Bab 49: Gelap

7.4K 617 67
                                    

Sepeninggalan Renner, Sabila langsung menelpon Danil.
Untungnya, langsung diangkat.

"Danil, Renner, Code 13. Lacak HP." sahut Sabila terbata. Mencoba mengingat apa yang Renner instruksikan tapi malah kata-katanya tidak masuk akal.

Danil yang sedikit bingung di ujung telepon, terdiam sebentar, akhirnya bertanya, "Dia ada sebut Geng Inferno?" tanya Danil.

"I-iya." jawab Sabila.

"Oke." sahut Danil.

"Nil?"

"Ya?"

"Bawa mereka balik ya."

"Pasti." tutup Danil.

Danil yang sedang dalam perjalanan pulang dari kantor, memutar balik mobilnya dan langsung menancap gas. Ia lalu menelpon Paul, tanpa memberikan penjelasan panjang, meminta Paul untuk mengumpulkan timnya dan menyusulnya ke tempat di mana Renner berada.

⏳⏳⏳

Dalam perjalanan, Renner hanya bisa merutuki dirinya yang tidak cerita ke Sabila mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Memang bukan sepenuhnya salah dia. Ini semua protokol kantor. Tapi, kalau Sam mati gara-gara narkoba yang ia supply, rasanya ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.

Namun yang masih membuat Renner bingung, kenapa Sam meminta barang-barang ini off the book? Renner sempat menanyakan ini, tapi Sam bilang ia masih tidak yakin dan akan memberitahunya ketika ia punya cukup bukti.

Sebenarnya hanya ada dua kemungkinan, antara Bang Ali terlibat dalam operasi Geng Inferno, atau Sam yang terlibat. Tapi kalau Renner harus bertaruh, taruhan dia ada di Bang Ali. Rasanya tidak mungkin Sam terlibat, apalagi ia sendiri yang minta diantar ke rehab.

Tak lama, HPnya berdering.

Caller ID.
Danil.

"Otw langsung ke tempat Sam. Daerah Angke. Ikutin GPS gua." sahut Renner tanpa basa-basi. Ia sendiri sudah tahu lokasinya karena pernah mengantar barang ke sana.

"Ini udah di jalan. Ren, tunggu gua ya. Jangan langsung masuk sendiri." ucap Danil, nadanya setengah memerintah.

"Nil. Dia hampir OD. Kita yang selama ini ngasih barang itu...dia pasti dipaksa make." nada Renner mengecil.

"Ren, bukan salah kita. Dan juga, bukan salah lo." ujar Danil singkat, ia tahu kemana arah pikiran ketua timnya itu.

"Buruan aja deh." ucap Renner, ia kemudian menutup telponnya.

⏳⏳⏳

Sesampainya di sana, Renner bergegas turun dari mobil dan memasuki rumah kontrakan itu, tak menghiraukan apa yang Danil katakan di telepon. Ketika membuka pintu, ia menemukan Sam telah tergeletak di sofa ruang tengah. Renner segera berlari dan menghampirinya. Sam sudah tak berdaya, badannya setengah biru, dan ia kesulitan bernafas.

"Sam... bangun Sam." ucap Renner sambil menepuk pipinya.

"..." Sam mencoba menjawab tapi lidahnya kelu.

Renner kemudian mengambil suntikan Narcan dari tasnya, mengisi cairan, dan bersiap menginjeksi itu ke lengan Sam. Tapi, terdengar suara gaduh dari luar.

"Tenang aja, Tama udah gua keluarin, ngumpet di rehab ternyata. Udah gua paksa make lagi kok tadi siang." suara itu sayup-sayup terdengar dan makin jelas.

Sial. Ini pasti Geng Inferno.

Renner buru-buru memasukkan kembali suntikan yang sudah terisi itu dan ia sembunyikan di bawah sofa. Sayangnya, belum sempat Renner bersembunyi, pintu depan telah terbuka. Muncul dua pria berpakaian cukup berantakan.

Two Worlds Colliding [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang