Bab 20: Update

9.6K 657 17
                                    

Esok harinya, Team Shadow memulai meetingnya dari pagi buta. Dari jam 6 Renner sudah minta timnya untuk berkumpul.

"Gimana? Update masing-masing." titah Renner.

"Kita dapet hit buat Eagle Bang. Syarla udah berhasil kumpulin bukti-bukti bahwa Eagle itu mendanai sekaligus dapet profit dari operasinya Falcon dan Phyton." ucap Syarla bersemangat.

"Beneran? Great job Syar." puji Renner, ia melayangkan high-five. Syarla tersenyum puas.

"Gua dapet intel lapangan tentang lokasi shipment mereka. Kabarnya Eagle dan Falcon bakal ketemu, lokasinya gampang diakses, kayaknya mereka buru-buru deh. Tapi good news buat kita, jadi bisa bungkus sekaligus!" lapor Iqbal yang tak kalah semangat.

"Gue udah urus semua surat penangkapan sama kejaksaan. Agak susah dapet embargonya tapi udah beres. Gue juga udah siapin Brimob kalo perlu." jelas Danil.

"Wih. Hebat. Pake alesan apa lo?" kagum Paul, karena ia tahu betapa sulitnya mendapatkan hal tersebut tanpa menyebutkan detail-detail sensitif dari misi mereka.

"Biasalah. Kalo amalnya banyak mah dilancarkan." pamer Danil.

"Ah palingan lo dimintain tolong mereka buat ngelakuin sesuatu kan? Pantesan julukan lo PU, Pembantu Umum." ledek Paul kali ini.

"Paul.." tegur Renner. "Kalo dia nggak bantuin mereka, tim kita ini nggak ketolong, tau? Next time, jangan sampe gua suruh lu yang jalan."

"Mampus." timpal Danil.

"Yaudah update lo apa." tanya Renner ke Paul.

"Gue udah kumpulin semua intel di Eagle dan Falcon. Jadi nanti pas Hari H kita pasang kamera di jas-nya Eagle lewat langganan drycleaner-nya dia. Kenapa pake jas? Karena hari itu dia bakal ke conference. Abis dari acara dia itu langsung ke tempat shipment. Sementara Falcon jadwalnya hari itu bakal di kantor seharian sampe harus ketemu Eagle." jelas Paul, mereka semua mengangguk.

"Oh, iya. Sama, gua udah sweeping tuh RS Medika udah aman ya. Hari ini gua bantuin Syarla buat ngecek HP Sabila." lanjutnya.

"Update tentang Tama gimana?" tanya Paul gantian.

"Gue udah kasih potongan koran itu ke forensic lab buat di tes darahnya. Gue minta Anggis buat percepat hasilnya. Yang keluar nama depannya doang, Pratama. Tapi sama, di gua datanya classified. Di credentials-nya Anggis malah ditulis udah meninggal." jelas Renner.

"Hah? Tapi berarti dia beneran polisi, Bang?" tanya Iqbal.

"100%. Dugaan gua sih undercover. Biasanya gitu kalo beda-beda hasil di database. Cuma hari ini gue bakal cek ke Pak Dewa buat pastiin." jawab Renner.

"Bang, undercover macem mana yang dilabel udah meninggal? Penting banget dong?" tanya Danil.

Memang, di kepolisian, jika seorang polisi masuk ke misi penyamaran, biasanya data mereka dihapus atau tidak muncul. Hanya beberapa orang seperti Renner dan petinggi polisi lain yang bisa melihat bahwa datanya classified. Jika dilabel meninggal, berarti biasanya misi undercover-nya dalam waktu yang panjang dan misi mereka sangat penting.

Renner mencerna kembali kata-kata Danil. Kalau penting berarti...

"Kapan kita jalan?" tanya Renner.

"Minggu depan Ren, Selasa tanggal 7 itu tanggal meeting Falcon dan Eagle." jawab Paul.

"Orang-orang Phyton bakalan standby kan?" tanya Renner lagi.

"Iya."

"Berarti...Kayaknya Tama, deep cover jadi orangnya Phyton. Dan dia minta nggak dibunuh di misi kita." Danil menyimpulkan, Renner mengangguk.

"Kemungkinan besar sih gitu. Jadi Nil, gatau gimana caranya, tapi kalo sampe ada tembak-tembakan, lo mesti brief Brimob buat nggak bunuh Tama, tanpa ngasih tau dia siapa." perintah Renner, Danil hanya mengerjapkan mata, mencerna permintaan yang hampir tidak mungkin dari ketuanya itu.

"Bal, gue mau tau semua info tentang gudangnya mereka. Exit doornya, security camera, personnel, logistik, semua. Pokoknya lo harus lebih tau dari kepala security gudang itu." lanjut Renner, Iqbal mengangguk dan mencatat semua perkataan Renner.

"Syar, tap-in ke semua comms mereka, cari tau tugas Tama apa di tim Phyton." ujar Renner. Syarla menunjukkan jempolnya tanda mengerti.

"Paul, cari tau misinya Tama apa di kepolisian. Jangan sampe kita malah masuk perangkap yang salah." ucap Renner.

"Ren, itu tugas lo. Kalo lo lupa, gua gapunya clearance, dan gua gak deket sama Pak Dewa." balas Paul.

"Oh iya. Gua maksudnya. Hehe." Renner mengusap kepalanya, "Lo...pastiin aja Sabila gak dikaitin sama misi ini. Gua udah pusing jelasinnya ke dia, semuanya harus dirahasiain."

"Nikahin aja, Bang. Kalo udah nikah kan boleh nggak rahasia-rahasiaan." celetuk Iqbal asal.

"Nah! Syarla setuju!!" pekik Syarla.

Renner menggulung dokumen yang ia pegang, dan mementung kepala Iqbal dan Syarla bergantian.

"Aduh!!" "Ampun Bang!" teriak mereka.

"Bocil-bocil ni kalo ngomong emang nggak ada yang bener."

Sambil bergerak keluar ruangan, Danil berkata pelan, "Yah menurut gua itu ide bagus sih."

Renner menoleh, tapi Danil sudah menutup pintu ruangan dan menghilang. Iqbal dan Syarla hanya bisa tertawa renyah melihatnya. 

Two Worlds Colliding [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang