Scoups membuka pintu ruang rawat rosé dengan pelan, dilihatnya gadis itu sedang duduk termenung sembari menatap jendela.
"Sudah bangun? Kenapa tidak berbaring?" Scoups mendekat, sedangkan rosé masih tidak mengubrisnya.
"Jisung sedang dalam perjalanan kemari, dia sangat panik saat mendengar kabar dirimu yang mengalami accident."
Rosé masih tidak menggubris.
Scoups menghela nafas, tangannya telulur untuk mengengam tangan rosé yang diinfus, dirinya tentu khawatir karena rosé tidak kunjung membuka suaranya, apalagi dia dengan jelas mendengar rosé berkata membencinya sebelum benar - benar kehilangan kesadarannya.
"Lebih baik kau istirahat, aku akan menjaga—"
"Sampai kapan anda akan terus berpura - pura?" Belum sempat Scoups menyelesaikan perkataanya rosé sudah memotongnya terlebih dahulu. Scoups membeku. "Apa?"
Pelan - pelan rosé melepaskan genggaman tangan scoups dilengannya, dirinya menatap scoups dengan tatapan datarnya. "Berhenti berpura - pura, aku sudah mengingat semuanya."
Scoups mencelos, hari yang ditakutinya pada akhirnya tiba. Rosé, mengingat semuanya, semua kesakitan yang pernah dilaluinya. Scoups refleks membawa rosé kedalam pelukannya.
"Kenapa kau melakukan semua ini? Kita hanya orang asing." Rosé menangis tersedu - sedu sedangkan scoups sendiri menggeleng tidak setuju.
"Kau itu adikku, kau bukan orang asing."
"Bohong! Tidak ada seorang kakak yang tega memisahkan adiknya dengan anaknya! Dan kau melakukan itu padaku, bukannya kau begitu jahat."
Scoups ikut menitikan air matanya, dirinya merasa takut akan kehilangan rosé kembali, tapi scoups tidak membantah dirinya memang cukup jahat. "Maafkan aku, rosié aku melakukan itu untuk kebaikanmu."
Rosé melepaskan pelukan keduanya. "Aku ingin bertemu anakku." Scoups mengangguk, dia akan segera kesini.
Tidak lama setelahnya pintu ruang inap kembali terbuka, Jeongwoo dan Wonwoo ada disana. Jeongwoo yang memang ada digendongan sang ayah tersenyum begitu melihat rosé yang sudah sadar, Scoups sendiri memilih mundur untuk memberikam jeongwoo dan wonwoo ruang untuk mendekat.
"Mama tidak apa - apa?" Jeongwoo bertanya sembari membelai pelipis rosé yang terluka, saat ini Wonwoo ikut duduk dikasur sedangkan Wonwoo dan Scoups memilih melihat disamping brankar.
Melihat wajah jeongwoo entah mengapa membuat hatinya kembali sakit, air matanya tiba - tiba saja menetes, jeongwoo yang melihat itu refleks mengusap air mata yang turun itu.
"Mama, jangan menangis. Apa sangat sakit?"
Rosé menggeleng, dirinya tiba - tiba saja memeluk jeongwoo dengan erat, dirinya tidak percaya dirinya bisa melupakan anaknya yang manis ini selama bertahun - tahun. "Jeongwoo, maafkan mama."
Jeongwoo menggeleng. "Bukan salah mama, harusnya aku yang meminta maaf jika aku tidak meminta bantuan mama, mama tidak akan terluka."
"Tidak sayang, jangan berkata seperti itu."
Rosé tersenyum dirinya kembali memeluk jeongwoo dengan erat yang tentu saja dibalas oleh anak itu.
Pintu ruangan kembali terbuka dengan keras, Jisung berdiri disana dengan wajah cemas. "Kakak, kakak tidak apa - apa ?" Jisung menghampiri rosé dan mengecek seluruh tubuh kakaknya itu.
"Jisung." Jisung terdiam membeku, dirinya menoleh kearah Scoups yang menatap tajam dirinya, jisung menunduk kemudian meminta maaf.
"Tidak apa - apa, jangan terlalu khawatir." Rosé tersenyum tipis. Jeongwoo menatap jisung dengan muka menyebalkan kemudian berkata.