“Enggak ikutan makan aja, Sam?” tanya Chelsea. Langsung mengalihkan pembicaraan untuk menyelamatkan Berly dari amukan Naya.
“Udah kenyang,” jawab Samuel singkat sambil tersenyum lebar.
Berly langsung manyun. “Kenyang? Emang tadi pagi makan apa? Gue yang udah makan banyak tadi pagi, siangnya masih tetep ngerasa laper tuh,” timpal Berly dengan gayanya yang manja ngalahin Syahrini.
“Lo tuh cacingan kali, Beib. Ada cacing di perut lo yang maunya makan terus,” ledek Chelsea yang kemudian tertawa asyik.
Samuel ikut tertawa, lalu melirik Naya di sebelahnya. “Gue ngerasa kenyaaang banget. Karena ngeliat Mami makan sambil ngebawelin gue. Itu yang bikin gue kenyang...” jawab Samuel.
Tentu saja Naya yang mendengarnya langsung kesal bukan main. “Eh, apa-apaan sih lo?!” teriaknya kesal. Namun ia pun merasa malu karenanya. Sementara yang diamuk malah tertawa terbahak-bahak. “Dasar gila lo!” Kembali gadis itu berteriak.
Bukan geng The Naughty kalau tidak bisa membuat seisi kantin menoleh. Sementara Chelsea dan Berly malah ikutan tertawa-tawa melihat sepasang manusia yang keliatan enggak bisa akur itu. Namun jelas Naya terlihat salah tingkah. Mereka tak pernah melihat Naya sekikuk itu sebelumnya.
“Eh, satu lagi yang perlu lo inget ya. Yang boleh manggil gue Mami tuh cuma orang-orang yang udah deket sama gue,” lanjut Naya.
Samuel malah tersenyum nakal.“Gue kan pengen deket sama lo, Mi,” jawabnya. “Ya udah, kalau Eneng nggak mau aa' jadi anaknya. Lagian punya nama kok panjang amat.”
Naya yang semakin kesal lalu berdiri dari bangkunya.“Panggil aja gue dengan nama lengkap gue, kalo lo mau!” jawabnya ketus.
Berly dan Chelsea juga beranjak dari bangku mereka. “Yang boleh manggil dengan sebutan Mami tuh cuma kita!” sahut Berly. "Kita kan anaknya!"
Samuel menatap Naya sambil tertawa geli. “Lho, enggak apa kan kalo nanti gue yang jadi papinya?!”
Naya tak mau lagi menanggapi. Malah berbalik meninggalkan Samuel, diikuti kedua sahabatnya.
“Duluan ya, Sam!” seru Chelsea sambil berlalu. Sementara Berly hanya menatap Samuel sambil tersenyum.
Samuel tertawa sendiri, ditengoknya ketiga gadis itu berjalan menjauh. Entah apa yang dipikirkannya hingga senyumnya kini berubah sinis.
Bi Ijah, penjaga kantin, yang masih melihat ke arah Samuel sambil mengelap piring lalu menyapanya. “Lom mau masuk kelas, Dek? Udah bunyi bel lho.”
Samuel menoleh ke arah Bi Ijah. Kemudian ia melihat ke sekeliling dan kantin memang mulai ditinggalkan para murid.“Terserah gue dong. Kenapa lo jadi peduli amat?!” jawabnya cuek sambil beranjak dari bangkunya. Lalu ia pun pergi meninggalkan tempat itu.
Bi Ijah pun sewot. “Yee ... kebagusan banget tuh bocah!”
°•°•°
“Juna, boleh gue masuk?”
Zenaya menunggu di depan pintu kamar Juna. Tak lama kemudian, pintu itu pun terbuka. Wajah Juna menyembul ke luar.
“Oh, lo, Rea?”
“Nggg ... Rea?” tanya Monty bingung. “Eh, Lo baru bangun tidur, ya?”Juna tertawa kecil, lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Hm, iya, Naya,” jawab Juna akhirnya setelah berusaha memutar otak. Tentu saja ia berdusta.
“Masih kebawa mimpi kayaknya.” Pemuda itu akhirnya nyengir enggak jelas.
Naya akhirnya tertawa. “Cieee ... abis mimpiin ceweknya nih?!” Ia malah meledek. “Duh. Gue gangguin lo asik-asikan di dalem mimpi nih jadinya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
De Tales [ Terbit Di Teorikata Pubslihing ]
RomanceMau bantu pecahkan teka-teki bareng Zenaya? 👀 Hai, teman-teman. Cerita ini dibuat untuk mengikuti event Pensi Volume 8 oleh Teorikata Pubslihing dan Lapas Penulis . Mohon komentar, vote, bantuan, serta doanya ya! Terima kasih ☺️