Sabila merebahkan dirinya ke sofa. Pening kepalanya. Sebenarnya masih lebih banyak kasus IGD yang lebih parah dan melelahkan dari semalam. Tapi rasanya tidak ada yang lebih dramatis dari itu.
Penembakan?
Polisi?
Kasus rahasia?
Lagi shooting film kah orang-orang ini? Berasa orang penting sedunia Si Renner. Padahal kalau di rumah sakit, dokter itu ya tahta tertinggi.
Sabila kemudian melangkah gontai ke kamar mandi, bersih-bersih sebelum bersiap tidur beberapa jam.
Keluar kamar mandi, ia mendapati adiknya yang bersiap kerja.
"Eh kakakku yang cantik udah pulang. Capek ya kak?" tanyanya sambil memberi pelukan yang tentu ditolak oleh Sabila.
"Aaah apasi Nab, ekstra capek nih kakak gara-gara ada polisi sok keren di RS." keluhnya.
"Polisi? Pasien kakak polisi?" tanya Nabila sambil mengunyah roti.
"Iya, tapi sok rahasia gitu deh. Nggak ngerti deh kakak." jawab Sabila.
"Hmm namanya siapa kak? Jenderal yah?" sifat kepo Nabila terasah karena dulu ia sempat kerja di kantor berita.
"Iiih tapi lo jangan bocor ke temen-temen wartawan lo ya?!"
"Tenang aja, aku kan udah musuhan sama mereka semua, makanya aku jadi fotografer fashion sekarang." jawabnya sambil tertawa.
"Namanya Renner Angkasa. Bagus ya namanya? Kayak familiar gitu, tapi gak tau deh pernah denger dimana." sahut Sabila.
"Kapten Renner?!? Kak! Ya masa lo nggak tau?"
Kadang Nabila lupa bahwa hampir seluruh hidup kakaknya dihabiskan di dunia kedokteran. Sabila jarang sekali pulang, apalagi di masa residensinya. Tak seperti dirinya yang dekat dengan dunia berita, Sabila sangat jarang membaca berita atau keep up dengan keadaan sekitar. Berita yang ia baca, ya yang Nabila liput jaman dulu.
Secara singkat, Nabila menjelaskan bahwa Renner Angkasa merupakan whistleblower kepolisian Indonesia empat tahun lalu. Mengungkap kasus pembunuhan berantai yang ternyata pelakunya adalah eks-polisi, berusaha ditutupi oleh perwira-perwira tinggi, dan juga Kapolri pada masanya. Hal inilah yang akhirnya membuat Kapolri dan jajarannya lengser, dan diganti oleh Pak Dewantara yang sekarang menjabat. Anehnya, Renner Angkasa hanya berpangkat AKP dan tidak diberi penghargaan apapun. Bahkan tidak ada upacara penobatan sematan penghargaan yang biasanya diadakan oleh presiden. Rumornya, Renner direkrut oleh Badan Intelejen Negara dan hanya dipanggil polisi untuk kasus tertentu saja.
"Gitu kak.. Eh iya, Kapten Renner sakit apa sih?" tanya Nabila.
"Eh- oh, dia sakit usus buntu." jawab Sabila. Ia merasa bahwa ada kode etik kedokteran yang harus ia penuhi bila pasien tidak menginginkan penyakitnya diketahui.
Nabila tertawa lepas, "Hahaha nggak nyangka, tampang keren, badan sangar, mata dingin, bisa sakit usus buntu."
"Ya bisa atuh- namanya juga musibah. Eits, tapi tetep ya ini rahasia!" Sabila mengingatkan.
"Iyaaa iya, duh usus buntu. Siapa juga yang mau nyebarin. Nggak penting. Apa mungkin karena penyakitnya receh ya dia mau sembunyiin? Image dia kan keren banget. Dia seganteng di foto-foto nggak sih kak?"
"Gak pernah liat di foto...ya aslinya ganteng aja sih." jawab Sabila.
Nabila hanya tersenyum-senyum, "Ooo ada juga yang bisa dibilang ganteng oleh kakakku." lanjutnya, "Udah ah, aku berangkat dulu. Jangan lupa telpon Mama Papa ya, udah nyariin dari kemarin."
Bapak dan Ibu Dharmawan sedang keluar kota perjalanan dinas, sebuah rutin yang sering mereka jalani, jadi kakak-beradik tak sedarah ini memang sangat dekat hubungannya. Sabila merasa beruntung bertemu keluarga yang menganggapnya seperti anak kandung. Apalagi ketika ia bergabung, Nabila sudah berumur 10 tahun.
Ia menyetel alarmnya ke jam 3, pasang reminder untuk menelpon kedua orangtuanya, dan segera lelap dalam tidurnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Two Worlds Colliding [Terbit]
ActionRenner dan Sabila, dua orang dengan profesi berbeda yang menguras tenaga- seorang AKP dan dokter emergensi, bertemu dalam sebuah keadaan yang membuat mereka jatuh cinta...atau tidak? 🍣