Serenity (37)

672 73 5
                                    

Rupanya perkataan Alden tempo hari bukan hanya bualan semata, karena pagi ini di ruang makan keluarga Emery, Alden langsung berkata kepada kepala keluarga kalau dia ingin segera menikahi Tasya. Tentu reaksi dari anggota keluarga lain terkejut kecuali Jemima yang ditarik Renjun untuk ikut sarapan.

"Mau menikahi anak gadis orang setelah pacar mu masuk RSJ. Jangan jadikan gadis tidak bersalah menjadi pelampiasan, Mama tidak suka cara seperti itu."

"Aku serius, Ma."

"Beri Mama alasan atas keinginan kamu."

"Karena aku suka dia." Jawab Alden sesingkat mungkin.

Ethan sama Renjun saling tatap. Merasa aneh sendiri dengan tingkah si anak tengah itu.

"Itu anak dari keluarga Anna juga ya, Al. Jangan sampai Anna yang masuk kartu keluarga dan kamu yang keluar."

"Aku tidak akan mengecewakan, Mama tenang saja." Timbal Alden dengan yakin. Pokoknya bagaimanapun caranya apa yang diinginkannya harus terwujud.

"Kamu bilang suka sama Tasya semudah itu setelah seperti cinta mati dengan Soraya, itu bagaimana ceritanya?"

Alden melirik kakaknya, dalam hati bertanya-tanya dari mana kakaknya itu bisa mengartikan dirinya cinta mati dengan Soraya, mencurigakan memang.

"Aku dengan Soraya sudah biasa saja setelah mengetahui kelakuannya. Untuk apa mempertahankan hubungan jika sudah terlihat tidak sehat? Aku hanya berperan membuat dia sedikit sadar, cintaku padanya tidak segila itu kok."

Ethan memperhatikan gelagat putranya yang memang patut dicurigai. "Nanti ngobrol sama Papa sebentar."

"Sudah, lanjut ngobrol nanti lagi." Interupsi Anneliese. "Lihat tuh menantu Mama sudah kelaparan begitu."

Jemima yang dari tadi jadi penonton tentu saja gelagapan menjadi pusat perhatian keluarga calon mertuanya.

^^^^^^

"Jadi?" Sebelum pergi ke kantor Ethan mengajak Alden ke ruang kerjanya.

"Seperti yang aku katakan tadi. Aku ingin menikahi Tasya."

"Menikah itu bukan perkara main-main seperti pacaran. Pastikan dulu perasaan kamu apa benar kamu mencintai Tasya, setelahnya pasti juga perasaan Tasya. Apabila kalian berdua sama-sama saling cinta, baru kalian boleh menikah."

"Aku serius mencintai Tasya, Pa. Kalau main-main tidak mungkin aku menyimpan rasa suka ku selama setahun ini."

Ethan mengerutkan alisnya bingung, "setahun?"

Alden tersenyum tipis melihat raut kebingungan papanya. "Papa pikir kenapa aku tetap bersama dengan Soraya setelah apa yang dilakukan dia dan keluarganya terhadap adik?"

"Mereka merencanakan sesuatu?" Tebak Ethan.

"Orang seperti mereka tidak mungkin diam saja setelah melihat musuh mereka semakin menjadi ancaman. Ya walaupun pekerjaan ku tidak terlalu berat karena mereka sekeluarga bodoh. Terlalu meremehkan, tapi otak mereka tidak berfungsi dengan baik. Aku memutuskan untuk menikahi Tasya karena Anna sama Diana sudah menikah, dan keluarga Soraya sudah diatasi sama Anna, lalu apa alasan aku untuk menunda lagi?"

Sepanjang mendengarkan penjelasan Alden, Ethan terus perhatikan Alden. Dia sangat mengenal anak-anaknya, dan Alden tidak terlihat sedang berbohong saat ini. Lagipula Tasya bukan wanita yang buruk, gadis itu sangat sempurna untuk putranya. Apalagi dia sudah mengenal baik keluarga Tasya, karena itu dia tidak ada alasan untuk melarang keinginan Alden.

"Kamu boleh menikah asalkan kakakmu sudah menikah."

Mata Alden membulat sempurna. Dia yang semula duduk sok tenang padahal dalam hati dia gugup takut tidak direstui, kini buru-buru pamit keluar dari ruang kerja papanya sembari berteriak, "kak Renjun harus menikah bulan ini juga! Aku tidak mau tahu pokoknya!"

Serenity Killian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang