Vote dan komen
Warning ⚠️⚠️⚠️
Dilarang keras untuk plagiat ‼️
Plis tandai typo
🌼🌼🌼
Langit melangkah seorang diri dari lorong mushola rumah sakit ke ruang inap Laxsa.
Detak jantung Langit berdebar dua kali lebih cepat kala dia sampai di depan pintu ruang inap Laxsa ada tiga belas tangkai mawar merah yang sudah terlihat layu tertata dengan rapi di depan pintu.
Langit berjongkok menatap bunga mawar itu. Di bawah tiga belas tumpukan mawar merah yang telah layu ada sebuah kertas coklat yang penuh bercak darah di kertas itu tertulis.
Game akan segera dimulai untuk membalas dua nyawa yang di renggut paksa;)
Kening Langit mengerut menatap isi kertas itu tangan Langit meronggah handphone di saku celananya.
Langit memotret kertas itu lalu di kirim ke grup khusus geng Black Ruby.
Belum selesai dengan tiga belas tangkai mawar merah tiba-tiba di ruangan Laxsa begitu berisik dengan suara monitor. Langit yang panik langsung masuk ke dalam sana.
Semua teman-temannya masih tertidur dengan pulas tak terganggu sama sekali dengan suara monitor yang terus berbunyi.
Langit menutup mulutnya tak percaya melihat monitor Laxsa yang bergaris lurus.
"Laxsa... Ga mungkin" Langit berlari ke luar dari ruang inap Laxsa mencari keberadaan para dokter dan perawat.
Perlahan Karin bangun dari tidur karena terganggu dengan suara monitor yang terus berbunyi.
Karin menggeleng Tan percaya kemudian dia membangunkan Bagas yang masih tertidur.
"Agas, bangun!"
Mata Bagas langsung terbuka lebar refleks dia berdiri kemudian memeluk Karin dengan erat.
Bagas begitu tak percaya melihat monitor Laxsa yang bergaris lurus begitu pun dengan Filzan, Berlin, Kildan, dan juga Petir.
"Ga, ga mungkin Laxsa udah pergi" Filzan menggeleng Kepala nya tak percaya menatap wajah pucat Laxsa yang terlihat begitu tenang.
Filzan memundurkan langkahnya hingga terpojok di tembok kedua tangan Filzan terkepal melampiaskan rasa emosi nya ke pada tembok.
Bugh
Bugh
Bugh
"Laxsa kenapa harus Lo yang pergi sih Lax, andai semalam gue ga tidur mungkin gue bisa tolongin elo"
Petir menahan tangan Filzan yang terangkat ingin memukul tembok lagi.
"Tenangin diri Lo Zan, setidaknya Laxsa ga tewas karena teror melainkan karena sebuah penyakit yang dia derita sekarang Laxsa udah tenang dia ga ngerasain yang namanya sakit"
Di antara Petir yang tengah menenangkan Filzan dan juga Karin yang memeluk Bagas yang tengah menangis atas kepergian anggota Black Ruby ada Kildan yang terdiam membeku mata coklat itu menatap tangan adiknya yang di genggam oleh Laxsa.
Kildan memikirkan perasaan adik kembarnya nanti yang masih nyenyak dengan tidur nya di atas dada bidang Laxsa. Bagaimana jika Kia tau bahwa teman fakultas kedokteran nya sudah pergi meninggalkan dia sendiri.
Langit masuk ke ruangan Laxsa bersama dengan beberapa perawat dan juga dokter.
"Tolong kalian semua keluar dari ruangan ini" pinta dokter itu kepada mereka semua.
"Tapi dok adik saya masih tidur"
Dokter menatap gadis yang terlihat begitu nyenyak tidur di atas dada bidang Laxsa.
"Tolong bawa dia keluar kami ingin memeriksa pasien setelah itu akan kami pindah kan ke ruang jenazah"
Kildan menghampiri adik nya Kia kemudian menggendong Kia ala bridal style.
"Tangan kamu dingin banget Lax" ucap Kia yang masih tertidur. Salah satu perawat melepaskan genggaman tangan Laxsa dari Kia.
Pintu ruang Laxsa telah di tutup oleh para perawat. terlihat dari kaca kecil yang berada di pintu Dokter wanita itu menggeleng setelah memeriksa nadi Laxsa.
Satu persatu alat medis di lepaskan dari Laxsa. selimut putih diangkat oleh perawat hingga menutupi wajah Laxsa.
Kia yang di duduk ke kursi tunggu mulai mengedip kan matanya rasa kantuk masih menguasai Kia.
Kia menatap bingung ke semua wajah temannya yang terlihat seperti habis menangis apa lagi Bagas yang pandangannya kosong.
"LAXSAAA!!" Kia berdiri dari duduknya kala pintu ruang inap Laxsa di buka dan ada beberapa perawat yang mendorong brankar Laxsa.
Tangan Kia terangkat membuka selimut putih yang menutupi wajah Laxsa terlihat wajah pecut Laxsa yang seperti tengah tersenyum kepada Kia.
Kia menggeleng tak percaya air mata mulai berderai membasahi pipi Kia.
"LAXSAAA LO BECANDA!!!, BECANDA LO GA LUCU LAX!"
Tak ada reaksi apapun dari Laxsa yang tengah terbaring.
Tubuh kita melemas tak percaya dengan fakta yang berada di hadapannya ini lelucon apa lagi ini tuhan?.
Kia memeluk tubuh Laxsa dengan begitu erat.
"LAXSAAA!!! Bangun ... Plis kali ini becanda Lo ga lucu Lax. Ayo bangun Lax. Lo masih banyak hutang janji sama gue... Lo-lo janji kan mau osce bareng sama gue ayo bangun Lax. Lo selalu tanya ke gue kan ada atau engga perasaan gue buat Lo jawabannya IYA LAX GUE SUKA SAMA LO DARI AWAL KITA KENAL"
Raungan Kia membuat semua teman nya tak kuasa menahan tangisnya bahkan perawat yang mendorong brankar Laxsa tadi juga ikut menetes kan air mata.
"Maaf mbak pasiennya harus segera di bawa ke ruang jenazah"
"ENGGA LAXSA GUE MASIH ADA!!!, DIA CUMAN BECANDA GUE YAKIN"
Petir dan Berlin menahan Kia yang meronta yang tak membiarkan para perawat itu menjalankan tugas mereka untuk mengantarkan Laxsa keruang jenazah untuk segera di urus.
Kia melemas dia terduduk di keramik dingin Petir dan Berlin saling pandang melihat Kia yang memukul-mukul keramik dengan kedua tangan nya.
"Lo nangis sampai air mata Lo jadi darah pun ga bakal bikin Laxsa balik lagi Kia!" Ucap petir yang menusuk uluh hati Kia.
"Sekarang gue tau rasanya jadi Renzi yang di tinggal pergi oleh orang yang menyukai nya dengan begitu tulus rasanya ternyata sesakit ini ya... Laxsa i love you more than you know"
KAMU SEDANG MEMBACA
HAYALAN S2
Teen Fictiontrauma. yang sangat mendalam di masa putih abu yang membuat gadis cantik dengan kepang dua trauma menjalani sebuah kisah cinta. "Lautan menyimpan beribu misteri, hutan menyimpan beribu hewan buas dengan racun yang sangat mematikan hampir sama dengan...