Rosé memacu mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi setelah mendapat telpon dari jeongwoo. Dia sudah tidak memperdulikan lagi umpatan - umpatan kepada dirinya karena mengemudi dengan ugal - ugalan.
Secepat saat jeongwoo berkata takut dan menyuruhnya datang secepat itu pula dirinya berlari menuju mobilnya, bahkan dia meningalkan jeonghan sendirian dibutik itu karena pemuda itu yang memang sedang diukur.
Rosé mulai memasuki daerah yang sepi, jika tadi masih banyak mobil maupun motor, saat ini hanya ada mobilnya seorang. Daerah yang cukup terjal dan juga licin, sekali lagi rosé mengambil ponsel miliknya dan mencoba menghubungi jeongwoo, namun ponselnya tidak bisa dihubungi.
Semakin dalam sinyal ponselnya juga semakin hilang, rosé berdecak kesal karena tidak menemukan petunjuk dimana jeongwoo berada, dirinya tidak bisa melacak ponsel anak itu karena jeongwoo memang tidak bisa mengiriminya lokasi, entah apa yang membawanya kesini, semua hanya karena feeling. —ya, feelingnya mengatakan jeongwoo sudah tidak jauh dari sini.
"Jeongwoo ya, mama datang."
Sementara itu disisi lain, jeongwoo meringkung sembari menelungkupkan kepalanya, hari semakin sore dan semakin gelap. Dirinya juga sudah cukup lapar saat ini, sudah empat puluh menit lalu sejak dirinya menelpon sang mama, namun dirinya belum menemukan tanda - tanda rosé akan datang.
Dirinya juga sudah mengirimkan pesan teks kepada sang ayah, berharap ayahnya bisa menemukannya disini. Walaupun terlihat seperti anak pemberani, sebenarnya dirinya cukup merasa takut disituasi saat ini. Pikirannya mulai membayangkan hal - hal menyeramkan, bagaimana tiba - tiba ada hantu yang muncul? Dirinya ingat pamannya—dokyeom pernah berkata jika seorang anak keluar saat petang dia akan diculik oleh seorang wewe gombel, dulu jeongwoo hanya memutar kedua matanya dan merasa tidak percaya karena mereka tinggal dikomplek yang cukup ramai. Namun sekarang? Dia sedang tersesat dihutan dan rasanya akan ada hantu muncul tiba - tiba.
Lebih parahnya karena ini adalah hutan bagaimana jika dirinya bertemu dengan harimau? Ular? Atau buaya? Dirinya tidak mau berakhir menjadi makan malam hewan - hewan itu.
Mengenyahkan pikirannya jeongwoo menggelengkan kepalanya, "Mereka tidak akan berani memakanku, dagingku kan tidak enak!" Jeongwoo berkata dengan optimis.
Saat sedang sibuk dengan pikirannya, jeongwoo mendengar suara orang mendekat, dirinya langsung bersiaga, mengintip sedikit ada dua orang berbadan kekar yang sepertinya sedang mencarinya. Jeongwoo meneguk ludahnya susah payah, Sana sudah menyadari jeongwoo kabur.
Mengendap - ngendap jeongwoo berusaha untuk menjauhi kedua orang berbadan besar tadi, dan tanpa jeongwoo sadari ponselnya terjatuh begitu dirinya pergi meningalkan tempat tadi, Saat merasa jaraknya sudah cukup jauh, jeongwoo memutuskan untuk berlari sembari sesekali menoleh kebelakang, jeongwoo bersorak saat melihat ada sebuah jalan walaupun berbatu, saking senangnya dirinya tidak melihat sebuah akar pohon yang menjuntai dan tersandung, jeongwoo terjatuh dirinya meringis saat merasakan kakinya seperti terkilir. Akan tetapi tidak ada waktu untuk menangis, dua paman tadi mungkin akan cepat menangkapnya jika dia tidak bergegas.
Jeongwoo berlari dengan kakinya yang pincang, lututnya mengeluarkan darah dan sepatunya tertingal sebelah. Dirinya berlari sembari sesekali melihat kebelakang, memastikan tidak ada yang mengejarnya. Jeongwoo bahkan tidak sadar ada sebuah mobil yang melaju cukup kencang dari arah depan, jeongwoo melotot dengan panik kemudian menunduk, berfikir bahwa dia sudah tamat disini.
****
Scoups masih berdiam di tempat pertemuannya dengan wonwoo, wonwoo sendiri sudah pergi sejak lima belas menit yang lalu, dirinya memijit kepalanya yang tiba - tiba berdenyut.