Bab 3: No Questions Asked

10.4K 865 14
                                    

Sabila mengetuk pelan pintu kamar VVIP bersama kepala suster VVIP, Suster Rini. Mereka membuka pintu, membayangkan kamar temaram dan sang kapten yang beristirahat, namun keadaan justru sebaliknya. Lampu kamar terang benerang, Kapten Renner sudah setengah terduduk, Iqbal dan Danil sedang menunjukkan sebuah peta kepadanya, sementara Paul dan Syarla duduk di area sofa dengan dokumen di sana-sini sambil bergelut dengan laptop mereka.

Sadar akan keberadaan Sabila, Iqbal lekas menggulung peta yang ia bentangkan.

"Eh, Dok.." sahutnya pelan. "Ini Sabila, dokter yang in charge, Bang. Yang semalem operasi abang juga." lanjutnya.

Untuk pertama kalinya dalam keadaan benar-benar sadar, Renner bertemu mata dengan Sabila. Ia mengangguk, dan dibalas oleh anggukan kecil oleh Sabila.

"Saya Sabila. Dan ini Suster Rini, dia kepala suster untuk VVIP. Cuma dia dan saya yang akan nanganin Pak Renner. Kita sepakat ganti diagnosanya jadi usus buntu." jelas Sabila.

Suster Rini mulai mengambil alat tekanan darah dan mengganti infus. Sabila melihat obat suntik yang hampir habis dan bersiap mengecek luka operasi. "Pak Renner, ada alergi obat? Saya lupa nanya ke Mbak Syarla kemarin."

"Ng-" jawab Syarla dari sofa.

"Pain killer." potong Renner.

Sabila sedikit terkejut, "Semua jenis?"

"Kalau bisa." jawab Renner singkat.

Paul kemudian menghampiri, "Non-opioid aja Dok, yang penting. Bukan alergi sih."

"Jadi...?" tanyanya lagi.

"Saya pikir disini no questions asked." jawab Renner tajam. Sorot matanya menghujam.

"Oke- sorry. Semalem saya kasih morphine, tapi dosis kecil. Saya ganti dengan yang lain, tapi efeknya nggak besar. Akan sakit banget, loh terutama di lukanya."

"Nggak apa-apa." sahut Renner.

Setelah menyelesaikan tugas medisnya, Sabila dan Suster Rini bersiap keluar ruangan. Sebelum keluar, Sabila menatap Renner, tak kalah tajam dari sorot mata Renner sebelumnya, "Saya harap Pak Renner bisa istirahat dengan baik. Sekarang jam 4 pagi, saya akan cek lagi jam 8. Waktu pasca-operasi penting untuk recovery. Saya harap juga tim Bapak pulang dan istirahat."

"Eh iya- maaf dok. Kami de-brief sebentar kok, habis ini Bang Renner bakal istirahat." jawab Syarla dari tempat duduknya.

"Tugas negara nggak kenal waktu." pungkas Renner.

"Tapi kalau yang menjalankan tugasnya sakit lagi, gak bisa terselesaikan tugas negaranya, percuma juga kan?" balas Sabila.

Renner hanya bisa mengangkat bahu.

"Wah akhirnya, ada dokter yang lebih galak dari Abang." sahut Syarla sambil tersenyum, "Tenang Dok. Abis ini kita semua istirahat."

-----------------------------

Note: Hai, salam kenal semua. Nggak nyangka udah ada yang baca. Please vote/komen kalo suka ceritanya ya :-) 

Two Worlds Colliding [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang