Chapter 3 - Who?

85 51 14
                                    

“Mami!” seru Berly dan Chelsea kompak begitu melihat Naya. Sedari tadi keduanya menunggu sang sahabat di parkiran. Mereka langsung saja menghampiri Naya dan Tristan yang baru saja turun dari mobil.
Tristan melewati Naya dan para bestie-nya. “Duluan ya, cew-cew genit!” katanya sambil berlalu. Kalimat itu sudah biasa ia ucapkan setiap hari di waktu yang sama saat ketiga sahabat itu kumpul.
“Dah … Abang Tristan!” jawab ketiganya kompak. Tristan pun berjalan menuju kelasnya.
Pak Karyo melajukan mobil kembali ke kediaman Ronald Wijaya Nugraha. Sementara Naya dan kedua sahabatnya berjalan menuju kelas mereka untuk ngerumpi pagi-pagi.
“Mi, tadi malem kita berdua ngobrol panjang lebar loh sama Bayu!” Berly membuka obrolan begitu mereka tiba di kelas XI IPA II. Tentu saja dengan obrolan seputar gebetan barunya. Seperti biasa, mereka bertiga mengelilingi meja Naya.
“Ah. Ngomongin gebetan melulu, nih. Bosen gue. Mentang-mentang baru jadian!” seru Edrea. Seketika bete karena nama Bayu disebut lagi.
Cewek yang akrab disapa Mami oleh kedua sahabatnya ini memang sampai sekarang belum dapat gebetan juga. Entah kenapa enggak ada cowok yang menarik perhatiannya. Padahal semenjak duduk di bangku SMA, terhitung sudah delapan cowok yang nembak dia.
“Mami jahat. Enggak mau denger Berly curhat lagi ....” desah Berly yang emang dari sononya udah manja. Cewek itu mulai menopangkan tangannya ke dagu, sambil cemberut. Meniup pelan poni yang menutupi dahinya.
“Mami selalu, deh, enggak mau denger tiap kita ngobrolin gebetan kita. Padahal itu kan buletin terbaik yang kita punya, Mi,” sela Chelsea. Gadis itu melirik Berly yang langsung memonyongkan bibir. “Ngobrolin Ringgo salah, Bayu juga salah.
Nah, makanya kalau Mami bosen, cepetan cari gebetan dong. Biar gantian Mami yang ngobrolin gebetan.”
“Ya, mami enggak suka aja. Bosen tiap hari gitu terus. Enggak ada topik lain apa?” Naya mengungkap kekesalannya. “Kalian juga enggak bosen apa, nyeritain gebetan melulu? Kalau udah putus aja baru nangis darah!”
Berly memperhatikan Naya yang mulai mengeluarkan sebuah buku dan mengibaskannya ke leher. “Oh, Berly tahu, Mi!” serunya tiba-tiba. “Ada obrolan seru nih, seputar artis!”
Naya menyilangkan kedua tangan di depan dada. Diam sejenak sambil menunjukkan muka masam. Seketika Berly pun berhenti berceloteh. Langsung melirik Chelsea dengan bingung.
Duh. Kayaknya gue lupa sesuatu yang penting yang mau diceritain, tapi, apa ya? Naya bergumam dalam hati. Ia terus memutar otak. Mencoba mengingat. “Bestie!” Tiba-tiba gadis itu berteriak. “Mami punya obrolan seru nih!”
Chelsea dan Berly langsung terperangah melihat Naya yang kembali bersemangat. “Obrolan apa, Mi?!” keduanya berseru kompak.
“Gini lho ….”
Baru saja Naya hendak bercerita, tapi bel tanda jam pelajaran langsung berbunyi. Seketika suasana hati mereka berubah dongkol.
“Yah, obrolan seru harus ditunda, deh, sampai jam istirahat nanti!” Naya berdecak kesal. “Pending dulu, deh.” Ia pun mulai menyiapkan diri untuk pelajaran pertama.
“Ah. Rese nih belnya!” Chelsea ikutan bersungut. Lalu bersama Berly ia pun kembali ke meja masing-masing.
Naya segera mengatur ponselnya agar tidak berdering saat belajar nanti. Cewek bernama lengkap Zenaya Indira Nugraha ini tengah menyiapkan dirinya untuk pelajaran Matematika. Salah satu di antara mata pelajaran yang masuk blacklist-nya: Matematika, Fisika, Kimia. Dan satu lagi yang membuat ia bete adalah guru-guru yang mengajar ketiga mata pelajaran tersebut adalah guru-guru yang terkenal galak.
“Selamat pagi, semuanya,” sapa seorang lelaki berbadan tegap yang memasuki kelas itu dengan langkah lebar. “Pagi, Pak Arius!” jawab seisi kelas dengan kompak.

°•°•°

Begitu bel istirahat berbunyi, Zenaya dan kedua sahabatnya pun berkumpul di kantin. Mereka kini tengah menyantap menu masing-masing. “Mi, lanjutin yang tadi pagi dong!” seru Chelsea tampak penasaran. Memandang Naya sambil mengaduk es campurnya. “Sebelum Mami lupa apa yang mau diceritain.”
“Oke. Baru aja mau lupa!” Naya tertawa. Cergas menyuap es campur ke mulutnya. “Untung langsung lo ingetin!”
Berly menggeser gelas es campurnya hingga dekat dengan wajah. “Mi, buruan. Penasaran, nih. Emang apa ceritanya?” cetusnya manja.
Naya melirik gadis berambut panjang itu. “Jangan bawel, ah, lo pada!” katanya galak. Lalu menarik napas panjang. Seperti bersiap-siap hendak memberikan pidato.
“Gini, nih, ceritanya. Denger baik-baik.” Naya berucap dengan nada serius. Membuat Chelsea dan Berly makin antusias.
"Dengerin baek-baek!" Berly sedikit berteriak pada gadis berambut pendek di sebelahnya.
“Ssstt … diem, deh!” sergah Chelsea. Menatap dengan kedua mata yang melotot. Lantas Berly tersenyum kecut.
“Mulai malem ini, nih, di rumah gue bakal ada anggota keluarga baru. Dia bakal tinggal satu atap sama gue dan Bang Tristan,” lanjut Zenaya. Kemudian tangan kanannya menyuap es campurnya lagi ke mulut.
Chelsea tampak kebingungan. “Kok, bisa ada keluarga baru gitu, Mi?” serunya yang kemudian menoleh ke arah Berly.
Sama seperti Chelsea, Berly pun membelalakkan kedua matanya dengan heran. “Iya. Emang sejak kapan Tante hamil?” tanyanya, “Kok, bisa enggak ketauan?”
Naya terlihat kaget sekaligus kesal atas respon kedua sahabatnya itu. Gadis itu tiba-tiba bete apalagi setelah mendengar pertanyaan Berly barusan.
“Maksudnya, Mami punya adek baru lagi?” Chelsea malah mempertegas pertanyaannya. Yang langsung membuat Naya semakin kesal.
“Ya, ampun, Bestie, di rumah Mami tuh bakal ada cowok seusia kita. Yang bakal nginep gak tahu sampe kapan, ngerti?!” katanya menjelaskan. Sedikit berteriak. Zenaya menatap kedua temannya yang kali ini memasang ekspresi berbeda lagi.
“Beneran, Mi?” tanya Chelsea lagi. Berly pun ikut menimpali, “Ha? Kok gitu?”
Naya lalu tersenyum aneh. “Kenapa? Lo pada pasti pengen banget ketemu ya? Orang gue aja enggak tau mukanya gimana. Mana cowok, seumuran pula,” lanjutnya. “Yang bikin aneh, katanya gue kenal sama dia. Katanya kita temenan waktu kecil. Tapi, masa iya gue enggak inget sama sekali?!”
Naya mulai membayangkan sosok cowok yang bakal tinggal serumah dengannya nanti.
“Mi, emang kenapa tuh orang mau tinggal di rumah Mami?” tanya Berly. Lantas membuyarkan lamunan gadis itu.
“Enggak tau juga, sih. Nanti deh Mami tanya langsung ke orangnya. Soalnya Mami taunya juga mendadak, baru pas sarapan tadi." Naya menjawab sekenanya. Mukanya seperti ditekuk.
"Mi, entar kasih tau, ya, orangnya kayak gimana!” sambung Chelsea, yang kemudian mengedipkan sebelah matanya pada Naya.
Berly menunjukkan deretan giginya pada Chelsea, menoleh sambil terkekeh garing. “Hmm kira-kira gantengan dia apa Bayu, ya?!” serunya. Lantas keduanya mulai tertawa genit. “Video call, ya, Mi!”
Kedua mata Naya langsung melotot. “Eh, lo pada inget dong. Udah punya gebetan semua, enggak boleh ngelirik yang ini juga!” serunya heran.
“Oh, Mami kan lagi cari inceran, ya. Hehe,” ledek Chelsea. "Baru nyambung gue!"
“Makanya, jangan diambil. Kasih Mami aja,” timpal Berly. Ikut-ikutan meledek Zenaya. Lantas keduanya menahan tawa.
“Rese lo. Mana tau entar orangnya jelek bin bau lagi!”

To be continued

De Tales [ Terbit Di Teorikata Pubslihing ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang