Chapter 18

73 11 0
                                    

hari ini, mood nya sedang bagus...

ehehe :)

Happy reading!!!

*****

Sesuai yang dikatakan oleh Gaby kemarin, hari ini ada pelajaran favorit dia yang sedang berlangsung. Dua jam berjalan begitu tenang bagi Gaby, saat sang guru memberikan tugas. Berbeda dengan teman-temannya yang mulai pusing dan putus asa karena tugas yang diberikan begitu menyiksa. Lagian, siapa yang tidak membenci matematika di dunia ini? Mungkin hanya Gaby yang menyambut pelajaran ini dengan senyum lebar.

"Anjing, nih angka dari tadi nggak selesai selesai dah perjalanannya. Rumus apa lagi yang harus ku tulis, Ya Tuhan."

Gaby yang sedang mengerjakan, menoleh saat mendengar keluhan Caca yang terdengar dramatis itu. Melihat ekspresi Caca yang seperti orang putus asa membuat Gaby tertawa pelan.

"Kenapa sih, Ca? Ada yang bikin lo bingung?" tanya Gaby berhenti sejenak.

"Semuanya membingungkan!! Gue bingung, mereka bingung, bahkan pensil sama buku gue juga bingung!! Cuman lo yang nggak bingung kalau soal matematika!!" ucap Caca pelan namun ngegas.

Gaby tertawa mendengarnya. Namun sesaat kemudian menutup mulutnya saat menyadari masih ada guru di depan.

"Mana yang susah? Sini gue bantu."

Caca mendorong pelan bukunya ke depan Gaby. Menunjukkan hasil pekerjaannya yang terlihat berantakan karena sering dia hapus, tulis, hapus lagi, tulis lagi, sampai berulang kali.

"Buset, Ca. Ini kertas lo udah kayak muka lo aja, lecek banget."

"Lo jangan menghina, ya!! Itu juga karena mapel setan yang katanya favorit lo itu!!" balas Caca masih dengan emosinya.

"Lah ini rumus lo udah bener kok, sama kayak punya gue. Tapi kok nggak dapet hasilnya ya?"

Gaby kembali melihat buku miliknya. Membandingkan hasil pekerjaannya dengan Caca untuk mencari tau apa yang membuat hasil mereka berbeda.

"Ya jelas lah nggak dapet hasilnya. Nih, lo aja salah ngitung. Masa empat kali tiga hasilnya nol?" ucap Gaby setelah menemukannya.

Caca menatap angka yang ditunjuk oleh Gaby. Menggaruk alisnya bingung karena menyadari kebodohannya.

"Kok bisa ya gue sebodoh itu?" gumamnya.

Gaby menyerahkan kembali buku milik Caca ke orangnya. Menuliskan coretan coretan angka lain untuk membantu Caca agar lebih mudah untuk mengerjakan.

Sebenarnya, Gaby selalu terbuka jika temannya belum bisa dan butuh bantuannya. Sangat senang baginya untuk membagi ilmu yang dia pahami kepada orang lain. Gaby selalu menganggap bahwa teman-temannya yang terkadang meminta bantuan, itu hanya karena mereka belum cukup paham, bukan berarti mereka tidak bisa.

Sifat terbuka dan membantu yang Gaby tunjukkan, membuat beberapa temannya tidak sungkan untuk bertanya. Mereka menganggap, bahwa Gaby bisa membantu mereka meski tidak secara langsung membuat mereka paham saat itu juga.

Matematika adalah pelajaran favorit Gaby sejak menduduki bangku sekolah. Dari mulai Sekolah Dasar hingga saat ini, matematika belum bisa tergeser kan oleh mata pelajaran lain. Menghitung dan bergelut dengan angka dan rumus membuat Gaby sangat senang.

"Nah, akhirnya ketemu juga hasilnya," seru Caca yang merasa lega karena sudah berhasil memecahkan pekerjaannya. Namun kemudian, dia menghela napas panjang. Menyadari jika masih ada empat belas nomor lagi yang masih belum terselesaikan. Percaya tidak percaya, selama satu jam Caca baru menyelesaikan satu nomor saja. Berbeda dengan Gaby yang sudah sampai di nomor tiga belas.

Time With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang