Chapter 7

637 45 6
                                    

Suara burung saling bersahutan satu sama lain di atas pepohonan rindang, di bawah pohon-pohon itu terdapat meja-meja kayu yang dimana banyak mahasiswa berkumpul di sana, ada yang tengah menikmati makan siangnya ada pula yang tengah berkutat dengan kertas dan leptopnya.

"Al~"

"Iya Bang, Ada apa?"

"Lo kenapa? Kemarin pas ketemu nih muka lo merah gini juga, lo gak lagi minum kan?"

"Gak! Gak mungkinlah." Kepala mungil nan bulat itu menggeleng cepat, membuat poni yang hampir menutupi alisnya itu bergoyang-goyang lucu.

"Terus, kok mula lo merah gini, lo demam?" Tangan besar itu tanpa permisi menyentuh kening si pemuda yang duduk di sebelahnya itu.

"Eng-engak kok Bang, gue sehat." Tangan mungil milik Alviano terangkat menyentuh tangan Mahendra, menjauhkan tangan besar itu dari keningnya.

"Yang benar? Tangan lo kenapa berkeringat?" Tangan besar itu mengusap-ngusap tangan mungil yang setengah basah itu.

Alviano bingung harus bagaimana, kontak fisik yang saat ini Mahendra lakukan begitu membuat Alviano ingun berteriak saat ini, ia begitu bahagia saat ini.

"Al~" Deep voice itu begitu candu bagi seorang Alviano, ingin rasanya ia mendengar suara itu di setiap harinya.

"Oh iya, Abang ngapain ke sini?" Alviano menarik tangannya dan mencoba merubah topik pembicaraan, sebab ia baru saja ketangkapan lagi-lagi menatap wajah tampan Mahendra.

"Oh, gue ada perlu tadi sama seseorang di sini, kebetulan aja tadi ngeliat lo lari-lari di tangga."

"Cowok temannya?" Tanya Alviano.

"Cewek, kenapa Dek?"

"Puji Tuhan" Monolog Alviano sambil menggelengkan kepalanya.

Keduanya pun mengobrol ringan sampai Mahendra pamit untuk kembali ke kedai kopi untuk bekerja.

"Bar, kayaknya bentar lagi kita bakal dilupain deh."

"Bener kata lu Stel, kita bakal jadi obat nyamuk kalau gini."

"Diem deh lo berdua, gak bisa apa liat temennya bahagia." Ujar Alviano dengan senyum yang masih terlukis indah di wajahnya, menatap punggung lebar yang perlahan kian jauh dari pandangannya.

~~~~~~

Seperti layaknya kebanyakan sebuah kedai kopi pada umumnya, selalu ramai di sore hari, sebab banyak orang melepas lelahnya dengan menikmati secangkir kopi dan kue yang disuguhkan di kedai tersebut.

"Kayaknya hari ini kita bakal sibuk deh Bang." Ucap salah satu pramusaji di kedai tersebut.

"Iya nih Dek, alhamdulillah kan." Sahut sang barista dengan tangan yang tengah sibuk membuat kopi pesanan pelanggan mereka.

" Sahut sang barista dengan tangan yang tengah sibuk membuat kopi pesanan pelanggan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
365 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang