Wonwoo sedang membaca berkas saat tiba - tiba saja pintu ruang kerjanya dibuka dengan kasar, dirinya mendongkak menemukan presensi Sana yang terlihat berantakan. Tak lama seorang satpam bergegas menyusul kemudian.
"Maafkan saya pak, tapi nona ini bersikeras dan menerebos penjaga." Sang satpam berusaha menjelaskan kemudian mencoba menyeret Sana untuk keluar.
Sana sendiri tentu saja meronta ingin dilepaskan, dia tidak ingin pergi sebelum bisa berbicara dengan Wonwoo.
Wonwoo menutup berkas ditangannya kemudian mengisyaratkan sang satpam pergi meningalkan mereka berdua yang langsung dituruti.
Wonwoo bersedekap menatap lurus kearah Sana. "Berbicaralah." Ujarnya datar.
Sana berjalan mendekat dengan terburu - buru. "Bukannya kau yang harus menjelaskan semuanya padaku?" Sana berkata dengan nafas sedikit terengah. "Apa maksudmu dengan tidak menemui dirimu lagi?"
Wonwoo menoleh sebentar. "Apa kurang jelas? Aku dengan jelas mengatakan kita berakhir."
Sana mengeratkan kedua tangannya dengan emosi, dirinya kemudian terkekeh sinis. "Kau tidak bisa memutuskan hubungan ini begitu saja, kau tahu jika tante-"
Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Wonwoo sudah lebih dulu menyela. "Ibuku sudah tahu, lagi pula ibuku hanya mencari ibu untuk jeongwoo. Untuk apa mencarinya lagi disaat aku sudah menemukan ibunya jeongwoo?"
Wonwoo berjalan mendekat kemudian berdiri sejajar dengan Sana, dirinya mendekatkan wajahnya pada telinga wanita itu. "Jangan terlalu percaya diri, aku tidak menyukaimu. Semua sikap baikku hanya karena kau hampir menjadi ibu jeongwoo, sekarang kau sudah tidak dibutuhkan lagi." Setelahnya jeongwoo kembali berjalan menuju kursinya, pemuda itu menyilangkan kedua kakinya.
"Jika sudah tidak memiliki urusan lagi, kau boleh pergi sekarang. Aku tidak memiliki waktu untuk orang asing."
Sana yang mendengarnya tentu saja emosi, kuku jarinya memutih sementara lengannya terkepal erat.
"Kau akan mendapatkan pembalasan dariku, kau tidak bisa membuangku selayaknya sampah. Aku pastikan kau datang dan memohon padaku!" Sana berujar dengan penuh penekanan.
Wonwoo sendiri hanya mengangguk. "Ya aku tunggu, sekarang lebih baik kau keluar sebelum aku menyuruh satpam untuk menyeretmu!"
****
"Kau yakin dia bukan penguntit atau semacamnya? Dia sudah berada disini hampir lima jam, dan bahkan kopi dan makanan yang dipesannya sama sekali tidak disentuh, dan dia hanya menatapmu dengan intens." Lisa berkata dengan curiga, Rosé yang saat ini sedang membuat cake menghela nafas kemudian menatap sahabatnya itu dan salah satu pengunjung yang lisa maklum.
Rosé merasa agak familiar, dirinya merasa pernah bertemu dengan orang itu, akan tetapi dirinya tidak yakin.
"Sebaiknya kau meminta Scoups atau jeonghan oppa menjemputmu, firasatku agak buruk soal ini."
Rosé menggelengkan kepalanya tidak habis fikir, lisa terlalu parno menurutnya. Tidak lama, dirinya kembali mengadoni adonan untuk membuat cake.
Sementara itu Park Minyoung sendiri masih menatap sang putri dengan intens, tidak salah lagi gadis ini memang putrinya. Segera setelah acara ulang tahun sang cucu dirinya mencari tahu mengenai seseorang yang mirip dengan anaknya itu. Tapi hatinya masih ragu, jelas - jelas dirinya sendiri menyaksikan pemakaman putrinya sendiri.
Tak lama ponselnya berbunyi, dirinya tidak bisa lebih lama dicafe dengan berat hati dirinya melangkah keluar karena masih memiliki urusan.