4. Tentang Pertemanan.

40 16 18
                                    

" Katakan saja kalau memang suka, untuk apa menahan sesuatu yang jelas-jelas ada didepan mata."

🌷🌷🌷

Dimalam yang penuh dengan ketenangan, diiringi desiran angin yang berhembus disetiap helaan alam ,membuat seorang lelaki bertubuh tegap itu ikut tersenyum penuh kenyamanan.

" Shaka!" panggil seseorang dari dalam kamarnya.

" Iya Ma?" sahut Shaka sembari menghampiri sang mama yang saat ini tengah duduk dipinggiran ranjangnya.

" Kapan kamu mau nemuin Bella?"

Shaka mendengus lalu memalingkan wajahnya.

" Shakaaa..."

" Apa harus sih ma?"

" Ya nggak harus sih, tapi kan kalian udah lama nggak ketemu, emangnya nggak kangen apa?"

" Kangen? Bella udah bukan siapa-siapa lagi ma, kenapa Shaka harus kangen?"

" Iya, mama ngerti hubungan kalian udah nggak bisa kayak dulu lagi, tapi apa salahnya kan kalau cuma sekedar menyapa sebagai teman."

" Kayaknya udah nggak bisa deh ma,"

" Ummm...ya udah, mama nggak ikut campur urusan kamu, yang pentingg hubungan keluarga kita sama keluarga Bella nggak ada masalah."

Shaka hanya mengangguk sebagai jawaban.

Ingin rasanya dia pergi lebih lama lagi jika ada yang mengingatkan hubungannya dengan Bella. Hubungan yang berjalan cukup lama tapi diakhiri dengan luka, hingga mengakibatkan kejadian tragis yang dia alami. Sampai-sampai dia pun kehilangan kakaknya yang berusaha menyelamatkannya.

" Shaka, kok ngelamun,"

" Eh, nggak ma, Shaka cuma ke-inget kak Raka."

" Nggak papa, kakakmu bakalan baik-baik aja, suatu saat pasti dia kembali lagi,"

" Ya, semoga ma."

" Ya udah, kamu cepetan istirahat, besok sekolah,"

" Iya ma."

" Oh ya, gimana kalau mama cari guru privat buat kamu."

" Apaan sih ma, Shaka bukan bocil lagi, lagian Shaka bisa kok ikut kelas tambahan,"

" No, kesehatan kamu belum sepenuhnya stabil, mama nggak mau ngeliat kamu tidur lama lagi Shaka."

" Iya deh iya."

Shaka mengerti perasaan mamanya yang begitu khawatir dengan kesehatannya setelah kecelakaan dua tahun lalu. Dirinya pun juga tak percaya jika bisa kembali membuka mata.

🌹🌹🌹

Zea mengayuh sepedanya pelan menuju halaman sekolah. Pagi ini dirinya sudah bisa berangkat sendiri tanpa harus menebeng motor Boby.

Sesekali dirinya melirik kearah gerbang sekolah yang masih terbuka lebar.

" Tumben Boby belom berangkat," gumamnya pelan.

" Hai Zea," sapa seseorang dari belakangnya.

Zea segera berbalik, dirinya mengernyit keheranan dengan siapa yang pagi-pagi begini sudah menyapanya.

" Oh, hai, pa-gi juga." sahutnya terbata-bata.

Cewek mana yang tak membeku ketika pagi-pagi begini sudah disuguhi cowok tampan, siapa lagi kalau bukan Shaka.

Seketika dirinya teringat saat Shaka ingin bertemanan dengannya.

Teman? Emang ada namanya pertemanan antara lelaki dan perempuan?

" Lo biasa berangkat sekolah naik sepeda ya?" tanya Shaka.

" Iya, kenapa emang?"

" Kayaknya seru, besok gue ikutan ya."

" Hah...apaan sih Ka, lagian rumah lo kan jauh, emang nggak capek."

Shaka terkekeh kemudian mendekat ketelinga Zea lalu berbisik.

" Emang teman seperhatian ini ya?"

--TBC--

Jangan lupa votmen nya ya say😘😘

Dan jangan lupa bahagia🤗🤗🤗

Lanjut part berikutnyaa👉👉👉






Terima Kasih Untuk Zea ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang