Suasana meja makan dikediaman keluarga Choi lagi ini cukup mencengkam. Jisung sedari tadi hanya melirik takut - takut kepada kedua kakaknya itu, baik Scoups maupun rosé sama - sama bungkam tidak bertegur sapa, Jisung jadi bingung apa kedua kakaknya ini sedang perang dingin? Tapi kenapa?
"Jisung, kau berangkat dengan rosé aku buru - buru harus kekantor sekarang." Scoups bahkan belum menghabiskan sandhwich miliknya, kopi miliknya pun bahkan tidak tersentuh, Jisung mengangguk ragu, dirinya kemudian melirik rosé yang menghela nafas kasar, acara makan paginya juga ikut berhenti karena rosé memilih menyandarkan punggungnya disandaran kursi.
"Kalian sedang bertengkar?" Rosé mengeleng menjawab pertanyaan sang adik.
"Sudah jangan pikirkan apapun, habiskan sarapanmu aku tunggu didepan."
Jisung mengerutkan dahinya. "Tapi noona belum menghabiskan sarapannya," jisung berujar sembari menunjuk nasi goreng yang tersisa banyak.
Rosé tersenyum tipis. "Aku kenyang," setelahnya rosé berlalu untuk memanaskan mobil miliknya. Jisung menghela nafas, entah mengapa harus terjebak disituasi seperti ini, kedua kakaknya selalu seperti ini jika sedang bertengkar. Tidak ada yang mau memberitahu dirinya apa masalahnya karena kedua kakaknya menganggap dirinya masih kecil untuk mengerti urusan mereka, padahal kan jisung sudah akan memasuki perguruan tinggi tahun ini.
nafsu makannya tiba - tiba saja ikut hilang, tanpa berniat menyentuh nasinya kembali Jisung bergegas mengambil tasnya dan menghampiri rosé.
Motor miliknya sedang diservice dan mau tidak mau dirinya harus pergi kesekolah diantarkan sang kakak, dua hari kemarin scoups masih mengantarnya, tapi untuk pagi ini karena sepertinya mood kakak laki - lakinya itu Jelek dirinya harus diantarkan oleh rosé.
"Tidak usah menjemputku nanti, aku akan pulang bersama chenle." Jisung berujar sembari melepaskan sealbet sesampainya mereka didepan gerbang sekolah Jisung, rosé hanya mengangguk.
Melihat Jisung yang sudah memasuki perkarangan sekolah dan menghilang dibelokan rosé kembali melajukan mobilnya menuju cafe, Lisa sudah mengomel meminta penjelasan mengenai dirinya yang tiba - tiba saja menghilang kemarin.
Entah karena dirinya menyetir sembari melamun atau bagaimana rosé terkejut dan refleks mengusap kepalanya yang terbentur dashbor mobil, dirinya melotot horror kemudian meringis. "Bagus roséanne!" Rosé buru - buru keluar untuk bertanggung jawab, dilihatnya belakang mobil yang tidak sengaja dia tabrak, belakang mobil itu agak penyok, rosé kembali meringis.
"Permisi." Rosé mengetuk kaca mobil yang dirinya tabrak, sebenarnya jalanan cukup lenggang tapi kenapa dia bisa secereboh ini sampai menabrak mobik yang sedang terparkir dipinggir jalan? Tunggu terparkir dipinggir jalan?
Kaca mobil terbuka dan rosé refleks melotot horror melihat siapa gerangan yang ada didalam sana. Sedangkan wonwoo—orang yang ada didalam mobil tersenyum tipis kemudian keluar dari mobilnya setelah menepuk - nepuk jasnya yang padahal tidak kotor.
"KAU!" rosé menunjuk wonwoo dengan tatapan tidak habis pikir, dari sekian banyak mobil kenapa harus mobil pemuda ini yang dia tabrak?
"Apa kau tidak lulus ujian mengemudi, nona?" Wonwoo bertanya dengan tenang, tapi walaupun begitu entah mengapa pertanyaan itu terasa cukup menjengkelkan baginya.
"Aku tidak mau berurusan denganmu terlalu lama, jadi sebutkan berapa yang ingin kau inginkan untuk ganti rugi?!"
Wonwoo lagi - lagi tersenyum senyum yang terasa mengejek dipenglihatan milik rosé. "Kau tahu berapa harga mobil miliku? aku tidak yakin kau mampu ganti rugi." Wajah rosé sudah merah padam sekarang, dirinya benar - benar agak tersinggung dengan ucapan Wonwoo.