23. Acuh.

18 10 1
                                    

" Aku terlanjur jatuh, dan terlalu jauh untuk kembali. Dan, kenyataan membuatku sadar kalau dirinya hanya sekedar hadir bukan takdir."

- Kanzea Anatasya-

*
*
*
*

Happy Reading💕

Waktu istirahat, tepatnya dikantin sekolah yang begitu ramai seperti biasanya. Membuat Zea menghela nafas beratnya, karena harus menunggu antrian yang lumayan panjang untuk menikmati semangkok bakso kesukaannya.

Zea menatap heran dengan kelakuan sahabatnya, Manda. Untuk apa dia terus-terusan menatap pemandangan yang bisa membuat hatinya kembali bergemuruh. Ya, pemandangan dimana Shaka dan teman-temannya sedang bergurau. Jangan lupakan Bella yang selalu menempel pada Shaka.

" Nggak sepet mata lo, ngeliatin mereka mulu," celetuk Zea membuang muka.

" Gue kok berasa aneh ya Ze," ujar Manda.

" Aneh kenapa?" tanya Zea heran sambil menyeruput es tehnya yang baru saja datang.

" Shaka tuh kayak ngabaikan Bella Ze," ujar Manda.

Zea terkekeh kemudian menonyor kepala Manda kesal.

" Nempel terus gitu, lo bilang diabaikan." cetus Zea kesal.

" Diabaikan dalam artian lain Ze," ujar Manda.

" Dari feeling gue nih, Bella emang selalu ada tapi transparan dimata Shaka. Maksudnya Shaka tuh nggak merhatiin Bella." lanjut Manda.

Zea menggedikkan kedua bahunya acuh. Saat ini ia benar-benar enggan untuk membicarakan tentang Shaka ataupun Bella. Terlalu melelahkan baginya jika terus menerus memikirkan hal yang merugikan.

" Lo beneran udah nggak suka sama Shaka Ze, lo nggak sensi gitu?" tanya Manda.

Zea menggeleng " Nggak tuh, lagian emang udah berlalu," ujar Zea kentara sekali kalau ucapannya berbeda dengan faktanya.

Manda manggut-manggut mencoba untuk menerima penjelasan dari Zea yang jelas sekali bahwa ada kebohongan dibalik itu semua.

Pesanan yang mereka tunggu dari sekian menit yang lalu akhirnya datang. Zea mengedarkan pandangan keseluruh penjuru kantin, berharap kalau yang dicarinya segera menampakkan diri. Begitupun juga dengan Manda, yang sudah memasang raut wajah kesal.

" Dasar, Boby tuh emang lemot apa gimana sih? Udah dipesenin, tapi nggak dateng-dateng." celetuk Manda.

Zea hanya bisa menggelengkan kepalanya, jengah untuk menanggapi Manda yang selalu saja punya masalah dengan Boby.

Zea dan Manda serempak berdecak saat melihat Boby berlari kearah mereka, terlihat sekali kalau memang sedang ngebet banget untuk segera makan.

" Pesen doang, dateng lemot." celetuk Manda sambil menyodorkan semangkuk sambal didepan Boby.

" Noh, makan tuh semua sambelnya, biar sekalian netap tuh diWC." lanjut Manda.

Boby hanya cengengesan tanpa merasa bersalah. Memang sudah rutinitas setiap hari dirinya selalu ketoilet ketika jam istirahat. Sebegitu kagumnya dengan kamar kecil atau memang pelajaran yang membuatnya seketika mulas. Entahlah, Boby memang makhluk yang berbeda.

Terima Kasih Untuk Zea ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang