7. like a family

1.1K 159 11
                                    

Rosé dan Wonwoo berjalan beriringan dikoridor rumah sakit, rosé sudah lebih tenang dan memilih mengalah, toh sebenarnya dia tidak dirugikan juga.

"Ingin makan siang bersama?" Rosé dengan cepat menoleh kemudian tersenyum separuh. "Tidak terima kasih, antarkan saja aku kembali ke cafe, jika kau keberatan aku bisa pulang sendiri." Baru saja dua langkah lengan milik rosé sudah ditarik kembali oleh Wonwoo.

"Jangan suka meningalkan makan siangmu, itu tidak baik. Ikut denganku tidak akan membuat cafemu bangkrut, bahkan jika itu terjadi aku masih sanggup memberi modal untuk kau membangun seratus cafe disepenjuru kota jika mau."

Rosé memutar kedua bola matanya malas, dirinya tidak tahu pemuda dihadapannya ini sangat amat narsis. "Yang membuat aku meningalkan makan siangku itu siapa aku tanya?"

"Maka dari itu aku akan bertanggung jawab, aku akan pastikan kau makan dengan baik. Lagipula aku sudah berjanji pada jeongwoo untuk membawamu makan bersama, kau tidak kasihan pada Jeongwoo yang rela menahan lapar hanya untuk bisa makan siang bersamamu?"

Rosé ternganga dirinya tidak habis pikir  kenapa pemuda dihadapannya ini pandai sekali membuatnya merasa bersalah? Padahal yang harusnya merasa demikian kan Wonwoo.

"Kau!" Rosé kehilangan kata - katanya, dirinya membuang pandangan, "Terserahlah!" Dirinya langsung berjalan dengan cepat buru - buru memasuki mobil milik Wonwoo, entah mengapa dalam hati kecilnya dirinya tidak bisa menolak tawaran Wonwoo, dirinya memang merindukan bocah bernama Jeon Jeongwoo itu, tanpa sadar dirinya memegang dadanya, perasaan hangat macam apa ini?

****

"PAPA!" Wonwoo merentangkan tangannya menyambut pelukan dari Jeongwoo, sudah sejak lama dirinya tidak disambut sehangat ini oleh sang putra semata wayangnya, mata Jeongwoo otomatis terkunci pada sosok dibelakang sang papa, buru - buru Jeongwoo melepaskan pelukannya dan beralih berlari kepada rosé.

"Mama!"

Rosé tersenyum canggung kemudian berjongkok, dirinya mengusap surai hitam milik jeongwoo kemudian berjalan beriringan memasuki ruangan yang sudah dipesan Vip oleh Wonwoo, sengaja agar mereka tidak mendapat ganguan dari pihak luar.

Dokyeom sendiri berdehem canggung, dirinya masih agak gemetar melihat sosok wanita yang dia yakini sudah tiada enam tahun lalu berdiri dengan sehat dihadapannya, Wonwoo dengan cepat mengenalkan keduanya. Rosé tersenyum tipis kemudian mengulurkan lengannya.

"Roséanna Choi." Dokyeom masih membeku, jika saja wonwoo tidak menyengolnya buru - buru pemuda itu menerima uluran tangan dari rosé. "Do-dokyeom, aku adiknya Wonwoo-hyung."

"Karena Mama dan Papa sudah datang, sebaiknya paman pergi sekarang karena kami hanya akan menghabiskan waktu bertiga tanpa paman." Jeongwoo berkata dengan datar, Dokyeom yang tadinya masih terpaku pada rosé otomatis menoleh kearah Jeongwoo dengan tatapan sengit.

"Apa? Kenapa menatapku seperti itu? Dari pada menganggu kami lebih baik paman mencari pacar untuk paman kencani." Jeongwoo lagi - lagi berujar dengan datar, perkataan Jeongwoo barusan tentu saja mendapat teguran dari Wonwoo, karena dirinya memang tidak pernah mengajarkan sang anak berbicara seperti itu, sementara rosé masih menyimak tidak berniat masuk kedalam percakapan mereka bertiga.

Dokyeom menghela nafas, dirinya kemudian memilih pamit dan membiarkan ketiga orang itu menikmati waktunya, lagi pula dirinya memang tidak berniat menganggu ketiganya.

Sepeningalan Dokyeom, Wonwoo langsung menarik satu kursi untuk rosé duduki, rosé tidak protes dirinya langsung saja mendudukan bokongnya dikursi tersebut.

Where Is My Mom✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang