"Jeongwoo ada dikediaman keluarga Choi Seungchol."
Wonwoo dan Dokyeom saling bertatapan keduanya mengernyit heran, tidak mengerti mengapa Jeongwoo bisa sampai ke kediaman itu.
"Hyung, bukan kah Choi Seungchool akan membangun hotel bersama kita di hawai? Apa Choi seungchool yang itu?" Dokyeom bertanya, sementara Wonwoo hanya mengangguk, tangannya sibuk melihat berkas yang diberikan oleh anak buahnya. Wonwoo memang langsung menurunkan tangan kanannya untuk mencari sang anak, walau butuh waktu hampir empat jam tapi pada akhirnya dirinya bisa mengetahui keberadaan sang anak. Setidaknya dirinya lega karena Jeongwoo tidak kedinginan diluar sana.
"Kau akan menjemputnya sekarang?" Dokyeom kembali bertanya, Wonwoo tidak langsung menjawab dirinya melirik jam yang menunjukan pukul sebelas malam.
Wonwoo menghela nafas, "Kita jemput besok saja, ini sudah malam. Lagi pula Scoups sepertinya bukan seseorang yang menculik seorang anak hanya demi uang." Wonwoo berujar, setelah mengatakan hal itu Wonwoo langsung menyuruh tangan kanannya untuk pergi.
"Kau juga sebaiknya kembali ke rumahmu." Wonwoo berujar tanpa menoleh kearah Dokyeom, Dokyeom berdecak bukannya pergi dirinya malah duduk dihadapan Wonwoo saat ini.
"Kenapa kau begitu santai? Anakmu sedang berada dirumah orang asing! Bagaimana kau tahu kalau choi seungchol tidak akan menyakiti Jeongwoo!" Dokyeom berujar dengan nada yang mengebu - gebu.
Wonwoo menghentikan aktivitasnya memandangi dokumen ditangannya, membenarkan letak kacamatanya Wonwoo menatap dokyeom dengan tatapan tenang. "Firasatku tidak pernah salah, Jeongwoo akan baik - baik saja disana. Sebaiknya kau pulang sekarang." Dokyeom hanya menganga tidak percaya, tanpa membatah lagi dirinya bangkit dan langsung saja keluar dari ruang kerja kakaknya itu.
***
Jeongwoo tidur dengan nyenyak semalam, dirinya benar - benar tidak akan bangun jika saja rosé tidak membangunkannya.
Saat ini ketiga saudara kandung dan satu orang bocah pendatang baru itu sedang melaksanakan sarapan pagi di meja makan. "Jeongwoo, kau akan diantar kesekolah oleh Jisung, aku akan menghubungi ayahmu untuk menjemputmu disekolah." Scoups membuka pembicaraan dengan anak itu, Jeongwoo melotot terkejut.
"Paman kenal dengan Ayahku?"
Jisung berdecak. "Siapa juga yang tidak kenal dengan Ayahmu." Jeongwoo lagi -lagi menatap jisung dengan pandangan permusuhan.
Selain Dokyeom, Jisung akan Jeongwoo tambahkan kedalam list orang - orang menyebalkan didalam kamusnya.
"Aku tidak ingin pulang, aku ingin disini saja. Boleh ka Ma?" Jeongwoo menatao kearah rosé, seakan meminta pertolongan gadis itu. Scoups menatap tajam kearah rosé, "Ma? Kau memanggil adikku mama?"
Rosé meringis. "Sudah lah kak, aku tidak keberatan. Lagian Jeongwoo berkata dirinya belum pernah bertemu dengan ibunya dan ingin merasakan mempunyai Ibu."
Scoups menghela nafas kasar, tidak lagi mengucapkan apa - apa.
Rosé menyodorkan segelas susu kearah Jeongwoo yang langsung diterima dengan senang hati oleh bocah itu. Rosé tersenyum begitu melihat Jeongwoo meneguk habis susu yang dibuatkan olehnya.
"Aku sudah terlambat, ayo bocah!" Jisung bangkit dan langsung mengajak Jeongwoo. Jengwoo mengerut kan dahinya, "Aku tidak mau pergi dengan paman Jisung." Jisung melotot horror kearah Jeongwoo.