Rosé hanya tersenyum terpaksa sembari menatap Jeongwoo yang ada dipangkuannya, bocah itu asyik berceloteh ria mengenai kegiatannya disekolah hari ini, menatap sengit kearah Wonwoo memasang wajah tanpa dosanya itu. Rosé sadar sekarang, insiden menabrak mobil itu sepertinya memang sudah direncanakan sejak awal oleh pemuda disebelahnya ini.
"Ah, hari ini Papa bilang jeongwoo boleh menginap dirumah mama loh," Rosé lagi - lagi melotot horror, apa yang akan dilakukan sang kakak jika rosé tiba - tiba membawa pulang jeongwoo kerumah?
"Papa sudah menyiapkan semuanya, tidak perlu khawatir semua keperluanmu ada dibelakang," Jeongwoo bersorak sementara rosé refleks menoleh kebelakang, ada satu tas lumayan besar yang sepertinya berisi perlengkapan jeongwoo. Tanpa sadar rosé memegang pelipisnya yang tiba - tiba saja berdenyut. Jeongwoo yang peka langsung saja mengusap kepala rosé dengan sayang.
"Mama sakit? Mama terlihat agak pucat." Jeongwoo berujar dengan khawatir, sementara rosé hanya tersenyum dengan paksa. "Jeongwoo, bagaimana aku tidak sakit jika harus menghadapi papa mu yang cukup menguras emosi itu?"
Jeongwoo refleks menoleh kearah sang Papa. "Apa papa melakukan sesuatu?"
Rosé memilih menggeleng, setelahnya jeongwoo memilih mengambil tas gendongnya yang dia simpan didashboard mobil, mengambil botol minum miliknya dan menyodorkannuya kearah rosé.
"Mama minumlah."
Rosé menerimanya, setelah meminum air dari Jeongwoo rosé refleks mengelus rambut jeongwoo. "Pasti kau sangat mirip dengan ibumu, kau manis dan baik walaupun agak menyebalkan. Sifatmu pasti lebih mirip ibu dari pada papa mu itu."
Mendengar perkataan rosé itu entah mengapa tiba - tiba membuat wonwoo sedih, dirinya menatap rosé dan jeongwoo melalui spion mobilnya, dirinya mulai bertanya tanya lagi dalam hati, apakah orang yang duduk disebelahnya ini adalah istrinya?
****
Mobil yang dikendarai oleh Wonwoo berhenti didekat lobby perusahaannya, sebelum benar - benar turun Wonwoo menoleh kearah rosé yang masih enggan menatapnya sembari memangku Jeongwoo yang tertidur pulas dipangkuannya setelah bercerita banyak hal, mungkin bocah itu kelelahan dan akhirnya tertidur.
"Aku akan menjemputnya besok, kebetulan aku juga ingin berbicara dengan kakakmu." Rosé hanya menatap wonwoo sekilas kemudian mengangguk.
Wonwoo turun dari mobil kemudian berlari memutari mobil, membuka pintu sebelahnya kemudian menggendong Jeongwoo, membantu rosé yang akan berpindah kekursi pengemudi, setelahnya wonwoo kembali mendudukan jeongwoo dikursi sebelahnya. Jeongwoo sempat agak terusik tapi wonwoo dengan cepat mengusap kepala jeongwoo yang membuat bocah itu kembali tenang.
Sebelum benar - benar menutup pintu kemudi, wonwoo mengecup sekilas kening jeongwoo kemudian kembali menghampiri rosé yang kini sudah duduk dikursi pengemudi.
Wonwoo berjongkok karena memang posisi mobil yang agak rendah, kaca mobilnya sudah diturunkan sehingga wonwoo bisa dengan leluasa memandangi wajah cantik milik rosé.
"Maaf tidak bisa mengantar, hati - hati menyetirnya, dan aku titip jeongwoo maaf merepotkan."
Rosé memutar kedua bola matanya dengan malas. "Aku kira kau tidak tahu bagaimana cara berterima kasih, sekarang lebih baik kau menyingkir karena aku harus bekerja."
Kali ini wonwoo mengalah, pemuda itu mundur sementara rosé langsung menutup kaca spion mobil miliknya, setelahnya melaju meningalkan perkarangan kantor milik wonwoo. Memastikan mobilnya hilang dari pandangan, Wonwoo langsung saja berlalu masuk kedalam perusahaan miliknya.