Serenity (21)

1.1K 117 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^^^^^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


^^^^^^

"Chat sama siapa kamu senyum-senyum begitu?" Tanya Soraya sensi. Pokoknya dia sudah menaruh curiga sejak Alden akrab dengan musuh-musuhnya.

"Sama mama." Bohong, Alden tidak mungkin mengatakan jika itu Brianna, bisa jadi macan nanti pacarnya itu.

"Oh."

"Ada lagi yang mau dibeli tidak?"

"Sudah semua. Takut kamu telat kalau mampir lagi." Timbal Soraya. Karena di rumahnya sepi, ia juga malas jika makan sendiri, jadilah dia membeli sarapan di luar, sekalian Alden mengantarnya pagi ini.

Alden menjalankan mobilnya, jalan sudah cukup padat walaupun mereka pergi cukup pagi, takutnya malah Alden yang telat karena kantornya dengan Soraya berjarak cukup jauh.

"Kamu jangan terlalu akrab dengan mereka, nanti kamu ikut pengaruh buruk lagi."

"Mereka siapa?" Tanya Alden bingung.

"Siapa lagi kalau bukan Brianna dan teman-temannya. Ku lihat-lihat kamu akrab dengan mereka."

Mendengar nama Brianna membuat Alden semangat. Pasalnya ia sudah sibuk mencari topik apa yang bisa tersangkut dengan Brianna tanpa disengaja, soalnya pacarannya ini tidak menutup-nutupi rasa tidak sukanya dengan Brianna dihadapannya. "Kenapa begitu? Bukannya Brianna bagian dari keluarga Harry, ya?" Alden tahu ini dari mamanya.

Soraya mendengus kesal, "dia itu hanya anak adopsi, tidak pantas disebut bagian dari keluarga Harry lagi. Selama ini juga dia selalu meracuni paman dan tanteku, keluarga kami tidak terlalu akur karenanya."

"Hah?" Alden terkejut, jelas. Tidak menyangka dia kalau Soraya segamblang ini mengatakan tentang keluarganya.

"Aku tidak tahu dia menggunakan apa selama ini, sampai dia selalu mendapatkan keberuntungan. Setelah paman dan tanteku meninggal, dia dilindungi oleh kedua temannya yang kaya dan bersifat sama seperti Brianna. Lalu sekarang dia menikah dengan pria kaya, sungguh tidak dipercaya." Soraya terus mengoceh tidak tahan dengan rasa kesalnya. Makanan yang ia beli saja tidak menarik lagi dimatanya, segala hal menyangkut Brianna membuka emosinya tidak stabil.

"Kalau boleh tahu kemana anak kandung pamanmu?"

"Pamanku kurang sehat sehingga diusia pernikahan mereka yang hampir 10 tahun belum memiliki keturunan, akhirnya mereka mengadopsi karena sudah putus asa. Jadilah seperti sekarang."

"Begitu ya." Alden bingung mau merespon seperti apa. Tapi kenyataan ini bisa saja menjadi petunjuk untuk keluarganya.

Selain itu, Alden merasa banyak kejanggalan dari keluarga Soraya, yang paling membuatnya bingung tentang teror bulan lalu. Setelah kejadian malam itu tidak ada kehebohan yang terjadi, padahal ada orang terbunuh, kok mereka tenang-tenang saja? Soraya juga tidak membahas lagi tentang kejadian itu. Alden jadi bingung untuk melaporkan ke pihak kepolisian.

^^^^^^

Setelah 3 hari mereka menikmati masa liburan di perumahan cantik dan nyaman itu, siang ini keduanya harus rela untuk pergi dan kembali ke rumah. Sebenarnya yang paling tidak rela tentu saja Brianna. Wanita hamil itu teringat apa yang dia lakukan selama di sini.

Pagi hari berjalan santai mengitari luasnya lokasi perumahan sambil mengobrol bersama Benaya, siangnya mereka masak sambil memandangi perkebunan belakang rumah yang ternyata ada pintu yang langsung mengarah ke kebun mini itu, lalu sorenya duduk di teras memandangi halaman cantik sambil minum teh.

"Kenapa duduk di tangga?" Benaya datang dengan plastik berisikan roti pesanan Brianna. Tadi saat ke sana rotinya habis, Benaya minta kabari jika sudah tersedia lagi, jadilah dia pergi sendiri membiarkan Brianna istirahat. Eh malah orangnya duduk santai di tangga. Oh ya, tadi di minimarket Benaya juga bertemu dengan karyawan di kantor perumahan ini, dan dia mendapatkan banyak informasi.

"Saya masih mau merasakan udara segarnya daerah ini. Soalnya nanti belum tentu bisa ke sini lagi." Kata Brianna mendeskripsikan rasa gundahnya. Yang mana membuat Benaya semakin nekat ingin membeli salah satu unit di sini.

"Makanya kita beli saja satu unit di sini. Kata karyawan yang bertemu saya tadi halaman dengan rumput rapi ini boleh ditanami lagi sesuai keinginan, tapi kalau mau membangun sesuatu mereka menerapkan sistem sewa, soalnya yang menjadi hak kita itu bangunan rumah serta tanah sesuai dengan batasnya, dan lebih tanahnya juga cukup luas, kan."

"Alden tadi juga menawari rumah ini. Tapi harganya itu dia bilang tidak sampai setengah triliun. Kenapa dia sampai mengatakan triliun, bukan milyar saja? Apa tanah di sini semahal itu? Biaya perawatan juga 1,5 juta. Saya suka, tapi ini mahal."

"Harganya hanya beberapa milyar kok, tidak sampai triliun, tidak masuk akal jika triliun, Siren. Harga termurahnya 900 juta, hanya tanah dan bangunan di atasnya saja, juga tanpa furniture dan keindahan taman mini cantik ini juga. Kamu lihat kan furniture di dalam sana kwalitasnya bagus, lalu bahan bangunan ini berkualitas tinggi, semua masuk hitungan."

"Serius bisa 900 juta?" Semangat Brianna kalau begini. Benaya mengangguk yakin. "Bisa KPR tidak?"

"Tidak bisa." Kata Benaya cepat. "Kalaupun bisa saya tidak mau KPR. Saya mau terima beres dengan semua fasilitas yang mereka tawarkan. Kalau saya suka mengkoleksi properti, sudah saya beli semua tempat strategis dan menguntungkan seperti ini. Sayangnya saya hanya tertarik dengan pesawat, atau mungkin nanti."

Kebahagiaan yang Brianna rasanya berkurang drastis. Padahal 900 juta itu sudah cukup mahal, masa cuma dapat pas-pasan?

"Sudah, jangan banyak pikiran. Rumah ini tidak seberapa kan dengan di Serenity Residence. Paling semuanya 1,5."

^^^^^^

Siangnya mereka sudah siap pergi dari sana, sudah ada karyawan wanita yang mereka temuin 3 hari yang lalu. Mereka bertiga berbincang sebentar sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan perumahan itu.

"Halo, Pak."

"Tolong cari apa pun yang mungkin tertinggal. Bagus lagi jika itu helaian rambutnya atau kuku juga boleh. Tapi jika memang tidak ada ya sudah, jangan buang-buang waktu kamu."

"Baik, Pak. Saya tutup dulu telponnya kalau begitu."

"Silahkan."

^^^^^^

Note

Di rumah lagi riweh jadi agak lamban update + gak bisa banyak-banyak.

Serenity Killian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang