Bab 11: Nggak Mau Bagi-bagi

8.7K 615 4
                                    

Setelah menemukan barang-barang yang dicari, kedua adik-kakak ini memasuki RS Medika. Sabila berbelok ke ruangan staff untuk menaruh barang dan berganti baju di loker. Sementara Nabila langsung berbaur dengan suster IGD yang berjaga.

Setelah berganti baju, Sabila menuju Wing III, pediatrics, ia harus bertemu dengan Dokter Rahman untuk mengonfirmasi stok obat anak-anak di IGD. Keluar ruangan Dokter Rahman, Sabila menyusuri koridor Wing III dan lagi, ia menemukan Renner disana, sedang bersenda gurau dengan salah satu anak di ruang tunggu.

"Ren? Kok kamu ada dimana-mana ya?" tanya Sabila.

"Eh- Dok. Namanya bosen, kan katanya nggak apa-apa kalo jalan-jalan aja?" tanya Renner balik.

"Iya nggak apa-apa sih... Ini anak siapa? Namanya siapa, cantik?" Sabila berjongkok dan berkenalan dengan gadis kuncir dua tersebut.

"Ibunya pasien, lagi ke ruang laktasi. Nitipin anak satunya disini." jawab Renner.

"Namaku Amel, Dok." jawab anak tersebut.

"Pinter ya Amel nemenin Mama... Tunggu sama Om dulu disini, ya." Sabila menepuk pelan pundaknya, anak itu pun mengangguk.

"Saya ke depan dulu ya. Setengah jam lagi saya ke kamar kamu, periksa. Kebetulan IGD nggak rame." sahut Sabila.

"Oke Dok."

⏳⏳⏳

Setelah Ibu dari sang adik kecil kembali, Renner beranjak menuju kamarnya. Ia sengaja melewati koridor IGD, ingin melihat seberapa ramai atau sepinya tempat ini di siang menjelang sore.

Hanya ada beberapa brankar yang terisi. Dokter muda menangani salah satu pasien, Sabila masih sibuk di station-nya, memperhatikan berkas dan komputer, dua suster sedang bercakap dengan gadis berhijab yang membawa kotak makanan. Baru saja Renner hendak memutar badannya, pemuda asam lambung yang kemarin memasuki ruangan IGD lagi.

Penasaran, Renner berniat untuk duduk sebentar di koridor IGD.

"Loh? Kamu lagi?" Ega kali ini tak membendung rasa herannya.

"Saya sakit perut, dok." jawabnya kasar.

Sabila hanya memperhatikan dari jauh. "Ega, coba periksa lagi."

Dengan malas, Ega menuruti perintah seniornya itu.

Renner mendudukkan dirinya di koridor IGD kali ini, penasaran akan apa yang terjadi selanjutnya.

"Kan, saya udah bilang, nggak ada apa-apa, Mas. Mas mau USG sekalian?" tanya Ega.

Pemuda itu kembali memaksa diperiksa oleh Sabila, "USG boleh asal sama Dokter Sabila." jawabnya.

"USG nggak sama saya, Mas. Ini saya kasih rujukan ke internis aja kalau masih sakit perutnya." jawab Sabila sambil memberi sebuah kertas.

"Periksa saya lagi, Dok." pintanya kepada Sabila, yang akhirnya dituruti.

"Mas ini udah sebulan dateng ke IGD." kata sebuah suara di sebelah Renner. Rupanya gadis berhijab yang membawa kotak makanan untuk para suster sudah duduk di sebelahnya.

"Eh? Oh gitu ya." Renner tak tahu harus menjawab apa, kaget bahwa sifat keponya ternyata diperhatikan oleh orang lain.

"Tenang aja, aku juga suka kepo kok. IGD tuh seru diliatin, ada-ada aja." sahutnya lagi.

Renner mengangguk, tersenyum kikuk.

"Tapi kayaknya Mas ini sih alesan aja biar diperiksa sama Dokter Sabila. Minggu lalu, keluhannya nafas. Dirujuk ke Dokter Paru. Minggu lalunya lagi, kakinya sakit, dirujuk ke Dokter Ortho. Sekarang sakit perut katanya. Tapi tiap ke IGD maksa diperiksa sama Kak Sabila. Duh, kebaca kali modusnya." dengus gadis itu.

"Kak Sabila?" kali ini Renner yang menelisik. Jiwa detektifnya masih tajam biarpun sedang sakit.

"Ups." Nabila tak sadar bahwa ia telah nyerocos mengenai kakaknya sendiri ke orang tak dikenal. "Iya, saya Nabila, adiknya Dokter Sabila." lanjutnya.

Terlanjur. Ya, sekalian aja kenalan kan? Batin Nabila.

"Abang siapa?" tanyanya sambil tersenyum manis.

"Renner." jawabnya singkat.

"Oh! Renner-" Nabila hampir kelepasan bahwa kakaknya telah berbagi informasi, "Kapten Renner Angkasa yang dulu di berita kan?" tanyanya ngeles. "Namanya unik. Aku dulu ngikutin banget beritanya."

Renner mengangguk. "Iya, cerita lama. Saya mesti balik ke kamar nih." sahutnya sambil beranjak, tak ingin identitasnya dikulik lebih lanjut.

Wah, bener, cakep banget. Pantes Kak Sabila nggak mau bagi-bagi. Batin Nabila sambil tersenyum. 

Two Worlds Colliding [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang