Jeongwoo menatap sengit Dokyeom yang kini sedang tersenyum lima jari menyambutnya.
Senyum yang terpantri di wajahnya tiba - tiba saja hilang saat mendapati bukan sang Papa yang menjemputnya ke sekolah, melainkan pamannya.
"Kenapa paman yang menjemputku?! Dimana Papa?"
Dokyeom meringis kemudian mengaruk kepalanya yang tak gatal. "Jeongwoo-ya, ayo masuk mobil dulu, setelah itu kita ke toko mainan? Atau kau ingin membeli ice cream?
Jeongwoo hanya menghela nafas pasrah dan mulai menaiki mobil milik Dokyeom, dia kemudian memakai sealbeat tentu di bantu oleh Dokyeom.
"Sekarang jawab pertanyaanku, dimana Papa? Papa berjanji akan menjemputku hari ini, papa juga berjanji akan mengajaku bermain di taman bermain, mengapa uncle yang datang?!" Tanyanya dengan sewot.
"Jeongwoo, uncle Mingyu baru saja mengabari jika dia memasak banyak makanan untuk kita, ayo kita ke tempat uncle Mingyu!" Dokyeom berujar dengan semangat sedangkan Jeongwoo lagi lagi hanya menatap Dokyeom dengan datar.
"Uncle mengalihkan pembicaraan. Bilang saja jika papa kembali sibuk dengan klien - kliennya dikantor!" Setelahnya Jeongwoo memalingkan wajah, menatap jalanan.
Perkenalkan, namanya Jeon Jeongwoo, umurnya menginjak tujuh tahun tahun depan, saat ini dia masih berada di bangku taman kanak - kanak.
"Andai saja Jeongwoo punya mama, mungkin Jeongwoo tidak akan kesepian."
Dokyeom menoleh cepat, dirinya ikut menatap arah pandang Jeongwoo yang sedang menatap anak - anak lain yang kebanyakan dijemput oleh ibu mereka, berbeda dengan dirinya, hanya ada Paman, Nenek, kakek dan Papanya yang menjemputnya.
Sejak kecil dirinya belum pernah bertemu dengan Mamanya, padahal kan dia juga ingin di bacakan dongeng, dimasakan sarapan ataupun dijemput dari sekolah.
"Jeongwoo ingin mengunjungi mama?" Dokyeom bertanya, dalam hati ikut merasa sedih, Jeongwoo harus kehilangan seorang ibu bahkan sejak dirinya terlahir kedunia ini.
"Jeongwoo akan pulang saja,"
Dokyeom tidak berbicara apa - apa lagi, dirinya menganguk kemudian melajukan mobilnya menuju rumah sang kakak.
Dua puluh menit kemudian, Dokyeom sampai disebuah rumah minimalis, Jeongwoo turun perlahan kemudian mengerutkan keningnya, apakah nenek kakeknya sedang berkunjung?
Dengan semangat Jeongwoo berlari memasuki rumahnya, sontak saja hal itu membuat Dokyeom terkejut dan berteriak, menyuruh bocah itu untuk tidak berlari.
"KAKEK!! NENEKK!!" Jeongwoo masuk kedalam rumah dengan semangat, namun senyumnya langsung luntur melihat siapa yang ada dirumahnya.
"Jeongwoo, kau sudah pulang?" Wonwoo bangkit mendekat kearah Jeongwoo yang masih menatap seorang perempuan dengan intens.
"Ayo, beri salam pada Bibi Sana." Wonwoo tersenyum sembari mengusap sayang rambut putra semata wayangnya itu.
"Papa memilih menghabiskan waktu dengan dia dibanding menemati janji pada Jeongwoo."
"Jeongwoo pap-,"
"Sudahlah, papa memang sudah tidak sayang padaku. Lanjutkan Jeongwo akan pergi ke rumah paman Dokyeom saja." Tanpa melepaskan tas gendong maupu mengganti seragam, Jeongwoo berjalan keluar rumah. Kebetulan rumah Dokyeom memang masih satu komplek, itu juga alasan Dokyeom tidak ikut masuk dan memilih pulang kerumahnya saja.