Chapter 16 - Just Two of Us

30 22 0
                                    

"Bukannya dibikin deket, malah lo suruh jauh-jauh!"

Kiano tertawa dari seberang sana. Sementara Naya ikutan terkekeh mendengar tawa Kiano melalui headset-nya.

"Lucu, tauk, liat Kak Heizel kesel kayak gitu!" sahutnya. "Gue mau lihat dia usaha, gimana sih?"

Kiano mengangguk sendiri. "Ada benarnya sih, tapi apa Heizel tipikal orang yang kayak gitu ya?"

"Ah, lo kan enggak tau aja, tapi besok-besok gue pasti ngajakin Hazel buat ikutan futsal. Gue bakal maksa!" Naya kemudian terkekeh. "Bisa-bisanya dia malah milih masuk basket!"

"Terus, lo tersinggung, gara-gara dia tolak promosi lo kemaren?" Kiano penasaran. "Sebenarnya, lo tim sukses apa justru lo yang suka sama Heizel? Jujur!"

Naya berhenti tertawa. "Ya enggak gitu kali. Gue kan udah tahu dia sukanya sama siapa, masa gue maksa. Kalau sampai mereka jadian, lucu kali ya," jawab Naya. "Gue bakal ngangkat dia jadi anak ketiga gue!"

"Ya, elah, mami-mami!"

Tak lama kemudian, terdengar suara Mami memanggil di luar kamar.

"Eh, gue tutup dulu ya. Mami gue manggil!"

°•°•°

Pagi-pagi sekali Naya sudah minta antar supirnya. Entah kenapa ia nekat, berhubung Juna pergi bareng Tristan naik motor.

Naya sudah menunggu di bangku yang tak jauh dari gerbang. Cukup lama ia di sana sambil mendengar musik lewat headset. Kemudian saat melihat Hazel masuk, ia pun langsung memanggil namanya dengan kencang.

"Hazel!!!"

Yang dipanggil langsung menoleh. Kemudian menatap heran Naya yang berjalan ke arahnya.

"Kenapa kemarin enggak ada pas meeting anak futsal?" tanyanya sedikit kecewa. "Masa iya, lo nolak ajakan kita?"

Hazel langsung tak keenakan. "Bukan gitu, sih, Kak. Gue enggak bisa maen futsal," jawabnya pelan. Kemudian mereka pun berjalan berdua menuju ke kelas.

"Ya, namanya juga baru, nanti kan diajarin senior."
"Ah, kayaknya enggak bisa deh."

Naya kesal sendiri. Gimana sih, masa Heizel yang mesti gue paksa ikutan basket juga! Ia bergumam dalam hati. Kayaknya mesti cari cara lain.

°•°•°

“Eh, trus siapa Pangeran Berkuda Putih itu, Mamiku?” tanya Chelsea yang sedari tadi penasaran.

“Hm, biar gue coba tebak dulu, ya,” sahut Berly. Ia pun menerawang sambil tangannya merogoh bungkus keripik kentang. “Yang lagi deket sama Mami ... pasti Juna ya, Mi?!”

Naya lalu tertawa terbahak-bahak.

“Alaaah. Sotoy banget lo!” sahut Chelsea. Merebut bungkus dari tangan Berly dan mulai merogohkan tangannya ke dalam.

“Lho, siapa lagi kalo bukan Juna?!” sambung Berly lagi. “Udah deh, Mi, enggak usah malu-malu. Yuk, ceritain ke kita!”

“Tenang aja, kalo waktunya udah tepat gue pasti bakalan cerita, kok,” jawab Naya sambil tersenyum.

Kemudian terdengar suara bel yang berbunyi.

“Asik. Yuk, kita pulang!” seru Berly sambil menggamit lengan Chilly.

“Beib, lo yang nyetir ya. Pegel gue,” kata Chelsea sambil beranjak dari bangku. Berly pun mengangguk dengan semangat.

Lalu keduanya menuju meja masing-masing untuk mengemasi barang-barang mereka. Setiap hari Berly dan Chelsea pulang dan pergi bareng naik mobil Berly. Terkadang mereka dijemput pacar masing-masing yang semuanya berasal dari SMU yang berbeda.

De Tales [ Terbit Di Teorikata Pubslihing ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang