Jam 5 pagi Renner terbangun. Suster Rini baru mengganti infusnya. Renner membolak-balik laporan kantornya. Meneliti tiap detail mengenai Phyton dan Falcon. Belum ada informasi baru. Baru setengah jam, ia sudah bosan dengan kegiatannya.
Ia berniat untuk jalan pagi dan menghirup udara segar meski hanya dari taman RS. Tak sengaja, ia melewati lagi lorong IGD. Sabila, Ega, dan Anna, serta beberapa suster jaga masih berkutat dengan pekerjaannya. Si pemuda asam lambung juga masih ada di brankar IGD terlelap dalam tidurnya.
Renner memutar tiang infusnya menyusuri taman, kemudian setelah sekitar satu jam, ia kembali ke kamar.
"Loh Dok? Udah lama?" tanya Renner yang terkejut menemui Sabila di kamarnya.
"Eh- engga, baru lima menit. Suster Rini bilang kamu jalan ke taman sebentar."
"Iya, saya nggak biasa kebanyakan tidur. Tadi udah ganti infus kok." jelas Renner.
"Saya cuma mau check-up sebentar, karena shift saya mau abis. Jadi sebelum pulang saya mau cek dulu."
"Oh, jaga malem ya Dok kemarin?"
"Iya. Sebenarnya lebih ke jaga siang-malem sih, namanya dokter IGD." jawab Sabila tertawa, sembari mengambil tensimeter, senter, dan stetoskop.
"Tiap hari masuk, nggak ada libur?" tanya Renner kali ini. Ia sungguh tak tahu menahu perkara jadwal kerja dokter.
"Libur biasanya kalo abis shift panjang. Saya lagi gantiin jadi Kepala IGD juga, jadi rasanya masuk terus. Gitu deh, susah dijelasin, tapi ada liburnya." jelas Sabila.
Renner mengangguk, mencoba mengerti.
"Jadi, pagi ini dokter libur, terus masuk lagi...malem?" tanyanya.
"Nah, enggak. Masuk lagi siang nanti jam 2, sampe jam 10. Baru deh 'libur' 24 jam. Jaga malem baru malem berikutnya. Masuk jam 8 malem sampe pagi. Tapi anyway saya on-call. Kalo ada apa-apa saya pasti dateng. Rumah deket." jawab Sabila.
Renner mengangguk lagi.
"Ini jahitannya udah oke kok. Tensi kamu bagus juga. Jalan-jalan gapapa asal pelan dan perutnya jangan sering ditekuk-tekuk. Kalo bosen...mungkin main iPad atau nonton film aja?"
"Pegel di kasur terus, Dok." jawab Renner, "Olahraga boleh nggak?"
"Lari atau jogging jelas enggak. Angkat beban apalagi. Upper body yang ringan, mungkin."
Olahraga upper body ringan? Apaan? Main bekel? Bakal mati bosen gua. Batin Renner.
"Saya balik dulu ya." pamit Sabila.
⏳⏳⏳
Setelah tidur, makan siang, dan mandi, Sabila bersiap kembali menuju Rumah Sakit. Tak sengaja, ia bertemu dengan adiknya di ruang tengah, "Nab? Tumben siang di rumah?"
"Kakak yang tumben. Aku hari ini ada event malem. Ini barusan balik dari photoshoot yang jam 11 tadi. Udah makan Kak?" tanya Nabila.
"Udah..Shiftku masih sejam lagi sih, bisa ngaso dulu nih sekarang." jawabnya.
"Eh...Aku boleh ikut main nggak? Pengen liat Kapten Renner, beneran ih jadi penasaran secakep apa dia." usul Nabila dengan mata berbinar.
"Nab apa sih genit banget. Tau kan policy VVIP pasienku kayak apa." jawab Sabila.
"Yah... yaudah aku gak usah ke VVIP tapi boleh dong main aja? Ketemu Kak Ega atau Kak Anna. Kubawain jajan deh mereka." tutur Nabila dengan nada kecewa.
"Bolehlah kalo itu. Eh tapi, Si Renner mulai bosen di RS...kubawain apa ya? Dia bukan tipe yang doyan Netflix atau main HP gitu deh."
"Buku TTS aja Kak? Apa buku warnain? Dulu talentku yang bosen nunggu pemotretan suka ada yang bawa. Dia juga gasuka main HP." usul Nabila.
"Buku TTS ide bagus sih. Kayaknya ada yang jual di kios deket RS. Yaudah yuk siap-siap terus jalan. Mau mampir beli jajan dulu kan buat temen-temen IGD." ajak Sabila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Worlds Colliding [Terbit]
БоевикRenner dan Sabila, dua orang dengan profesi berbeda yang menguras tenaga- seorang AKP dan dokter emergensi, bertemu dalam sebuah keadaan yang membuat mereka jatuh cinta...atau tidak? 🍣