" ARGHHH" Teriak yang begitu menggelegar memecah keheningan malam. Mereka baru saja berhasil melewati pagar dibagian timur yang menjulang tinggi, namun pendaratan yang mereka pikir akan mulus rupanya gagal. Ketiga anak itu tersungkur dengan Tio yang berada di paling bawah.
Teriakkan yang cukup membawa beberapa langkah kaki terburu-buru untuk mendekat dan memergoki beberapa anak yang kini tersungkur ditanah. Wajah mereka memperlihatkan keterkejutan yang luar biasa keringat bercucuran membasahi tubuh mereka dan menambah kesan pilu ditengah malam yang sepi.
" Sedang apa kalian?" Tutur sebuah suara berinton didepan mereka."Jadi kalian bisa jelaskan apa yang terjadi?"
Pelaku-pelaku kenakalan masih dalam mode diam, mereka bertiga saling berpandangan satu sama lain seakan-akan menunggu siapa yang akan bersedia menjawab pertanyaan dari pria berbadan kekar dengan bersuara berinton yang sekarang sedang berkacak pinggang.
" Baiklah, jika kalian nggak mau menjelaskan akan lebih mudah bagiku untuk melaporkan kejadian ini pada pak Alex, aku tinggal mengatakan bahwa tiga orang anak melanggar jam malam dan membuat keributan, aku juga punya firasat bahwa kalian juga yang meledakkan bom buatan sekitar pos kami dua jam yang lalu" Desisnya pelan kemudian tersenyum aneh.
" Kalian bertiga sebaiknya ikut kami sekarang, kita akan berbincang-bincang, nak!" Titahnya tegas tanpa bisa dibantah.
Gavriel menggerutu kesal, namun tetap menurut untuk mengikuti ketiga penjaga malam yang sudah berjalan cukup jauh.
Suara hewan-hewan malam terdengar bersahut-sahutan bagaikan simfoni. Pos penjaga yang biasanya sepi tak berpenghuni kini penuh sesak. Beberapa orang yang tengah membicarakan sesuatu entah apa, suasananya yang mencekam melingkupi tempat tersebut sampai radius beberapa meter disekitarnya.
" Baiklah biar ku perjelas, jadi kalian keluar malam-malam seperti ini karena berniat kabur dari panti ini?!" Pria itu mendelik pada ketiga anak laki-laki itu, sorotan matanya terlihat sangat tidak senang namun tepukan dibahunya segera menenangkannya.
" Sudahlah Sar, kau tidak perlu repot-repot meladeni mereka" Ujar sang komandan.
" Baik komandan, maafkan saya"
" Sudah-sudah tidak perlu begitu, aku mengerti dengan semangat kalian bertiga. ya, sudah biasa sih anak-anak seusia kalian memang suka menguji adrenalin, aku jadi mengingat masa muda"
Gavriel berkerut heran melihat komandan dari penjaga malam yang kelewat ramah tersebut. Ia terlihat santai saja setelah dikerjai anak-anak nakal dan dibuat terjaga semalaman hanya untuk mengurusi mereka.
" Tapi tetap saja kalian melanggar peraturan! anak-anak bagaimanapun tindakan kalian tidak bisa dibenarkan dan aku akan melaporkan ini pada pak Alex, dan untuk hukuman kalian temui bibi Susan dia yang akan memberi kalian hukuman!"
Ketiga anak itu mengangguk pelan, lalu beranjak memasuki panti guna mencari keberadaan Susan yang ternyata sudah menyambut didepan pintu masuk.
Sejak fajar tadi ia setia menunggui kapan kiranya objek itu bergerak, sesekali kuap tanpa permisi keluar pertanda bosan. Jujur saja menjadi pengamat pada pagi-pagi buta bukanlah keinginannya.
" Bagaimana? Kamu sudah catat semuanya kan?" Gema suara wanita paruh baya itu mengejutkan Gavriel.
" Astaga! Bibi datang darimana? Hampir saja aku terkena serangan jantung" Protes Gavriel kesal kepada wanita paruh baya yang ternyata adalah Susan.
" Tidak perlu berlebihan memang dasarnya aja kamu penakut" ejek Susan.
" Enak saja! Aku ini laki-laki paling berani di sekolah. Menyesal bibi meledekku" pamernya
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET HOME
Teen FictionSekuel Apa itu rumah? Kehidupan Deven-Anneth setelah menikah. perjuangan seorang ayah dalam melindungi keluarganya yang terancam akan incaran orang-orang yang berniat jahat. akankah ia bisa melindunginya?? YANG TIDAK SUKA BISA LANGSUNG SKIP TANPA HA...