fifteen

89 13 0
                                    

Chapter fifteen; Di luar nalar.

Kebetulan si curut ga bawa kendaraan, jadi ke mana-mana gue anter. Maksutnya, mampir ke toko buat beliin dia kado. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, gue juga udah izin nyokap. Di perjalanan Chakra nanya berkali-kali tentang kado. Pokoknya, bacotnya banyak bener, dah. Orang tinggal pilih doang, tapi dia nanya mulu kaya lagi interview aja. Kita sampe di mall yang kemaren gue singgahi. Gue mengajak Chakra langsung ke toko dan memilih baju sebagai kado buat dia. 

"Beneran kamu mau beliin saya ?"

"Nanya sekali lagi, gue tinggal lu di sini." Ancem gue.

"Iya-iya." Dia melihat sekeliling dan gue sibuk main hp. Males ah kalo nemenin dia, ntar gue dikira pacaranya lagi. Iyuh. 

Kakak yang kemaren ketemu sama gue, tersenyum melihat gue. "Mba. Gimana, mba ? Ke sini mau beli baju yang kemaren itu ?"

Gue menunjuk Chakra. "Tuh, kak. Coba tanya orangnya langsung dia sukanya yang mana."

Chakra mendengar percakapan gue dan staf toko. "Oh, kamu udah pilihin punya saya ?"

Staf toko mengambil baju yang pernah gue hampir beli, menunjukkannya ke Chakra. "Yang ini kak, pilihan pacarnya."

"Bukan pacar, kak." Respon gue cepat. 

Chakra mencoba baju yang gue pilih dan staf toko menggoda gue. "Calon pacar ya, kak ?"

Gue menggeleng. "Bukan, kak. Itu tadi bos saya." Jawab gue singkat. 

Tidak bertanya lebih lanjut, dan ga lama kemudian Chakra keluar dengan baju baru yang sudah dia pakai. Gue mengangguk. Emang ga salah pilihan gue. Dia keliatan ganteng--GA.

"Gimana ?" Tanya gue ke Chakra. "Bagus kan pilihan gue ?"

Chakra mengangguk. "Oke deh, saya ambil ini satu." 

Gue menuju kasir untuk membayar dan ditahan sama Chakra. "Biar saya aja."

"Loh, tapi kan--"

"Iya, biar saya aja." Chakra memberikan kartu berwarna emas ke staf kasir. 

Gue ga bertanya lebih lanjut, tapi gue menatap Chakra curiga. Jangan-jangan abis ini gue dijadiin babu dia lagi kaya kemaren ?!

Setelah beli baju, dan keluar dari mall, gue mengantar Chakra pulang. Aduh gemeteran dikit. Soalnya kan siapa tau ketemu sama Andra--

"Makasih, ya." Kata dia membuyarkan imajinasi gue. 

"Gue yang harusnya terimakasih. Soalnya acara tv gue syutingnya berjalan lancar."

"Oh, jadi ini sogokan buat saya, gitu ?"

Gue mengangguk. "Iya. Siapa tau next program syutingnya di hotel lo lagi."

Setelah percakapan itu, kita berdua ga ngucap sepatah katapun. Di dalam mobil di temani musik dari playlist gue. Lagu CY keputar setelahnya. Gue menaikkan volume dua level diatas. 

"Suka CY ?" Tanya dia kaget. 

"Suka banget." Kata gue yang kemudian menoleh Chakra. "Lo juga ?"

Dia ketawa. "Iya, suka."

Mata gue berbinar. Baru kali ini ngomong sama Chakra nyambung. Gue cerita ke Chakra lagu mana aja yang gue sukain dan gue bernyanyi sepanjang jalan. Akhirnya, gue nemu juga topik untuk ngedeketin Chakra. Maksutnya, biar dikenalin sama adeknya. 

"Saya," Chakra berdehem sebentar. "Bisa bantu kamu kalau mau dapetin tanda tangannya CY"

Saking kagetnya gue ngerem mendadak, badan Chakra maju ke depan dan bahunya nabrak dashboard. "Eh, sori-sori." Gue menepuk punggung Chakra pelan. "Lo, ga apa-apa, kan ?" Tanya gue panik. "Sori banget gue ga sengaja." 

Hubby Selector • PCY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang