•> Part 14

22 3 0
                                    

Deven berjalan menyusuri lorong divisi anak dengan ekspresi dingin yang menjadi ciri khasnya. Sesekali melirik dan menoleh kearah kamar rawat anak-anak. Diam-diam dia sebenarnya sangat menyukai anak kecil, makanya dia sangat sayang dan perhatian pada kedua buah hatinya.

Begitu melewati salah satu kamar rawat anak dia melihat sepupu jauhnya sedang menangani salah satu balita laki-laki berumur sekitar tiga tahun. Disebelah sepupu jauhnya berdiri dokter wanita yang dikenal Deven dengan nama Adisty. Ingin sekedar menyapa, Deven pun masuk menghampiri mereka.

" Dia mirip banget sama kamu, jangan-jangan kamu ayahnya" Cetus Deven menyapa sepupu jauhnya yang bernama Regan itu.

Regan adalah dokter spesialis bedah anak RS Miracle, berwajah tampan kulitnya putih dan berpostur tinggi. Deven bisa merasakan bahwa sepupu jauh dari pihak Daddy-nya itu menaruh minat besar pada balita yang sedang diamatinya.

Balita itu bernama Edward, korban tabrak lari yang ternyata mengidap penyakit Hemofilia.

*(Fyi. Hemofilia adalah kelainan genetik pada darah yang disebabkan adanya kekurangan faktor pembekuan darah pada pengidap hemofilia, darah tidak bisa membeku dengan cepat. Akibatnya penderitanya akan berdarah lebih lama dan kehilangan darah lebih banyak. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Hemofilia juga diturunkan secara genetik, ada tiga tipe hemofilia. Tipe A, tipe B dan tipe C. Tipe A dan B biasanya diturunkan dari ibu ke anak lelakinya karena pembawa sifat dua tipe itu ada pada kromosom X. Sedangkan tipe C bisa diturunkan dari kedua orangtua ke anak laki-laki atau perempuan.)

" Selera humormu semakin meningkat, dokter Deven. Aku nggak nyangka dokter bertampang dingin sepertimu diam-diam suka melewati kamar rawat anak-anak" Ujar Regan sembari menyeringai jahil.

" Ya, sekarang image Deven sebagai dokter yang dingin perlahan menghilang karena sering mengunjungi divisi anak-anak" dokter Adisty ikut menimpali.

" Nggak, bukan gitu aku hanya..." Deven tergagap malu dengan wajah merah padam.

" Udahlah, aku bercanda" Adisty tertawa."Edward emang mendapat perhatian banyak dokter karena balita ini sangat cerdas" Ujar Adisty kembali membahas topik awal.

" Aku dengar dia nggak punya ayah, ibunya juga masih sangat muda" Timpal Deven melirik ekspresi Regan yang berubah jadi mendung.

" Ya, Edward memanggilku Papa" Ujar Regan dengan suara lirih.

" Gimana kalo dia beneran nganggep kamu ayahnya?" Tanya Adisty pelan tapi frontal. Dia harus bisa menghela nafas panjang tanpa perlu mendengar jawaban Regan, Deven dan Adisty tau apa yang ada dipikirannya.

" Kamu ingin bertemu ibunya? Aku baru aja bertemu dia di ruang administrasi" Deven menawarkan.

" Sepertinya aku nggak asing dengan ibu bayi ini. Aku seperti pernah melihatnya di suatu tempat bersamamu" Pernyataan Adisty menambah rasa penasaran Regan.

" Aku ingin memeriksanya" Regan memutuskan untuk menjawab segala rasa penasarannya.

Selesai berbincang dengan sang sepupu jauh dan rekan kerjanya yang lain, Deven melangkah menuju divisi bedah jantung.

" Dokter Deven"

Langkah Deven yang hendak memasuki lift terhenti kala sebuah suara memanggilnya.

" Ya, kenapa?"

" Pasien korban kecelakaan beruntun kemarin mengalami kejang, sepertinya konsinyasi semakin menurun" Jelas Bima asisten bedahnya itu dengan panik.

" Bawa ke ruang operasi kita lakukan operasinya sekarang" Titah Deven

" Baik, dok" Tanpa bantahan Bima segera menjalankan apa yang Deven perintahkan.

Langkah Deven kembali terhenti kala dering ponselnya beberapa kali berbunyi dilihatnya kontak sang istri yang menghubunginya berulang kali, dia tahu jika istrinya itu pasti menanyakan keberadaannya mengingat hari ini ia sudah janji akan menonton sang putri tampil tapi apa boleh buat ada yang lebih penting yang harus Deven lakukan sekarang.

SWEET HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang