•> Part 19

34 4 2
                                        

" Kelas MBI-B, apakah ada masalah?"

Nara melihat sekilas daftar tabel nilai seluruh anak didiknya dikelas."Nggak ada pak, semuanya aman"

" Baik, kalo udah nggak ada yang mau kita bahas terkait nilai mahasiswa, mari kita lanjut ke pembahasan berikutnya"

Pak Akhsan selaku pemimpin sidang yudisium membuka map disisi mejanya."Jadi, tadi saya mendapat titipan dari pak rektor untuk menyampaikan sekaligus mengkoordinir semua dosen wali"

" Mengingat peraturan menteri pertahanan baru saja diterbitkan terkait wamil atau wajib militer bagi mahasiswa. Maka sebagai kampus promotor, pak rektor meminta kepada semua wali dosen untuk mendelegasikan minimal satu mahasiswa dan tiap kelas untuk mengikuti wamil di Akmil Magelang"

Semua dosen di ruangan itu melongo kaget, suara bisikan-bisikan mulai terdengar setelahnya.

" Berapa lama pak?" Tanya salah satu dosen.

" Satu semester"

What? Are you kidding me? Para dosen itu mulai menggeleng pelan antara takjub dan tak percaya

" Lalu, gimana kuliah mereka pak?" Tanya dosen lainnya.

" IP mereka selama satu semester nanti dari Akmil, bukan dari kita" Jawab pak Akhsan.

" Kalian nggak perlu khawatir, mereka yang mengikuti pendidikannya ini akan mendapat sertifikat. Jadi buat yang nantinya mau jadi tentara, kerja di BUMN atau bahkan PNS yang emang ada pendidikan militernya mereka udah punya nilai plus"

Tidak ada lagi yang menjawab, semua hanya bisa menerima titah dari pak Akhsan.

" Setelah pelaksanaan LDK, dan serangkaian mahasiswa baru minggu depan, saya harap semua dosen sudah menyiapkan nama-nama yang akan diajukan"

Dan sidang itu selesai dengan masih menyisakan tanda tanya dan rasa belum terima tapi dosen bisa apa? Selain mengiyakan dan melakukan titah pengurus.

" Nggak ngerti lagi aku tuh, kenapa coba harus setiap kelas?" Keluh Joa

Nara terkekeh pelan."Kayak nggak tau aja kamu Jo, biar ada yang ikut lah"

" Ya, tapi kan kasihan mereka yang ikut. Nggak semua orang suka loh di didik ala tentara gitu" Ujar Joa masih kesal.

Setelah selesai sidang yudisium, Joa dan Nara memang sepakat untuk makan siang bersama. Ralat bukan makan siang tapi jajan, jajan apa? Jajan seblak setan. Makanan favorit dikala kepala pusing dan pening juga melupakan kejengkelan yang tertahan.

Obrolan keduanya terhenti dikala terdengar suara ponsel milik Nara.

" Eh, bentar" Nara berhenti membuat Joa yang disebelahnya juga ikut berhenti padahal lima langkah lagi sampai di mobil Nara.

" Sekarang Bu?"

" Iya, sekarang Bu Nara" Balas suara dari sebrang sana.

" Kenapa mendadak sih? Dan kenapa juga harus saya?" Tanya Nara agak kesal.

" Saya cuma menjalankan perintah dari pak rektor"

" Baik, Bu. Saya kesana sekarang"

Joa memandang jengah pada Nara yang masih sibuk bertelepon. Alamat bakal ditinggal lagi sama temannya yang super sibuk itu.

Nara menutup ponselnya sambil nyengir lebar pada Joa yang udah memajukan bibirnya satu centi dengan kedua tangan bersedekap dada.

" Lagi?" Tanya Joa seolah paham dengan tabiat Nara.

Nara masih cengengesan sambil mengangguk."Sorry, I've got to go now Jo"

Joa menghela nafas."Dahlah, sono"

SWEET HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang