•> Part 05

16 4 3
                                    

Hari yang cukup terik membuat mood Gavriel bertambah buruk, mulai sejak kepulangannya tadi sang ayah memarahinya habis-habisan gara-gara pergi berhari-hari tanpa pamit. Untungnya ayahnya mendapat panggilan dari sekertarisnya yang mengabari bahwa meeting akan segera dimulai jadilah ia terbebas dari ceramah yang membuat telinga panas. namun, nasib buruk sepertinya sedang menimpa dirinya sebab kini ia harus menunggu dengan sangat tidak sabar seseorang yang sekarang sedang berjalan ditemani pasukan baris-berbaris kaku dibelakangnya.

" Gavriel!" Itu Mamanya, panggilan dari wanita kesayangannya tersebut menyadarkan lamunannya.

" Iya Ma, kenapa?" Tanya Gavriel malas sekedar berbasa-basi singkat dan tetap sibuk dengan ponsel ditangannya.

" Sepertinya kamu perlu menyewa jasa setrikaan nak. Wajahmu kusut sekali" kekeh orang itu.

Seseorang yang membuat Gavriel kesal sedari pagi. Kakeknya Sean mencemooh dengan geli. Lucu sekali melihat cucunya seperti ini tidak bisa melawan dan kontra sekali dengan sifat aslinya.

" Keliatannya Opa lagi seneng ya?"

" Tentu saja! Bisa kasih hukuman yang setimpal buat anak nakal sepertimu itu rasanya sangat menyenangkan" Jawab Sean santai.

" Oh astaga! Aku pikir Opa udah bertaubat jadi orang jahat ternyata balum ya?" Cibirnya dengan sarkas.

" Hahaha kamu nggak berubah juga ya? Tetap emosional seperti Papamu"

" Terimakasih untuk makiannya aku baru tau orang tua seperti Opa juga suka bermain drama. Tapi jangan sampai lupa sama perjanjian kita kalo aku menurut kali ini, permintaanku 3 tahun belakangan ini harus dikabulkan" Ucap Gavriel tegas.

Ukiran senyum diwajah kakeknya sirna seketika. Ditatapnya tajam cucu laki-lakinya dengan penuh amarah. Gavriel juga menatap balik tidak terima dengan tatapan intimidasi kakeknya.

" Anneth" Panggil Sean pelan pada menantunya namun masih menatap tajam, lurus ke depan kearah pewaris sekaligus Rival terbaiknya dalam mengumpat dan mendemostrasikan kebencian.

" Iya, Dad?" Jawab Anneth agak ragu

" Lupain aja. Tadinya aku cuma mau bertukar sapa dengan cucuku yang bebal ini sebelum dia pergi. tapi sepertinya aku jadi nggak bisa nahan emosi sudahlah aku pamit pulang saja sampaikan salamku pada suamimu" Jelas Sean dingin, tadinya Gavriel ingin membalas namun Mamanya memperingatinya melalui tatapan yang awas. Bukan waktu yang tepat untuk membalas kakeknnya.

" Daddy, nggak mau nunggu Deven pulang dulu?"

" Nggak perlu, niat Daddy kesini cuma mau bertemu dengan cucu Daddy lagipula masih ada beberapa pekerjaan yang harus Daddy selesaikan"

Anneth mengangguk lalu mengantar mertuanya sampai luar.

Beberapa menit setelah kepergian Sean dan rombongannya kini suasana hening menyelimuti pasangan anak dan ibu tersebut.

" Masih untung cuma Opa Sean yang dateng, kalo Opa Karel ikut kesini bisa abis kamu" Celetuk Anneth menatap putranya yang tampak bodoamat.

" Abang" Panggil Anneth lembut, setelah keheningan menguasai mereka.

" Aku lagi nggak pengen diceramahi Ma. Mama paling tau gaimana hubungan kami selama ini aku tetap nggak bisa!" Gavriel bersikukuh dengan pendiriannya.

" Mama nggak mau bahas tentangmu dan Opa. Mama cuma mau ngobrol sama anak Mama sebelum dia pergi" jelasnya.

" Kata-kata Mama seakan-akan aku akan mati aja" Cetus Gavriel tidak suka.

Oh ayolah ia hanya pergi selama sebulan saja untuk menjalankan hukuman dari sang Papa yang akan mengirimnya untuk tinggal dipanti asuhan terpencil didaerah Bogor agar putranya itu bisa belajar hidup sederhana. Sebenarnya keputusan ini terpaksa Deven ambil karena kalo tidak itu berarti membebaskan Sean yang memberi hukuman pada Gavriel dan sudah dapat dipastikan kalo hukuman dari Sean akan lebih berat dari apa yang dia berikan pada putranya.

SWEET HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang