Bab 6: Situation Report

9.8K 659 7
                                    

Sesuai janji, Sabila datang lagi ke kamar Renner jam 4 sore. Ia cukup puas melihat ruangan VVIP yang kosong, artinya tim Renner tidak datang mengganggu waktu tidur pasiennya.

Renner masih di kasurnya, setengah terduduk sambil mencoret lembaran kertas-kertas di mejanya. Handphone-nya pun sibuk ia periksa.

"Ini definisi istirahat kah, Ren?" tanya Sabila.

Renner yang sangat fokus pada pekerjaannya sampai tidak sadar bahwa Sabila sudah datang.

"Eh- Dok. Ini baru banget kok. Daritadi tidur, tanya aja sama Suster Rini."

"Suster Rini udah selesai shift. Tapi sesuai laporan, ada yang kirim dokumen abis jam makan siang."

"Nah, bener kan. Ini baru jam selesai makan siang." ujar Renner.

Sabila hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Yaudah. Sekarang saya harus ganti dressing lukanya."

Renner merapihkan dokumen-dokumennya. Sabila menyingkiran meja tersebut dan menyingkap baju Rumah Sakit untuk membersihkan dan mengganti perban luka Renner.

Renner meringis menahan perih, Sabila hanya bisa membayangkan sakitnya. Menurut yang ia baca, luka tembak bisa terasa panas, seperti luka bakar. Tapi luka jahitan juga bisa berlipat rasa perihnya.

Sabila bekerja dalam diam, ia fokus pada pekerjaannya yang hampir selesai itu. Pintu kamar terbuka, Syarla dan Iqbal muncul.

"Sori- lagi treatment ya? Kita balik lagi nanti." kata Iqbal.

"Udah mau selesai, nggak apa-apa." jawab Sabila yang disertai anggukan Renner.

"Sit-rep*, Bal. Oiya, Syar, katanya jatoh?"

"Iya Bang, tadi pas lagi ngintai gudang mereka. Untung ga ada orang." jawab Syarla.

"Sini." ujarnya. Syarla ragu tapi akhirnya mendekat ke kasur, sementara Iqbal masih berdiri di ujung tempat tidur.

Syarla memakai t-shirt hitam lengan pendek dan terlihat luka lebam dan sedikit lecet di daerah sikunya. Meski ia berusaha menutupi dengan rambutnya yang panjang, tapi luka tersebut masih terlihat.

"Ke IGD ya, bersihin." perintah Renner.

"Dikit doang ini bang-" Syarla mencoba membantah.

"Sekarang, Syarla." potong Renner.

Syarla menghela nafas kasar. "Abang ini lho-"

"Jangan sampe gua minta Iqbal buat geret kamu." kali ini nada Renner lebih menekan.

"Iya, iya. Jalan sekarang." akhirnya Syarla menyerah dan meninggalkan ruangan.

Sabila hanya bisa memperhatikan interaksi ini. Ia masih belum bisa menyimpulkan hubungan keduanya. Seperti kakak-beradik, tapi apa mungkin seorang adik bisa dalam satu tim dengan abangnya di kepolisian? Atau adik ketemu gede? Ah, sudahlah. Ia masih harus fokus dengan luka Renner.

"Sit-rep sekarang?" tanya Iqbal kali ini, Renner mengangguk.

Iqbal agak terlihat bingung, melirik ke Sabila sedikit, kemudian Renner mengerti.

"Nggak apa-apa. Pake code name aja." ujar Renner.

"Oke. Pagi jam 10:00 ini kita udah shortlist kemungkinan kenapa operasi kemarin bisa bocor. Bukan orang dalem kita, tapi ternyata mobil Paul disadap waktu pura-pura transaksi buat set up pertemuan kemarin. Alat sadapnya bisa nyala-mati, makanya pas Syarla sweeping, ga kedeteksi. Tapi akhirnya ketemu dan kita bisa trace balik, dan nemu gudang mereka. Jam 14:00 kita intai gudangnya, ada Phyton sama Falcon. Skala operasi mereka gede banget, kita akan pantau terus sekarang. Sekian laporannya." jelas Iqbal panjang lebar.

"Eagle nggak ada? Kita masih belum ada bukti yang nyangkut ke dia?" tanya Renner.

"Belom, Bang. Kalo mau sih nge-hack salah satu device mereka." jawab Iqbal.

"Lo bisa? Gua nggak mau kalo Syarla ketemu langsung sama Phyton." sahut Renner.

"Kenapa sih Bang?" Syarla muncul dari pintu memegang sikunya dengan kassa, "Nggak percaya banget sama aku?"

"Bukan gitu, Abang cuma-"

"Cuma khawatir? Ngapain gua join tim ini?" tanya Syarla kesal.

Renner melempar pandangannya ke Iqbal, mencari dukungan.

"Sori Bang, gua mesti setuju sama Syarla. Lo lupa dia yang nyelesaiin 95% kasus cyber di Metro? Field assessment-nya dia juga di atas rata-rata dan direkomendasiin langsung sama Letkol Dimas." bela Iqbal.

Renner menghela napasnya, "Yaudah. Syarla, kamu cari bukti keterlibatan Eagle. Iqbal, gua mau lo jadi backupnya dia. Kalo ada apa-apa, ya lo tau lah ya."

Iqbal tersenyum, memberi gestur hormat, "Beres bos!"

"Danil sama Paul, progressnya apa?"

"Udah ada nama-nama yang kira-kira bisa kita flip. Ini mereka lagi setup transaksi dan survey tempat buat besok." jawab Syarla.

"Besok banget?"

"Iya, mumpung mau orangnya. 20, salju, one on one. Tempatnya antara Strawberry atau Cherry. Jam 12." jelas Iqbal.

"Backup?"

"Nggak ada, terlalu mendadak. Kita aja." Iqbal berkata mantap.

"Oke. Kabarin gua ya."

Sabila hanya mengerti dua pertiga dari percakapan ini. Tapi apapun yang tim ini lakukan besok, ia harap tidak ada korban lagi.

-

*Sit-rep: situation report

Two Worlds Colliding [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang