucu kakek, kamu mau ga'.

Lima belas menit kemudian Andra pamit karena sibuk dengan jadwalnya. Nyokap dan Kakek Chakra pindah ke sofa, mengobrol. Sedangkan gue, ngintilin Chakra ke studionya. Gue ga pernah tau kalo Chakra punya studio di dalam rumahnya.

"Memangnya lo bisa main alat musik ? Sok-sokan banget punya studio."

"Ih, awas aja nanti pas kamu tau kalo saya jago main musik." Kata dia menyindir.

Chakra membuka studionya dan gue takjub karena di dalam studionya ada beberapa alat musik dan layar-layar yang terhubung satu sama lain.

"Bisa ngedj ?" Tanya gue ga percaya.

"Bisa." Jawab dia pede. "Tapi bukan itu yang mau saya tunjukkin." Chakra menyalakan layar komputernya dan memutar sebuah lagu.

Mata gue terbelalak ketika mengetahui bahwa selama ini...CY itu...Chakra. "J-j-jadi...l-lu i-itu..." Kata gue terbata-bata bahkan sampe ga bisa menyelesaikan kalimat yang mau gue ucapin.

Chakra tersenyum mengejek dan menaikkan kedua alisnya. "Gimana ? Keren ga saya ?"

"Aaaaaaa!" Gue teriak dan spontan memeluk Chakra. Gue berlompat-lompat dan kemudian Chakra mememegang kedua paha gue, menggendong. Gue mencium bibir Chakra berkali-kali lalu memeluk dia erat. "Jadi CY itu rupanya pacar gue ?!"

"Iya." Respon dia lembut dan gue kembali mencium bibirnya. "E-eh, eh. Ganas ya kamu." Kata Chakra melihat respon gue yang tak terduga.

"Gue suka banget sama CY udah dari lama, tau. Lagian, sok misterius banget, sih." Gue memukul pundak Chakra.

Chakra cengengesan. "Ya abis kalo semua orang pada tau saya, saya risih. Saya liat hidup si Andra aja jadi artis gitu susah banget bebasnya."

Iya, sih.

Chakra menurunkan gue dan dia menunjukkan beberapa draft lagu-lagu yang dia simpen bertahun-tahun.

"Kenapa ga dirilis aja ? Padahal bagus." Gue menoleh Chakra yang lagi duduk di depan layar komputer.

"Ga apa-apa. Emang kemaren bikin ini sengaja. Cuma iseng aja."

"Boleh kirim ke hp gue, ga ?"

"Boleh." Chakra menadah tangannya. "Sini mana hpnya."

Chakra menarik gue dan gue duduk di pangkuannya. Chakra memeluk gue dari belakang, kemudian Chakra menunjukkan beberapa lagu dari penyanyi kesukaannya. Karena selera musik kita sama, gue mengajak Chakra nonton konser bareng kalau penyanyi kesukaannya ada jadwal di sini. Setelah puas melihat studio Chakra, gue mengajak Chakra kembali ke ruang tamu. Takut banget nanti nyokap sama kakeknya mikir hal yang engga-engga.





-





Gue dan nyokap pamit setelah mampir ke rumah dia selama hampir empat jam. Chakra melambaikan tangannya dan meminta gue mengabari ketika sudah sampai di rumah. Gue salim sama kakek Chakra dan kakek Chakra kembali mengajak kita untuk makan malam keluarga di kemudian hari. Nyokap setuju dan kakek Chakra mencari waktu yang tepat agar si Andra bisa sekalian ikut juga.

Gue dan nyokap masuk mobil, gue melambaikan tangan kemudian melajukan mobil menjauhi rumah Chakra.

"Kakek Chakra ramah banget, ya. Tapi kok mama ga liat orang tua dia, ya ?"

"Urusan pribadi itu, ma. Siapa tau emang udah ga pernah ngumpul. Yang penting kakeknya Chakra mau nerima kita yang kelasnya jauh di bawah dia."

"Iya. Mama juga ga nyangka, sayang." Nyokap gue menoleh ke gue. "Tadi kamu sama Chakra ngomongin apa, sayang ?"

"Oh, dia nunjukkin kerjaan dia yang lain. Dia punya studio, ma."

"Oalah." Nyokap gue terkekeh sendiri, bikin gue heran.

"Kenapa, ma ?"

"Engga. Tadi mama sama kakek Chakra lagi ngomongin kamu sama Chakra. Kakeknya sih setuju kalo kamu dijodohin sama cucunya—"

"Apa ?!" Gue tiba-tiba ngerem mendadak. Untung sepi. "Ma, yang bener aja!"

"Aduh!" Nyokap gue menepuk lengan gue. "Ya abisan kamu sama Chakra ga ada kemajuan—"

"Ma—"

"Ya karena kamu sukanya sama adeknya, jadi ya mama tadi ngomongin kamu mending dijodohin sama adeknya aja—"

"HAH ? ADEKNYA ?" Gue melotot.

"Iya, gimana ?"

Aduh mampus gue! Gue udah jadian sama kakaknya, masa iya gue dicomblangin sama adeknya ?! 

Hubby Selector • PCY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang