"Nah Jeongwoo-ya, kau bisa bangun sekarang. Kita sudah sampai," Rosé membantu melepaskan sealbet, Jeongwoo menatap sekitarnya dengan linglung.
"Dimana aku?"
Rosé sontak saja memutar kedua bola matanya malas. "Kau sedang ada dirumahku, ayo masuk sebelum hujan." Rosé turun terlebih dahulu, dirinya kemudian membukakan pintu untuk Jeongwoo.
Bocah itu otamatis mengegam lengan milik rosé, Jeongwoo masih asyik menatap sekitarnya seperti sedang meneliti sesuatu.
"Kau kaya." Rosé menunduk menatap Jeongwoo, dirinya terkekeh pelan. "Yang kaya adalah kakak ku, bukan diriku."
Mereka tiba di pintu utama, bertepatan dengan mereka masuk seorang pria dewasa kebetulan turun dari tangga, dirinya mengernyit heran melihat adiknya tidak pulang sendirian melainkan membawa seorang bocah laki - laki.
"Kau membawa siapa rosié?" Tanyanya dengan heran.
Rosé sendiri hanya tersenyum, "Aku memungutnya di got depan rumah kita, dia seperti anak ayam yang kehilangan induknya, makanya aku bawa saja kemari." Jawabnya yang langsung mendapat sorakan protes dari bocah itu.
Seungcheol- sang kakak menghela nafas agak kasar, dirinya merasa familiar dengan bocah satu ini. "Naiklah, ganti bajunya dan turun untuk makan malam, setelah makan malam pergi keruanganku aku ingin berbicara berdua denganmu.
Rosé mengangguk, dirinya kemudian mengajak jeongwoo untuk mengikutinya.
"Kau bisa mandi sendiri? Atau ingin aku mandikan?" Rosé bertanya begitu keduanya sudah masuk kedalam kamar milik rosé.
"Aku bisa mandi sendiri, aku sudah besar." Jeongwoo menjawab dengan tegas, rosé hanya menganggukan kepalanya. Memberikan handuk pada bocah itu yang langsung diterima oleh Jeongwoo. Merasa jeongwoo sudah masuk kedalam kamar mandi, Rosé keluar menuju kamar adik bungsunya. Dirinya mengetuk pintu dua kali sebelum akhirnya sang pemilik keluar.
"Apa makan malam sudah siap?"
Rosé mengeleng. "Jisung-ah, kau memiliki piama kecil yang sudah tidak kau pakai?" Jisung menganggukan kepalanya, dirinya kemudian membuka lemari dan mengambil satu set baju piama yang sudah tidak dirinya pakai. "Untuk apa?"
Rosé hanya tersenyum misterius. "Tentu saja untuk anakku."
Jisung memutar kedua bola matanya dengan malas. "Aku belum mau punya kakak gila," setelahnya dirinya langsung saja menutup pintu kamarnya. Rosé sendiri hanya menggeleng - gelengkan kepalanya dirinya kembali ke kamarnya, kebetulan jeongwoo keluar dengan handuk yang kebesaran. Hal yang tanpa sadar membuat rosé gemas karena tubuh kecil jeongwoo hampir tenggelam karena handuk yang dia berikan.
"Kau lucuu sekali," rosé mencubit gemas pipi milik Jeongwoo, bocah itu tidak protes. Ada rasa hangat yang menelusup relung hatinya. "Pakailah ini, jika sudah kembali kemari aku akan bantu menata rambutmu." Jeongwoo mengangguk, dirinya menerima piama dari tangan rosé kemudian kembali masuk kedalam kamar mandi.
****
"Kenapa jadi aku yang disalahkan?!" Dokyeom menatap sang kakak dengan tatapan herannya.
"Aku sedang tidak ingin bermain - main, jadi katakan padaku dimana Jengwoo bersembunyi." Wonwoo mengelilingi rumah sang adik, Dokyeom sendiri hanya menghela nafas lelah. "Hyung, aku tidak berbohong padamu. Jeongwoo memang tidak datang kemari, bukan kah dia ada dirumah? Aku yakin mengantarnya sampai dia masuk rumah."
Wonwoo berhenti, melihat raut wajah Dokyeom yang tidak bercanda membuat pria satu anak itu jadi resah. "Coba hubungi Eomma atau Appa, mungkin Jeongwoo pergi kesana." Sarannya.