Chapter 21

377 30 5
                                    

Kring!

Suara lonceng yang khas selalu terdengar di sebuah kedai kopi saat pintu kedai tersebut dibuka, aroma wangi kopi tercium memenuhi indera penciuman sejak pertama kali melangkah ke dalamnya, sapaan hangat dan ramah dari karyawan di sana menjadi penyambut para pelanggan, jangan lupakan aroma roti yang baru dikeluarkan dari oven ikut menjadi pelengkap rasa nyaman di sana.

Di siang hari dengan cuaca mendung, menikmati secangkir kopi panas dengan beberapa potong roti yang masih hangat, sungguh perpaduan yang pas untuk menghabiskan waktu luang.

"Rama, lihat deh ke sana." Bisik seorang pemuda kepada temannya yang bernama Rama itu.

"Kenapa? Gue lagi motong kue bentar."

"Is! Cepetan napa, eh eh eh dia dateng." Pemuda tadi pergi menghampiri seorang pembeli yang berdiri di depan meja kasir.

"Silahkan Kak, mau pesan apa?" Ujarnya pada pemuda tinggi dengan pakaian serba hitam itu.

"Aku ingin kopi susu gula aren dan dua buah kue kopi." Suara beratnya itu sukses menarik perhatian Rama yang tengah fokus menata potongan kue di atas nampan, pemuda bermata coklat itu tertegun saat melihat pelanggan tersebut, senyum mereka lalu mengembang di wajah manisnya lalu dengan mata tak lepas menatap pelanggannya itu, Rama berjalan ke arah kasir.

"Bobi, apa aja pesanannya?" Tanya Rama dengan senyum serta tatapan nakal ke arah pelanggan tadi.

"Kopi susu gula aren sama dua buah kue kopi." Ujar Bobi.

"Oke gue aja yang buatin." Ujar Rama dengan seringai yang membuat Bobi menatap heran.

"Silahkan tunggu di mejanya." Ujar Bobi ramah, tak lupa senyum manis ia berikan dan dibalas senyum ramah dari pelanggannya tersebut.

"Ekhem!"

"Kenapa Ram?" Tanya Bobi.

"Gak papa, leher gw gatel doang." Sahut Rama dengan nada sedikit tinggi.

Bobi menggaruk kepalanya yang tak gatal, sungguh aneh sikap Rama saat ini, ia pun memilih untuk membuatkan pesanan pelanggan berikutnya.

Kaki pendek berbalut jeans hitam itu berjalan lincah melewati meja-meja di kedai kopi tersebut, dengan sebuah nampan berisikan satu gelas kopi gula aren serta sebuah piring berisikan dua buah roti berbentuk bundar di atasnya.

"Pesanannya Tuan tampan." Ucap Rama dengan senyum sembari menaruh segelas kopi serta sepiring roti tadi.

"Aku memang tampan." Sahut pelanggan itu dengan bangganya.

Rama menunduk, wajahnya mendekat pada wajah pemuda itu, "gak ada jatah selama seminggu." Ucapnya dengan diiringi senyum.

"Gak bisa gitu sayang." Sahut pemuda itu.

"Nikmati kopinya dan ... ." Rama kian mendekatkan wajahnya, "tunggu hukuman lo di rumah nanti."

Pemuda tampan itu hanya menanggapi perkataan dari Rama dengan senyuman.

Tanpa mereka ketahui dari depan pintu masuk kedai tersebut berdiri seorang pemuda yang sedari tadi melihat interaksi keduanya, ia hanya bisa tersenyum melihat tingkah pemuda mungil dengan kekasihnya itu.

"Dasar bucin gak tau tempat." Ujarnya lalu melangkah pergi keluar dari kedai tersebut, di luar sana terlihat seorang pemuda tengah menunggunya.

"Lama banget Dek, ngapain sih?"

"Liat adegan romantis tadi di dalem."

"Ada ya?"

"Iya, udah lupain, lo beda server soalnya Bang, mending kita nyari batagor aja yuk."

365 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang