Bab 28: 5:30 pagi

7.5K 585 7
                                    

Jam 5.30 pagi, Sabila sudah bangun, ia berencana untuk mandi dan bersiap kerja. Karena percuma, ia tidak bisa tidur lagi. Sebelum masuk ke kamar mandi, HPnya bergetar.

Caller ID.
Renner.

Jantungnya mendadak berdegup kencang. Biarpun ia yang meminta Renner untuk menelponnya tadi malam, tapi ia tak menyangka panggilan ini begitu cepat datangnya.

Semoga kamu nggak kenapa-kenapa ya. Batin Sabila.

"Halo, Ren." ucap Sabila.

"Saya ganggu kamu ya? Masih tidur?" tanya Renner.

"Enggak, ini mau mandi. Kamu udah mau berangkat?"

"Belom. Ada yang saya mau tanyain." balas Renner. "Di berita kebakaran di artikel itu. Disitu cuma dibilang kios. Kamu inget nggak kios apa? Dan tepatnya dimana?" lanjutnya dengan nada serius.

"Iya itu kios, toko kelontong gitu. Yang jual kakek-kakek. Setelah kebakaran tapi udah nggak pernah buka lagi. Lokasinya di gang persis di sebelah panti asuhanku, masuk dikit, 200 meter gitu sebelah kanan. Kenapa Ren? Emang ada hubungannya sama misi yang sekarang?" tanya Sabila penasaran.

"Saya..." jawab Renner.

"....Nggak bisa ngasih tahu. Tapi ini ada hubungannya sama Tama, berarti? Kan dia yang ngasih artikel itu?" potong Sabila.

Renner menghela nafasnya, ia bisa mendengar rasa penasaran sekaligus kekesalan dari Sabila, tapi ia hanya bisa menjawab, "Saya masih nggak yakin hubungan jelasnya apa."

"Aku boleh kesana? Sekalian kan main ke Tanah Merah." tanya Sabila.

Renner juga baru sadar, lokasi ini cukup berbahaya karena berada di pemukiman padat penduduk, belum lagi ada panti asuhan. Ia berharap kalaupun muncul, Phyton tidak membawa senjatanya.

"Ngaco. Ya nggak boleh, lah." jawab Renner cepat.

"Galak."

"Ya, sekarang saya tanya, kalo kamu lagi di ruang operasi, emang saya boleh masuk?" tanya Renner.

"Enggak sih.." balas Sabila.

"Ya udah. Sama."

"Yaudah sih, nggak usah ketus juga." ucap Sabila kecewa.

"Eh- maaf. Saya belum tidur semaleman, Pak Dewa minta update tiap 8 jam, jadi non-stop kerja dari kemarin." jelas Renner dengan nada lebih lembut.

Sabila terdiam. Ia lupa bahwa ada profesi Renner juga tidak kalah sibuk. Shift 12 dan kadang 24 jamnya Sabila jadi tidak ada apa-apanya dibandingkan pekerjaan Renner yang bisa menuntutnya menyelesaikan kasus hingga berhari-hari.

"Kalo tidurnya dikit, minum vitamin ya, Ren." ucap Sabila mengingatkan.

Dokter pribadi emang. Batin Renner.

"Iya. Saya kabarin lagi nanti. Hari ini beneran ke lapangan."

"Makasih ya, udah nepatin janji buat nelfon. Stay safe. Semoga lancar hari ini." tutup Sabila.

⏳⏳⏳

Seusai panggilan telepon itu, Team Shadow tengah sibuk mempersiapkan diri sebelum meluncur ke TKP. Ruangan komando penuh dengan konsentrasi mereka, dengan Renner yang memimpin briefing terakhir untuk memberikan update terakhir dan strategi yang akan diterapkan di lapangan.

Paul, ahli taktik lapangan, sedang merinci rencana tindakan dengan menggunakan peta dan model miniatur TKP di atas meja. Dia menjelaskan dengan detil bagaimana tim harus dibagi, bergerak, dan mengeksekusi tugas mereka secara koordinatif. Sementara itu, Syarla tengah memeriksa dan memastikan bahwa peralatan khusus dan teknologi yang diperlukan untuk misi tersebut berfungsi dengan baik. Danil, yang terampil dengan senjata, memeriksa kelengkapan dan keandalan senjata api yang akan digunakan, sementara Iqbal memastikan peralatan elektronik dan komunikasi dalam keadaan optimal.

Setelah melakukan ritual doanya seperti biasa, Team Shadow bersiap berangkat ke TKP.

Two Worlds Colliding [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang