"Apakah kamu sesibuk itu sampai tidak bisa meluangkan waktu untukku?"
Wonwoo yang sedang tenggelam dengan pikirannya sontak langsung mendongkak, menemukan presensi Sana yang berjalan mendekat kemudian duduk dipangkuannya.
Wonwoo mengernyit kemudian menyuruh sana untuk bangkit dan duduk dengan benar dihadapannya. "Apa sekarang kau sudah melupakan sopan santun? Kenapa tidak mengetuk terlebih dahulu sebelum masuk kemari?" Wonwoo bertanya dengan dingin, Sana menatap Wonwoo dengan pandangan terkejut. "Apa aku baru saja dimarahi?"
Wonwoo tidak menjawab, Sana kembali mendekat dirinya memutar kemudian memeluk leher Wonwoo dari belakang. "Maafkan aku, aku hanya merindukanmu."
Wonwoo menghela nafas kemudian melepaskan lengan Sana yang tergantung dilehernya, pemuda itu bangkit kemudian berjalan kearah jendela, melihat pemandangan jalan raya yang cukup padat diatas gedung ini.
"Pulang lah, aku sibuk." Wonwoo berujar tanpa menoleh kearah Sana, lagi dan lagi sana memasang wajah terkejut. "Sekarang kau mengusirku? Apa aku memiliki kesalahan?"
Wonwoo berbalik, tatapan tajamnya membuat Sana tanpa sadar gemetar, pada akhirnya wanita itu mengalah. "Baik, aku akan pulang sekarang. Jangan lupa mengabariku, aku menyayangimu."
Baru saja hendak mencium pipi wonwoo, pemuda itu sudah lebih dulu menghindarinya, Sana sempat mengerucut sebal sebelum akhirnya keluar sembari membanting pintu. Hal ini dilakukan supaya Wonwoo paham kalau dirinya kesal dan marah.
Sepeningalan Sana, Wonwoo kembali duduk dimejanya, dirinya membuka sebuah amplop yang berisi informasi mengenai rosé.
Ya, bukan tanpa alasan dirinya menjadi tidak fokus, gadis blonde yang mirip seperti istrinya itu sangat menyita perhatiannya akhir - akhir ini. Wonwoo harus memastikan sesuatu, memastikan apakah gadis itu memang istrinya atau memang hanya kebetulan mirip, tapi opsi nomor dua membuatnya ragu. Dirinya tidak percaya jika ada dua orang yang amat sangat mirip di dunia ini.
"Jika rosé memang istriku, aku tidak akan segan merebutnya kembali. Bahkan jika harus melawan Choi seungchool, aku tidak akan gentar." Gumamnya, setelahnya Wonwoo langsung saja mengambil kunci mobil miliknya, tujuannya saat ini adalah pergi ke cafe blosssom cafe yang dikelola oleh rosé dan temannya. Jangan tanya dari mana dirinya tahu, dirinya bisa mendapatkan informasi apapun dalam sekejap jika dia mau.
Memasuki mobilnya, Wonwoo tidak lupa menelpon sang adik—Dokyeom, untuk menjemput Jeongwoo nanti dan membawa putranya itu pergi jalan - jalan, sementara dirinya memastikan sesuatu.
****
Cafe blossom terlihat sangat ramai siang ini, bukan tanpa alasan resep cookies baru yang berhasil dibuat oleh rosé sepertinya menjadi salah satu alasan mengapa cafe terpantau ramai, hampir semua pelanggan cafe tahu walau terkadang aneh tapi resep buatan rosé memang tidak pernah gagal dan selalu menjadi menu primadona.
"Duduklah dulu, kau bekerja terlalu keras. Aku tidak mau diomeli Scoups-oppa karena membuat adiknya kelelahan." Lisa menepuk rosé yang sedang sibuk membuat kopi.
Rosé memutar kedua bola matanya malas. "Jangan lebay, jika kau lelah kau saja yang beristirahat."
Lisa tersenyum cengengesan. "Rosié posié apa boleh aku pulang pukul dua?" Rosé mengernyit kemudian melirik jam dipergelangan tangannya. "Kau ingin bekerja setengah hari?" Lisa mengangguk membenarkan pertanyaan dari rosé.
"Kenapa?"
Lisa tersipu, dirinya memalingkan tatapapnnya pada open disebelahnya, tidak berani menatap rosé terlalu lama. "Mingyu mengajakku berkencan." Bisiknya. Rosé mengangguk paham, "Pergilah, lagipula ada tidak adanya kau tidak terlalu mempengaruhi cafe ini." Perkataan rosé itu langsung saja disambut tinjuan pelan dari Lisa.