Serenity (01)

3.1K 242 8
                                    

Benaya melonggarkan dasi yang mencekik lehernya sejak tadi pagi. Seharian ini pikirannya tidak bisa diajak bekerja sama, sebab hatinya tengah merasa hampa sejak kabar tidak mengenakkan ia terima tempo hari. Benaya belum memberikan kabar kepada keluarga besarnya tentang penghianatan yang dilakukan oleh calon tunangannya itu, walaupun Benaya sendiri enggan apabila calon tunangannya datang dan meminta maaf sekalipun, ia tidak akan menerima permintaan maaf itu.

Memasuki kamar apartemennya yang sudah tiga hari yang lalu tidak ia bersihkan karena ia tidak pulang ke apartemen, melainkan ke hotel yang terletak tidak jauh dari kantornya. Ia malas berkendara cukup jauh dengan kemacetan yang tidak bisa dihindari ketika pulang kerja, apalagi kantor tengah sibuk-sibuknya karena pesawat yang dipesan sebentar lagi akan sampai di tanah air.

Ketika masuk ke dalam kamar, matanya langsung mendapati lembaran uang yang tercecer di lantai dekat kasur. Benaya terdiam melihat uang tersebut, karena seingatnya uang itu ia berikan kepada wanita yang ia pesan tempo lalu, suatu kebiasaan buruknya meredakan emosi dengan menyewa seorang wanita. Benaya punguti lembaran uang itu karena sungguh menganggu pemandangan. Di lembaran uang tersebut terdapat kertas lain yang terlipat berwarna putih kontras dengan lembaran uang yang berwarna merah.

Benaya buka kertas itu, ia penasaran. Seingatnya ia tidak sembarangan meletakkan catatan penting walau hanya selembar kertas, ia suka kerapian. Mata Benaya menyipit membaca deretan kata pada kertas putih itu. Darah dalam tubuhnya terasa membeludak membuat jantungnya bekerja lebih cepat. Benaya baru menyadari bahwa yang ia lakukan tempo hari adalah kesalahan besar. Mengusir seorang gadis setelah memberikan uang bayaran, tanpa perduli dengan apa yang ingin gadis itu katakan. Kalimat yang gadis itu tulis membuat hatinya terasa diremas oleh tangan tak kasat mata.

"Jika Anda menemukan kertas ini dan berniat membacanya, saya berdoa untuk Anda. Jika nanti Anda memiliki anak seorang perempuan, saya harap anak Anda tidak merasakan apa yang saya alami. Mungkin dan saya harap tidak terjadi, kalau suatu saat ada janin di dalam Rahim saya, Anda tenang saja, saya tidak akan mencari Anda untu meminta pertanggungjawaban."

Dengan penampilannya yang hanya menggunakan kemeja putih agak berantakan tidak Benaya hiraukan, ia langsung pergi menuju bar di mana ia bertemu dengan gadis yang ia bawa itu. Butuh waktu cukup lama untuk Benaya sampai ke sana, hujan cukup deras membuat laju kendaraan tidak bisa secepat biasanya. Sesampainya Benaya langsung mendatangi bartender untuk menanyakan informasi tentang gadis yang ia bawa, simpel saja, gadis itu tampak mabuk di depan bartender, dan lumayan liar. Salahkan saja sekretarisnya mengatakan wanita untuknya di dekat bartender.

"Mau minum apa, Kak?" Tawar sang bartender ramah.

Benaya menelisik sang bartender, apa dia shift jam tengah malam? Pikir Benaya.

"Apa bisa saya berbicara dengan bartender yang shift tengah malam pada hari rabu tempo hari?" Bartender itu terdiam tampak berpikir. Benaya memasang ekspresi datar karena tidak suka dengan keterdiaman sang bartender, lama.

"Saya tanyakan terlebih dahulu." Jawabnya gelagapan. "Dia sebentar lagi sampai, Kak. Tunggu sebentar, ya."

Benaya hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia tetap duduk di depan bartender tanpa memesan apa pun, tidak ingin, ia hanya ingin cepat menanyakan gadis yang membuatnya merasa bersalah. Sekitar lima belas menit menunggu, seorang laki-laki yang ia ingat wajahnya datang menghampiri dengan raut kebingungan.

"Permisi, Kak, mencari saya?"

"Siapa gadis yang terlihat mabuk yang saya bawa pada hari rabu yang lalu? Apa Anda kenal atau dia bekerja di sini? Kalau tidak bisa mengingatnya tolong cek CCTV sekitar jam sebelas malam." Tanya Benaya tidak sabaran.

"Oh!" Ia bersorak mengingat sedikit kegaduhan yang terjadi pada tengah malam itu. "Saya ingat. Ada wanita yang datang menanyakan temannya yang memang tidak pergi-pergi dari meja bartender. Sepertinya memang Kakak yang membawanya. Atas pertanyaan Kakak tetang gadis itu, dia bukan pekerja di sini." Jelasnya. "Jika masih ingin melihat CCTV, coba saya izin dulu."

Serenity Killian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang