BAGIAN 5 - BALAS BUDI ANYA

9.3K 489 0
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

------------------------------------

Sejak hari di mana Anya ikut menumpang pulang bersama Ibra, keesokan harinya Anya langsung memantau pergerakan lelaki itu dari dalam rumahnya. Namun, sudah dua hari berlalu, Anya sama sekali tidak melihat sekalipun pergerakan dari lelaki itu di sana.

Sebenarnya bukan tanpa alasan Anya melakukan hal konyol tersebut. Seperti ucapannya, dia akan membalas budi kebaikan Ibra yang sudah pernah menolongnya. Anya bukan tipe seseorang yang hanya modal terima kasih. Namun, dia juga akan membalas kebaikan orang yang menolongnya dengan memberikan suatu barang atau makanan sebagai balas jasanya.

Anya yang sudah kepalang tak sabaran itu pun akhirnya nekad untuk pergi ke rumah milik Ibra dengan membawa sekotak kue red velvet di tangannya. Anya tidak tau apakah Ibra akan menyukai kue yang dia bawa atau tidak. Yang pasti, tujuan dia memberikan kue itu adalah sebagai balas budinya dan yang terpenting, dia ikhlas memberikan kue itu kepada lelaki tersebut.

Anya yang sudah berada di depan rumah Ibra itu pun memperhatikan dengan seksama rumah tersebut. "Mobilnya sih dari kemarin stay terus di garasi depan. Tapi, yang jadi masalah, orangnya ada gak sih? Dari kemarin gue perhatiin gak pernah muncul-muncul?"

Sibuk dengan pikirannya akan keberadaan pemilik rumah, Anya akhirnya memutuskan untuk menekan bel rumah tersebut. Untungnya, tak berapa lama pintu rumah itu pun terbuka. Senyum di wajah seketika terbit melihatnya. Namun, senyum itu tak bertahan berapa lama, karena tergantikan dengan raut wajah terkejut ketika matanya melihat pemilik rumah.

"Mas Ibra? Mas Ibra sakit? Mukanya pucat banget" Anya benar-benar terkejut melihat penampilan lelaki itu.

"Astaga!" Anya semakin terkejut tak kala tangannya tak sengaja menyentuh pergelangan tangan milik Ibra. Panas, itu yang Anya rasakan.

"Ada apa?" tanya Ibra dengan suaranya lemah.

"Aku ke sini sebenarnya mau ngasih kue buat mas Ibra sebagai ucapan terima kasih ku kemarin karena mas Ibra udah nolongin aku" jawab Anya yang kini begitu fokus menatap wajah pucat tersebut.

"Terima kasih. Saya terima kue nya. Kamu bisa pulang" ucap Ibra sambil mengambil kotak yang berada di tangan Anya.

"Mas Ibra udah ke dokter?" Anya menghiraukan ucapan Ibra sebelumnya. Dia benar-benar kasian melihat penampilan lelaki di hadapannya ini.

"Saya gak papa" ucap Ibra yang tak menjawab pertanyaan Anya.

"Gak papa apanya. Coba mas Ibra lihat mukanya sekarang. Muka mas Ibra ini pucat banget, badan mas Ibra juga panas. Kalau mas Ibra kenapa-kenapa di rumah ini gimana? Gak ada orang yang bakal tau kalau mas Ibra di rumah ini kenapa-kenapa. Ayo ke dokter sekarang!" Anya benar-benar tak habis dengan pikiran lelaki di hadapannya ini. Wajah pucat dan badan panas masih saja di anggap remeh. Benar-benar.

"Kamu pulang aja. Saya gak papa" ucap Ibra keras kepala.

Anya menggeleng tak habis pikir. "Mas Ibra tuh gak kasian apa sama tubuh mas sendiri? Manusia kalau sakit ya berobat ke dokter, biar dokter periksa dan kasih obat. Kalau mas Ibra keras kepala kaya gini, yang ada mas Ibra malah bikin tubuh mas semakin rusak. Data kalau ada kesalahan pasti harus di lakukan pemeriksaan. Sama halnya kaya tubuh, mas Ibra. Tubuh, kalau ada yang salah juga harus ada pemeriksaan. Biar apa? Biar ketahuan salahnya di mana."

Ibra terdiam sejenak mendengar perkataan gadis di hadapannya. Baru kali ini dia mendapatkan teguran seperti ini dari orang lain selain mamanya.

"Ayo sekarang aku antar mas Ibra ke dokter. Kebetulan aku sekarang lagi gak sibuk. Mas Ibra pakai jaket aja. Lagi dingin kan?"

PLAYGIRL || (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang