Serenity (14)

1.1K 151 11
                                    

Pagi ini Brianna ke kantor sesuai dengan jadwalnya. Walaupun sempat berdebat dengan Diana agar ia mengambil cuti dulu, tapi Brianna tidak setuju, menurutnya dia sudah sangat sehat kok. Lagipula 2 bulan lagi masa kontraknya selesai, setelahnya susah untuk bertemu rekan kerjanya lagi. Walaupun misalkan ada tawaran perpanjangan kontrak, sepertinya dia juga tidak bisa ambil, perutnya akan kian membesar nantinya.

"Susunya ini ketinggalan, Siren."

"Iya, ya." Brianna urung menutup pintu mobil. Jadi pagi ini dia diantar oleh Benaya karena kedua sahabatnya itu bahkan sudah pergi pagi buta.

"Kalau sudah pulang kabari saja, ya. Jangan naik taksi online pokoknya."

"Iya, Kak." Brianna mengambil botol minum yang berisi susu ibu hamil itu dari tangan Benaya. "Hati-hati di jalan." Kata Brianna sebelum menutup pintu mobil.

Seperti biasa Brianna menunggu sampai mobil itu tidak terlihat lagi baru masuk ke dalam kantor.

"Siapa yang mengantar kamu tadi?" Si MUA yang Brianna sebut memiliki tangan ajaib ini sengaja menunggu Brianna di depan studio. Mata sipitnya tadi mendapati Brianna keluar dari mobil yang bukan biasanya mengantar Brianna. Kalau itu kedua sahabatnya pasti ada-ada saja pergulatan atau adu mulut yang terdengar walaupun salah satunya tidak keluar dari mobil.

"Hm, siapa ya?" Brianna berpose seperti orang tengah berpikir.

"Ho .... Jangan-jangan itu pacarmu ya~"

"Mana ada." Brianna langsung menyangkal.

"Iya kah? Bagaimana kalau aku kenalkan sama sepupunya pacarku saja deh. Minimal jadi teman lah ya, An. Kamu bilang kan tidak punya teman laki-laki yang agak dekat, setidaknya ada satu saja. Tenang saja, ini anaknya baik kok. Dari keluarga dengan latar belakang tidak perlu diragukan lagi." Jelas Regina semangat.

"Kamu terdengar seperti anak marketing." Timbal Brianna. "Sekarang mana ada sih hanya teman, ujung-ujungnya menyimpan perasaan. Aku sedang malas mengurusi percintaan."

"Hehehe ...." Regina tertawa pelan. "Sejujurnya dia baru saja putus cinta sih. Siapa tahu setelah kalian kenal entah kamu atau dia nyaman."

Brianna menyipitkan matanya. "Yah, jadi pelampiasan dong nanti."

"Kurasa sih tidak. Dia bukan tipe orang yang hanya mengandalkan perasaan tanpa otak, dia orangnya rasional kok."

"Hm, begitu ya. Memangnya dia mau sama janda anak satu?"

"Hah?" Regina syok mendengar kata janda anak satu. Sejak kapan Brianna menikah dan jadi janda?!

Brianna tertawa puas melihat wajah Regina tampak sangat lucu dimatanya. "Bercanda, Gin, jangan dibawa serius begitu." Kata Brianna santai. Bahkan ia meminum susu yang masih hangat itu dengan nikmat.

"Dih!" Dengus Regina kesal. "Minum apa kamu? Minta dong~ Baru aku maafkan nih."

"Tidak boleh!" Brianna langsung saja menjauhkan dari jangkauan Regina.

^^^^^^

Sore harinya Benaya menjemput Brianna setelah mendapatkan pesan dari wanita itu. Pekerjaannya yang belum selesai begitu saja Benaya limpahkan kepada Rama, tidak perduli dengan raut mendung sekretarisnya, disogok uang juga sudah balik lagi suasana hatinya.

Mereka berdua tidak langsung pulang, melainkan singgah dulu ke mall untuk belanja karena stok bahan masakan sudah menipis, serta beli susu lagi yang tinggal sedikit di rumah. Entah kenapa Brianna sepertinya suka sekali meminum susu hingga empat kotak susu bubuk di rumah sudah hampir habis kurun waktu kurang dari seminggu.

"Biskuit bayi enak lho, Kak." Celetukan Brianna menghentikan langkah Benaya. Pria itu mengikuti arah pandang Brianna ke satu rak tidak jauh dari mereka berdiri. "Bubur bayi juga enak yang rasa beras merah tuh." Brianna mendongak meminta persetujuan Benaya untuk mengambil barang yang menarik minatnya.

Serenity Killian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang