Serenity (17)

1.1K 130 10
                                    

Malamnya Brianna tidak terbangun sama sekali, sepertinya ia memang sangat kelelahan, bahkan dia baru bangun ketika jam 8 pagi. Brianna yang baru membuka matanya berdiam diri dengan pandangan kosongnya, masih berusaha mengumpulkan nyawanya. Beberapa menit kemudian barulah Brianna mendudukkan dirinya, dia ingat kok kalau sekarang ia berada di kediaman Killian, yang tidak diingatnya itu tentang kondisi Benaya, makanya dia santai-santai saja.

Makanya setelah mendapati kehadiran Benaya masuk ke dalam kamar dengan nampan ditangan Benaya, barulah kejadian semalam berputar di kepala Brianna. Mana pelipis Benaya benar saja biru kehitaman khas lebam itu membuat Brianna sedih.

"Selamat pagi, Siren." Sapa Benaya.

Pandangan Brianna mengikuti pergerakan Benaya, sedangkan tangannya sendiri Brianna tahan untuk tidak menyentuh lebam yang kontras sekali dengan kulit putih Benaya.

"Mau makan dulu apa minum susu?" Tanya Benaya setelah ia duduk di samping Brianna. 

"Saya mau ke kamar mandi."

"Boleh. Bersih-bersih saja dulu, mandinya nanti saja." Ujar Benaya. Hari ini dia memang tidak pergi ke kantor, jadi dia santai untuk menemani Brianna di rumah.

"Iya, Kak."

Selagi menunggu Brianna ke kamar mandi, Benaya bertukar pesan dengan mamanya. Yang sebenarnya terjadi mereka akan sidang hari ini, tentu saja untuk menentukan tanggal pernikahan calon pasangan orang tua muda ini. Jadi Benaya meminta mamanya yang berbicara nanti dengan Brianna agar ibu hamil itu tidak berani untuk menolak. Benaya juga sudah menceritakan kepada papa dan mama perihal niatnya untuk menikahi Brianna sebelumnya.

"Kakak sudah makan?" Tanya Brianna dengan wajahnya yang terlihat lebih segar. Brianna membawa nampan itu untuk duduk bersama Benaya di sofa.

"Saya sudah kok."

"Di mana orang rumah?" Pertanyaan yang aneh sebenarnya, jelas saja orang-orang pergi bekerja sekarang.

"Regina sama Kenzo pergi kerja, mama ada di rumah, papa sama kak Marcel ada urusan di luar sebentar."

"Oh ...." Brianna ngangguk mengerti. Kemudian ia fokus makan, karena setelah ini Brianna ingin berdiskusi tentang kejadian saat ini. Bagus lagi kalau Benaya mau diajak kerjasama untuk membiarkan dia pergi diam-diam.

"Siren, nanti tolong berikan undangan makan malam sama keluarga Diana sama Tasya, ya. Ini pesan dari mama."

"Hah?" Brianna sampai berhenti meminum susu mendengar ucapan Benaya.

"Orang tua saya ingin membicarakan tentang kita. Tapi jika kamu keberatan tidak apa-apa, tapi kamu jangan merasa bersalah jika saya  dilaporkan. Papa saya bisa dengan mudah menjebloskan saya ke penjara. Walaupun kamu yang di jadikan sebagai korban nantinya tidak menuntut saya, dengan segala alasan yang kamu punya, papa saya punya banyak cara dan kenalan untuk tetap bisa memenjarakan saya." Benaya mencoba peruntungannya untuk membujuk Brianna. Jika sudah mamanya yang bicara, mana berani Brianna untuk menyuarakan pendapatnya, jika pun bisa, Brianna tidak akan bisa menang. Contohnya Brianna dengan mudah sudah berada di kediaman Killian saat ini.

Brianna yang mendengar perkataan Benaya tersebut membuat tubuhnya membeku, ia syok. Bagaimana bisa seperti itu? Berarti dirinya bahkan tidak ada pilihan lain selain setuju. Jelas saja Brianna tidak akan membiarkan Benaya sampai dipenjara, ini bukan tentang kasus pemerkosaan.

"Sudah saya katakan untuk kamu mencoba menilai keluarga saya, bukan kemarahan yang baru saja kamu lihat, tapi dari sisi normal kehidupan sehari-hari. Apabila nanti setelah kita menikah kamu tidak nyaman dengan semua anggota keluarga saya, termasuk saya juga, saya tidak akan menahan kamu jika ingin berpisah. Hak asuh anak kita nanti tentu berada di tangan kamu, walau begitu saya tetap akan menjalankan peran saya sebagai seorang ayah. Pernikahan ini bentuk dari tanggung jawab serta menghormati kamu, dari saya dan keluarga saya."

Serenity Killian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang