"Jadi kemarin kau akhirnya membawa pulang anak yang hampir kau tabrak itu?"
Rosé mengangguk, saat ini rosé sedang menikmati makan siangnya bersama dengan sang sahabat —Lisa.
Fyi rosé dan Lisa memang membangun sebuah kafe untuk dikelola bersama, rosé senang baking dan lisa malas bekerja pada orang lain atau diperusahan keluarganya, gadis berponi itu lebih nyaman menjalani kafe ini bersama sang sahabat.
"Lalu dimana anak itu sekarang?" Lisa bertanya sembari menyuapkan kentang kedalam mulutnya.
"Sudah pulang, diantar Scoups-oppa. Aku tidak paham tapi Scoups-oppa seolah - oleh tidak ingin anak itu berlama - lama tinggal. Padahal Jeongwoo cukup menggemaskan, dan aku nyaman dengan dia. Jika Ayahnya tidak berlaku baik pada dia aku mungkin akan menculiknya saja, membiayai satu orang anak tidak akan membuat aku jatuh miskin." Rosé melantur, setelahnya dirinya terkekeh sendiri mengingat ucapannya barusan.
Lisa sendiri hanya menggelengkan kepalanya. "Mendengar ceritamu, sepertinya dia bukan sembarang anak. Maksudku, jika Seungcheol-oppa sampai menyuruhnya cepat - cepat kembali, pasti orang tua anak itu bukan orang yang sembarangan."
Rosé mengangguk. "Dia memang bukan sembarang anak, dia putra tunggal Jeon Wonwoo." Lisa hampir saja menyemburkan jus jambu yang baru diminumnya, kelakuannya itu sontak saja mendapat pelototan horror dari rosé, tapi tak ayal rosé buru - buru mengulurkan tissue pada gadis itu.
"Kau jorok sekali!"
Lisa mencebik. "Salahkan diriimu sendiri yang mengagetkanku! OMG rosié posié! Jika aku yang menemukan Jeongwoo aku tidak akan melepaskannya dengan mudah! Itu bisa menjadi kesempatan untukmu mendekati pengusaha paling hot abad ini!" Lisa berujar dengan hiperbola.
Rosé sendiri hanya memutar kedua bola matanya malas. "Tidak tertarik." Setelahnya rosé bangkit dan membawa piring yang sudah kosong kebelakang, sebelum kembali menghampiri Lisa.
Lisa yang melihat rosé membawa sebuah tas mengernyit bingung. "Kau mau kemana? Ini masih pukul dua sore, kau bisa pulang pukul tujuh nanti jika kau lupa!"
Rosé hanya mengangguk. "Aku tahu, aku hanya ingin pergi kesupetmarket dulu untuk belanja bulanan. Seungcheol-oppa bisa marah jika tahu aku belum belanja."
"Lagi pula dicafe ini kita tidak kekurangan pelayan, tidak rugi juga jika aku pulang lebih awal." Lanjutnya, setelahnya rosé tersenyum kemudian berlalu, Lisa sendiri hanya mengedikan bahunya dan kembali melanjutkan acara makannya yang tertunda.
Sementara itu, setelah memarkirkan mobilnya di basement, rosé langsung saja mengambil satu troli dan memulai sesi belanjanya, dirinya sangat asyik memilih buah sampai tidak sadar seseorang sednag berlari kearahnya.
"MAMA!" Rosé terkejut saat merasakan seseorang memeluk kakinya, dirinya menunduk dan menemukan Jeongwoo yang sedang tersenyum lima jari menatapnya.
"Jeongwoo?" Panggilnya tidak yakin. "Sedang apa disini?" Tanyanya kemudian, rosé berjongkok mensejajarkan tingginya dengan bocah itu.
"Jeongwoo, Papa bilang jangan pergi terlalu jauh." Baik rosé maupun jeongwoo sontak menoleh bersamaan.
Disatu sisi Wonwoo yang baru saja sampai mengejar sang anak tiba - tiba saja mematung, dirinya menatap tidak percaya bersama siapa Jeongwoo saat ini.
Jeongwoo tersenyum. "Maaf papa, aku tadi lihat mama makanya aku berlari." Uajrnya disertai senyuman yang tidak luntur, rosé meringis mendengar jawaban jeongwoo disatu sisi dirinya merasa tidak enak kepada orang yang sepertinya Papa kandung Jeongwo itu.
"Maaf aku tida—,"
"Rosié?" Belum sempat menyelesaikan perkataanya, rosé dibuat terkejut karena pria yang merupakan paap jeongwoo itu memanggilnya dengan nada bergetar? Entahlah.
"Anda mengenal saya?" Rosé bertanya agak ragu.
Jeongwoo berbinar dirinya langsung menghampiri sang Papa, "Papa sudah kenal dengan Mama?"
"Mama?" Wonwoo menatao kearah Jeongwoo kemudian kearah rosé bergantian, dirinya masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Istrinya, Roséane park berdiri dihadapannya bersama dengan anaknya, anak mereka. Wonwoo masih ingat jelas kejadian enam tahun silam, dirinya jelas tidak akan pernah melupakan moment pahit yang menyebabkan istrinya itu harus merengang nyawa.
Tapi apa ini? Kenapa istrinya itu ada dihadapannya saat ini, jika hanya kebetulan mirip, kemiripan mereka tidak masuk akal karena mereka hampir 100 persen mirip.
Tanpa sadar Wonwoo berjalan mendekat kemudian memeluk wanita itu, rosé sendiri hanya berdiri mematung, terkejut karena mendapat pelukan tiba - tiba.
Jeongwoo? Jangan tanya bocah itu kegirangan ditempat, itu artinya jalannya untuk menjadikan rosé sebagai mamanya akan semakin mudah.
"Permisi, orang - orang melihat kearah kita sekarang." Rosé berujar dengan tidak nyaman karena menjadi pusat perhatian. Wonwoo sendiri tidak peduli, dirinya ingin wanita ini tahu betapa dirinya merindukan wanita ini. Cukup enam tahun dirinya mencari pelampiasan kesana kemari, saat ini wanitanya berdiri dihadapannya dengan nyata dan bukan hanya sekedar ilusi.
Rosé melepas pelukan itu secara paksa, dirinya menatap wonwoo dengan pandangan seakan baru saja bertemu dengan alien. "Aku tahu aku cantik, tapi tolong jangan modus seperti itu." Rosé berkata dengan wajah datarnya.
"Aku permisi." Baru dua langkah, Wonwoo sudah menghadangnya kembali, rosé menatap kearah wonwoo dengan pandangan kesalnya.
"Bisa tolong menyingkir? Jika tidak aku akan berteriak." Wonwoo menggeleng. "Kau tidak bisa pergi kemana - mana, aku tidak akan membiarkannya." Ujarnya dengan tegas.
Rosé benar - benar menatap wonwoo dengan aneh. "Dasar sinting, minggir atau aku akan benar - benar beteriak?"
"Kau tidak akan ber—
"TOLONG ADA ORANG— MHHHH!" Wonwoo menatap horror kearah rosé yang benar - benar beteriak, beberapa orang menatap mereka dengan tatapan aneh, tapi wonwoo hanya tersenyum.
"Maaf, istri saya sedang marah jadi dia bersikap seperti ini." Setelahnya mereka hanya mengangguk kemudian berlaru, rosé sendiri langsung saja menatap sengit Wonwoo setelah berhasil melepaskan bekapan tangan Wonwoo.
"Kau ingin membunuhku?!" Rosé berkata dengan sewot, dirinya menatap Jeongwoo yang saat ini masih anteng menonton mereka, sudah seperti sedang menonton kartun favoritnya.
Rosé menghela nafas kasar. "Dengan tuan, aku akan berbaik hati memafkan kelakuan tidak sopanmu barusan, kau bisa aku laporkan dengan dugaan pelecehan. Sekarang biarkan aku pergi atau aku akan benar - benar menuntutmu." Rosé berlaru meningalkan troli berisi belanjaanya, mood berbelanjanya sudah lenyap akan kejadian tadi. Wonwoo sendiri sudah akan meyusul gadis itu jika saja Jeongwoo tidak menahannya.
"Sudahlah papa, papa terlalu agresif mendekati Mama. Mama tidak akan suka, harusnya papa bersikap kalem seperti biasa." Wonwoo menghela nafas, dirinya menatap punggung rosé yang sudah hilang tertelan belokan, dirinya lepas kendali hari ini.
Dirinya berjanji akan segera mencari keberadaan wanitanya itu dan juga mencari tahu apa yang terjadi, apa dia benar - benar rosénya atau hanya mirip saja.
"Ayo pulang, ada yang harus papa kerjakan." Wonwoo mengandeng lengan Jeongwoo sementara Jeongwoo sendiri hanya menurut.
"Tidak usah cemberut begitu, jeongwoo akan membantu papa, lagi pula papa tenang saja Jeongwoo tahu dimana mama tinggal."
TBC
Haii pusing gak? Wkwkwk
Alurnya aku ganti, awalnya rosé itu kan dokter tapi aku ganti aja jadi pemilik cafe, sorry hehehehe.
Bingung gak nih?
See u next chapter ya!