Wonwoo saat ini sedang sibuk menghampiri para tamu yang mulai berdatangan, saking sibuknya dirinya bahkan tidak sempat menjemput Sana dikamarnya bahkan sepertinya pemuda itu agak melupakan presensi gadis itu.
Tamu yang datang ini memang ada dari berbagai kalangan, walaupun ini hanya pesta ulang tahun seorang anak kecil, tetapi mereka tentu tidak akan menyia - nyiakan kesempatan membangun relasi bisnis dengan putra tunggal CEO tersukses dinegara ini bukan.
Apalagi semua orang tahu jika Jeon Wonwoo ini adalah Duda yang ditinggal istrinya saat melahirkan, para petinggi yang memiliki putri tentu tidak akan menyia - nyiakankannya, jika beruntung bisa mengambil hati anaknya, siapa tahu mereka bisa dipinang oleh Ayahnya juga bukan?
"Jeongwoo, dasimu tidak terpakai dengan benar. Kemari!"
Jeongwoo mendekat dengan lesu, sesekali dirinya terus melirik kearah pintu masuk, berharap rosé muncul dari sana.
"Kenapa cucu nenek tidak bersemangat seperti ini sih? Kau harus tersenyum, ini ulang tahunmu lhoo." Yoona mengusap pipi Jeongwoo dengan sayang.
Jeongwoo sendiri hanya menghela nafas, "Aku gelisah karena menunggu Mama." Jawabnya dengan sedih, Yoona mengernyit dalam hati tersenyum bahagia karena Jeongwoo yang mulai menerima Sana sebagai Mamanya, dirinya memang mengatur perjodohan Jeongwoo dan Sana bukan tanpa alasan.
Dirinya terkadang merasa sedih saat Jeongwoo selalu menanyakan keberadaan sang ibu, sementara Wonwoo sebagai seorang Ayah juga cukup sibuk dengan pekerjaannya.
"Kau bisa datang ke kamar Mama Sana dan menjemputnya." Senyuman dibibirnya senantiasa tersunging. Jeongwoo sendiri langsung bersikap datar, sepertinya neneknya ini sudah salah paham.
"Tante Sana bukan Mamaku!" Setelahnya jeongwoo memilih berlalu dihadapan Yoona dengan kesal. Yoona sendiri langsung menatap Jeongwoo dengan linglung. "Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?"
"Hyung, aku tidak melihat Kak Sana bersamamu." Wonwoo menoleh kearah Dokyeom yang mendekatinya.
"Biarkan saja, mungkin dia perlu sedikit waktu lebih lama untuk bersiap."
Dokyeom mengangguk. "Ah, ngomong - ngomong apa rosé-noona juga akan datang?" Dokyeom bertanya dengan memelankan nada suaranya diakhir.
Wonwoo menoleh sekilas pada sang adik, "Hm, dia akan datang. Tidak mungkin dia tidak datang diulang tahun anaknya bukan?"
Dokyeom berdehem dengan canggung. "Jadi dia memang benar istrimu?"
"Feelingku tidak pernah salah."
Dokyeom mengedarkan matanya kesegala penjuru. "Kau terlihat santai, apa kau tidak memikirkan reaksi semua orang jika rosé-noona benar - benar datang?"
"Disini juga ada mantan mertuamu, apa kau benar - benar tidak merasa gugup sedikitpun?" Dokyeom menambahkan, entah mengapa malah dirinya yang berkeringat dingin.
Wonwoo sendiri hanya tersenyum separuh, "Bukankah itu bagus Dokyeom-ah? Ini sama seperti kita menjebak seorang umpan yang menyerahkan dirinya sendiri pada predator. Rosé tidak akan bisa pergi kemana - mana setelah ini, aku bisa menjamin itu."
Dokyeom menghela nafas, "Aku tisak berfikir semua semudah yang kau katakan, ingat sekarang dia adalah adik dari Choi Seungcheol. Semua orang tahu tidak mudah berurusan dengannya."
"Serius sekali, apa yang kalian bicarakan?" Keduanya serentak menoleh dan menemukan presensi sang Ayah.
"Appa kau mengagetkan kami tahu!" Dokyeom pura - pura merajuk.
Jehoon tidak mengubris Dokyeom, dirinya menepuk punggung Wonwoo dua kali. "Pergilah, temabi cucuku sebentar lagi acara tiup lilin akan dimulai."
Wonwoo tidak menjawab, dirinya menyimpan gelas minuman miliknya kemudian berjalan kearah sang Putra yang terlihat sangat gelisah.