8.GADIS DALAM FOTO

90 40 49
                                    

Vote dan komen

Warning ⚠️⚠️⚠️

Dilarang keras untuk plagiat ‼️

Plis tandai typo

🌼🌼🌼

Mata sendu itu berkedip-kedip menetralkan cahaya lampu yang menerobos masuk ke pupil mata nya, rasa kantuk masih menguasai Hayllen namun Hayllen memaksakan diri untuk bangun dari tidurnya dan melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul dela...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata sendu itu berkedip-kedip menetralkan cahaya lampu yang menerobos masuk ke pupil mata nya, rasa kantuk masih menguasai Hayllen namun Hayllen memaksakan diri untuk bangun dari tidurnya dan melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul delapan malam.

Hayllen pikir ini sudah pagi ternyata masih pukul delapan malam. Hayllen melangkah ke kamar mandi untuk menyegarkan badan kerena dari tadi sore Hayllen berdebat dengan Renzi dia tertidur dengan sangat pulas Hayllen masih belum mandi.

Setelah nya Hayllen melangkah ke lemari memakai dress pink, ya sebenarnya Hayllen ingin mengenakan baju tidur namun pakaian yang di berikan Renzi untuk nya semua Dress.

Hayllen keluar dari kamar untuk mengisi perut di dapur entah kenapa rasanya rumah ini begitu sepi tak seperti dua hari yang lalu.

Dua hari yang lalu Hayllen merasa rumah ini begitu ramai dan menyenangkan namun entah kenapa sekarang rumah ini menjadi sepi.

"Rasanya sepi benget ya tinggal sendiri, dulu kan Hayllen selalu tinggal sama bunda dan ayah" gumam Hayllen pelan.

Ingatan Hayllen menerawang jauh di saat masa-masa bahagia nya bersama kedua orang tua. Kerena tidak fokus Hayllen tanpa sadar tersandung oleh kaki nya sendiri yang membuat tubuh mungil Hayllen jatuh terguling dari anak tangga.

Telapak tangan Hayllen tergores terkena pecahan kaca, dahi Hayllen mengeluarkan darah segar terkena anak tangga.

"Bunda, ayah sakit ..."

Hayllen meringkus kesakitan terbaring tak berdaya di lantai dingin. Pusing dan rasa nyeri menyapa tubuh yang tak bertenaga itu kerena tak sanggup menahan rasa sakit akhirnya Hayllen kehilangan kesadaran.

Malam berlalu dan pagi pun menyapa manusia yang akan sibuk beraktivitas.

Begitu pun dengan Karin yang memulai aktivitas nya dengan menghampiri rumah Renzi yang dia tau Hayllen tinggal sendiri di rumah. Karin tau jika Renzi menginap di apartemen kekasihnya Bagas.

Sudah hampir dua jam Karin mengetuk pintu rumah namun hasilnya nihil Hayllen tidak membukakan pintu sama sekali. Tidak mungkin bila Hayllen masih belum bangun pada jam yang sudah hampir jam delapan pagi.

Karin tak punya pilihan dia membuka pintu dengan kunci cadangan. Jika kalian bertanya kenapa Karin memiliki kunci cadangan rumah Renzi ya karena Renzi memberikan masing-masing teman terdekatnya untuk memegang kunci cadangan rumah.

Saat pintu berhasil terbuka Karin membulat kan matanya lebar kaget dengan apa yang dia liat. Karin melihat tubuh mungil pucat Hayllen terbaring di lantai dingin dengan beberapa serpihan kaca di lantai.

Karin menatap perihatin kearah Hayllen yang bibir nya terlihat sangat pucat dan kering, kening yang mengeluarkan darah yang sudah mengering.

"Kak Hayllen bangun, pliss!" Karin yang panik harus melakukan apa akhirnya meminta tolong pada Abangnya Duwi untuk kembali lagi menjemput nya pulang.

"Halo, bang Duwi, Karin minta tolong Abang balik lagi jemput Karin"

Tak perlu menunggu waktu lama Duwi datang kembali. baru saja Duwi keluar dari mobil sudah langsung di sambut dengan wajah sang adik nya yang sudah sembab.

"Abang tolongin kak Haya dia pingsan kaya nya Kak Haya tadi malam kepeleset dari tangga" lirih Karin menangis tersedu-sedu memegang tangan Abangnya yang tampak bingung dengan situasi ini.

Duwi paling anti dengan perempuan dia tidak pernah berani menyentuh perempuan selain adiknya Karin.

"Sekali ini aja Abang ... Tolongin kak Haya, muka kak Haya udah pucat banget Karin Takut"

Duwi menghembuskan nafas berat kemudian mengangguk masuk kedalam rumah menggendong tubuh dingin dan pucat Hayllen. Entah, kenapa Duwi begitu familiar dengan wajah gadis yang tengah pingsan ini.

"Ini cewe yang Poto nya banyak di kamar Langga itu kan?" Batin Duwi sambil menggendong Hayllen ala bridal style membawa masuk kedalam mobil dan membaringkan Hayllen di atas pangkuan Karin.

Tangan Duwi bergetar hebat setelah menggendong Hayllen, Duwi masuk ke tempat pengemudi dia terdiam beberapa saat untuk menenangkan diri nya yang masih gemetar tak mungkin Duwi memaksakan diri untuk menjalankan mobil dengan kondisi nya saat ini.

"Bang Duwi cepat!" Cicit Karin dengan air mata yang terus membasahi pipinya tangan Karin terus menerus mengusap rambut Hayllen.

Duwi menjalankan mobil dengan kecepatan sedang dia terus memperhatikan adik kecil nya yang terus menangis dari pantulan spion.

"dek Karin, kita ke rumah sakit atau mansion aja langsung?" Tanya Duwi pada adiknya.

"Kek mansion aja bang biar dokter pribadi Karin aja yang nanganin kak Haya" Duwi mengangguk kemudian membelokkan mobilnya kek sebuah gang hanya menghabiskan waktu tiga menit mobil itu masuk ke sebuah rumah mewah yang begitu luas.

Duwi kembali menggendong Hayllen masuk kedalam mansion di susul dengan Karin di belakang yang langsung menelpon dokter untuk segera datang memeriksa konyol Hayllen.

Kedatangan Duwi yang menggendong gadis berhasil menjadi perhatian para maid yang kebetulan dia lewati.

Duwi menurunkan Hayllen dari gendongannya ke kasur kamar Langga yang sudah lama tak pernah di tiduri.

Cukup lama Karin dan Duwi menunggu sang Dokter memeriksa keadaan Hayllen di dalam yang membuat Karin seperti setrika.

Tak lama dokter itu keluar dari kamar Langga dan Karin langsung menghampiri sang dokter menyerang dengan berbagai pertanyaan.

"Dokter gimana ke adaan kak Haya?, Dia gapapa kan dok?, Kak Haya bakal bangun kan nanti dok?" Tanya Karin beruntun yang membuat dokter Lori terkekeh.

"Kakak kamu gapapa kok, dia cuman pingsan kerena mengalami benturan di kepala tapi kamu ga perlu khawatir kondisi dia juga sudah mulai membaik nanti kalo kakaknya udah sadar kamu beri dia makan dulu kemudian berikan dia obat ini ya"

Karin menerima obat itu dari sang dokter.

"Kalo begitu saya pamit dulu ya"Karin mengangguk menatap kepergian Dokter Lori kemudian Karin menatap ke arah Abang nya Duwi.

"Bang jagain kak Haya bentar ya Karin mau beli bubur di luar bentar aja"

Saat Karin meninggalkan Duwi langsung melangkah masuk ke kamar Langga melihat Hayllen yang sudah sadar dari pingsan berdiri di depan dinding yang tertempel banyak Poto kecil.

Saat Karin meninggalkan Duwi langsung melangkah masuk ke kamar Langga melihat Hayllen yang sudah sadar dari pingsan berdiri di depan dinding yang tertempel banyak Poto kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HAYALAN S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang