7. Guru Privat.

34 12 2
                                    

" Mungkin pagi yang cerah selalu membuat senyummu merekah, tapi jujur, dari senyummu itu bisa membuat jantungku seketika melemah."

-Shaka Alfarendra-

🍒🍒🍒

Shaka tak menyerah begitu saja ketika mendapat penolakan dari Zea. Apalagi perihal mamanya yang gencar sekali mencari guru privat untuknya.

" Gue harus dapetin Zea, ogah bener gue diajarin guru privat beneran, bisa-bisa seminggu langsung mampus." gumam Shaka.

Dirinya segera bangkit dari gulungan selimutnya, sesekali melirik keluar jendela kamar untuk memastikan kedua orang tuanya sudah berangkat kerja.

Minggu pagi yang cerah seperti ini biasanya dia akan keluar rumah, pergi jalan bersama ke-empat sahabatnya atau hanya sekedar ngumpul dicafe langganannya. Tapi, untuk kali ini dirinya tak diperbolehkan keluar rumah oleh mamanya. Ya apalagi kalau bukan karena kedatangan sang guru privat.

Shaka mengerjapkan matanya berkali-kali lalu menjentikkan jarinya seolah menemukan ide cemerlang.

Gue harus ketemu Zea sekarang.

Dengan langkah mantab dirinya membuka pintu kamar.

" Maaf, Den Shaka mau kemana ya?"

Shaka mendengus sebal. Baru saja kakinya berada diambang pintu, tapi sudah dihadang oleh salah satu pengawal suruhan mamanya.

" Gue ada urusan, minggir." celetuk Shaka.

" Tapi, Den Shaka tidak boleh keluar dari kamar sebelum guru privatnya datang" ujar pengawal itu.

" Apaan sih, nggak usah ikut campur,"
ujar Shaka berusaha untuk melewati para pengawal kekarnya.

" Maaf Den, saya cuma melaksanakan perintah, jadi saya mohon bantuannya."

" Eh, ngapain lo? Lepasin." pekik Shaka saat kedua tangannya dipegangi sampai membuat tubuhnya hampir terangkat.

Shaka berusaha memberontak tapi usahanya sia-sia. Tubuhnya memang setara besarnya dengan pengawal-pengawalnya, tapi kondisinya belum sepenuhnya stabil setelah kecelakaan.

Shaka melepaskan baju kaosnya, entah kenapa tiba-tiba dirinya merasa gerah padahal hari masih pagi. Mungkin karena belum mandi atau karena masih merasa kesal dengan pengawal-pengawal tadi.

" Aarrrgggghhhh....." geramnya sambil menghempaskan tubuhnya diatas kasur lalu kembali dalam gulungan selimutnya.

" Gue nggak bisa bayangin kalo guru privatnya kayak tante-tante girang," gumamnya ngeri sambil menyumbulkan kepalanya dari balik selimut.

Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 tapi guru privat yang dibicarakan mamanya belum kunjung datang. Membuat Shaka semakin kesal sekaligus jenuh. Perlahan kedua matanya terpejam seolah kembali mengajaknya menyelami alam mimpi.

Dan akhirnya Shaka pun terlelap dengan tubuh yang mirip sekali dengan telur gulung.

🍒🍒🍒

Zea merogoh uang sepuluh ribuan dari sakunya lalu memberikan ke tukang ojek yang telah mengantarkannya.

" Makasih ya pak, " ucapnya sebelum tukang ojek itu benar-benar pergi.

Terima Kasih Untuk Zea ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang