29.WILLIAM BAFENDRA SAKALA

24 4 0
                                    

Vote dan komen

Warning ⚠️⚠️⚠️

Dilarang keras untuk plagiat ‼️

Plis tandai typo

🌼🌼🌼

Setelah pemakaman Karin tadi siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah pemakaman Karin tadi siang. Anggota inti black Ruby berkumpul di ruang tamu mansion keluarga Sakala yang suasana duka masih begitu terasa apa lagi di ruang tamu banyak bingkai foto Karin yang terlihat begitu bahagia.

Di luar mansion, masih begitu berisik karena para reporter terus-terusan memaksakan diri untuk masuk ke mansion untuk meminta kronologi kematian Karin secara detail sayang nya mereka di cegah oleh bodyguard keluarga Sakala.

Semua anggota inti sudah berkumpul kecuali Filzan yang kembali ke Bandung. kata nya sih markas di Bandung di serang sama anak geng lain.

"Kalian harus mengetahui fakta ini. delapan belas tahun yang lalu saat saya dan lima kawan saya masih muda kami, mendirikan yang nama sebuah geng boyfriend. Geng motor yang di ketua oleh saya dan wakil nya ialah Yuan semua nya berjalan lancar sampai markas kami di serang oleh napi asal Amerika yang ingin melarikan diri dari para FBI pada akhirnya saya dan empat kawan saya membantu untuk menangkap penjahat itu. Geng kami di beri sebuah black Ruby yang berharga oleh FBI sebagai tanda terima kasih jadi kami memutuskan untuk mengubah nama geng motor kami sebagai geng black Ruby."

Semua nya saling tatap menatap. tak menyangka bahwa mereka sekarang tengah berhadapan dengan pendiri geng black Ruby generasi satu.

"Jadi, apa tujuan anda mengumpul kami di rumah anda?" Tanya Renzi dengan ke dua alis yang saling bertautan membuat mata tajam Renzi semakin menusuk.

William berdiri dari duduknya. Dia berjalan menghampiri sofa panjang yang di duduki oleh enam anggota Black Ruby.

William berdiri tegap di hadapan anggota inti geng black Ruby. dia menatap satu persatu wajah-wajah hebat anggota inti black Ruby. William tersenyum bangga setelah menghela nafas berat.

"Delapan belas tahun silam setelah kami mendapatkan Ruby berharga dari FBI. salah satu dari kami berkhianat. Fathur mencuri black Ruby itu, untuk membangun sebuah perusahaan yang membuat Yuan, Alkayna, Bara, Zainal, dan Arul tidak terima itu mereka menyerang rumah Fathur tanpa sepengetahuan saya. Alkayna mengamankan ke dua anak Fathur sayang nya anak tertua Fathur memberontak sehingga terpaksa Alkayna membenturkan kepalanya agar tidak memberontak. Yuan menyiksa Fathur dan juga istrinya sedang Bara, Zainal, dan Arul membongkar seisi rumah untuk mencari hasil uang penjualan Black Ruby tidak ketemu sama sekali sehingga terlintas ide gila Yuan untuk membakar rumah Fathur dan membiarkan Fathur dan istrinya terbakar hidup-hidup"

Kildan dan Kia saling tatap mendengar cerita kelam black Ruby generasi satu. Yuan itu om mereka yaitu ayahnya Hayllen. sedang Alkayna ayahnya Petir, Bara ayahnya Berlin, Zainal ayahnya Langit, dan Arul ayahnya Laxsa.

Petir, Karin, dan juga Laxsa sama-sama tewas kerena pelaku teror apa mungkin semua ini ada sangkut pautnya dengan tragedi delapan tahun silam berarti. Hayllen, Berlin, dan Langit dalam bahaya.

Bagas berdiri dari duduknya. dengan mata yang terlihat begitu sembab dan wajah yang pucat kerena sedari malam tadi Bagas tidak ada makan.

"Kita pulang sekarang. Hayllen dalam bahaya gue yakin Hayllen target berikutnya. Dan kalian berdua Langit, Berlin ikut kita ke rumah Renzi" perintah mutlak Bagas.

Mereka semua pamit dengan William. Bagas menyalim tangan William paling terakhir teman-temannya sudah berada di luar.

William terdiam menatap Bagas yang tengah mencium punggung tangannya cukup lama. punggung Bagas bergetar William tahu Bagas tengah menangisi kepergian putrinya.

William menarik Bagas kedalam pelukannya dia mengusap punggung Bagas membiarkan anak laki-laki hebat ini menumpahkan semua tangis nya.

"Ayah Karin sudah tidak ada mungkin Agas tidak akan sesering dulu untuk mampir ke mansion ini. makasih ayah selama Bagas bersama Karin ayah memberikan kepercayaan besar untuk menjaga Karin ayah juga memberikan kasih sayang sosok ayah buat agas."

"Sama-sama nak, ayah ingin kamu tidak larut dalam arus kesedihan ini cari pelaku teror itu sampai dapat balas semua rasa sakit Karin dan anak-anak black Ruby yang telah di habisi" Bagas mengangguk kemudian dia melap air matanya.

Di luar sana Kia terus memanggil Bagas yang tak kunjung keluar. Yang lain hanya mampu menutup kuping mendengar teriakkan Kia yang cempreng. saat Kia ingin berteriak lagi memanggil Bagas mulut Kia langsung di bekap oleh Bagas yang baru saja keluar.

"Diam ah, berisik banget lo. rumah orang nih" kesal Bagas menurunkan tangannya dari mulut Kia.

"Ye, siapa suruh lo lama. Eh Gas lo habis nangis lagi yaaa" Kia mengangkat tangan kanannya membentuk huruf ye setelahnya telunjuk mungil menyebalkan itu menunjuk mata Bagas yang merah.

Bagas menepis telunjuk Kia berjalan kearah motor sport nya di susul oleh Renzi, dan Kildan.

Sedangkan Berlin dan Langit menepuk pundak Kia membuat posisi Kia ada di tengah mereka.

"Kiaya lo tadi di tempat petir tingkah Lo udah kaya ukhti-ukhti eh ketempat Karin balik lagi sama sifat lo yang ga tau malu" ucap Berlin yang membuat Langit sedikit syok.

"Kia pertanyaan Lo sama Bagas tadi agak rese. ya wajar lah Bagas nangis orang Karin ninggalin dia untuk selamanya. Lo pasti tau kan rasanya kehilangan orang yang udah ada buat lo sejak lama. Sama seperti apa yang Lo rasa saat kehilangan Laxsa begitu juga yang sedang Bagas rasa kan" nasehat Langit kepada Kia yang membuat gadis itu tertunduk murung.

Langit memang menyebalkan dengan segala tingkah nya namun Langit memang tidak di ragukan lagi, dia bisa memahami perasaan teman-teman nya kadang Langit melakukan tingkah konyol di waktu bulan tidak tempat bukan tanpa alasan dia melakukan itu  untuk mencair kan suasana yang begitu tegang.

Kia berjalan dengan langkah pelan meninggalkan Berlin dan Langit tanpa mengucapkan sepatah kata apapun untuk menghampiri Kildan yang sudah memanggilnya.

Berlin menepuk pundak  Langit dengan mulut yang terbuka. "Wow!!!, Tiap hari Lo kaya gini aja ya Lang." Langit hanya berdecak kesal menanggapi Berlin.

" Langit hanya berdecak kesal menanggapi Berlin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HAYALAN S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang