Setelah dirawat semalam, dokter memperbolehkan Brianna untuk pulang. Setelahnya menebus vitamin di apotek, Brianna diantar oleh Benaya pulang ke rumahnya. Pria itu tidak pulang ke apartemennya, semalaman menemaninya di rumah sakit. Brianna tidak protes tentu saja, pria ini tampak berbeda dari yang terakhir kali.
"Kita mampir ke supermarket sebentar ya, Siren. Kita cari susu yang bagus untuk kalian."
"Huh?" Brianna memiringkan kepalanya bingung, "Siren siapa?"
Benaya melirik sekilas sebelum menjawab. "Nama kamu kan Brianna Serenity, saya panggil kamu Siren saja. Tidak apa-apa, kan?"
"Tidak apa-apa sih, asal bukan Bri saja. Seperti nama Bank BRI soalnya." Tutur Brianna tak suka.
Benaya hampir meloloskan tawanya, untung ia masih bisa menahan. Benaya pikir ibu hamil mudah sekali tersinggung, jadi ia harus ekstra hati-hati, dan lagi ia kan belum mengenal kepribadian Brianna.
"Oh ya, umur kamu berapa? Kalau saya sudah pertengahan 23 tahun. Ngomong-ngomong saya lahir di bulan agak akhir tahun." Jelas Brianna tentang tahun kelahirannya.
"Saya baru masuk 25 tahun 2 bulan yang lalu." Timbal Benaya.
"Wah, harusnya saya tidak boleh memanggil nama dong. Bagaimana kalau Bapak——"
"Jangan, saya masih muda." Potong Benaya tak terima.
"Em, kalau Om?"
"Tidak."
"Hoo .... Mas?"
Mata Benaya membulat. Panggilan itu membuat bulu kuduknya merinding. "Kamu ada keturunan Jawa?" Tanyanya memastikan.
"Mama ada darah Jawa." Timbalnya. "Kenapa, Mas?" Tanya Brianna tiba-tiba dengan panggilan Mas yang mengalihkan fokus Benaya dari jalan. Untung pagi ini jalan tidak terlalu ramai.
"Panggil kakak saja untuk sementara, Ren. Saya tidak terbiasa." Ujar Benaya.
"Iya deh." Brianna juga tidak memusingkan masalah panggilan, asal itu sopan, dia tidak masalah.
Berakhir mereka diam-diaman hingga ke tujuan mereka. Sebenarnya Brianna sibuk diteror oleh kedua sahabatnya itu menanyakan keadaannya. Pokoknya Brianna sibuk sekali menjelaskan peristiwa yang terjadi dengan Soraya kemarin lusa. Saking sibuknya Brianna bahkan lupa mengatakan kalau dia tengah hamil, bagus sekali.
"Kita ke Hypermart ya." Konfirmasi Benaya.
"Sudah sampai." Brianna menyudahi acara mengobrol dengan para sahabatnya. Ia masukkan ponselnya ke dalam tas. "Ayo masuk!" Tiba-tiba Brianna jadi semangat sekali.
Brianna saat ini menggunakan dress kuning kalem dengan aksen bunga sehingga tidak membuat dress itu terlalu polos, dan tentunya cukup longgar dibagian perut. Dress itu dibelikan oleh Benaya tadi, serta tas berwarna merah muda. Tidak usah disebut dari brand apa, Brianna pura-pura tidak melihatnya. Jangan lupakan flat shoes yang hampir senada dengan warna dress-nya. Kata Benaya tadi kamu tidak boleh menggunakan heels dulu. Ya, Brianna menggunakan heels kemarin lusa.
Mereka baru berada di bagian depan, lalu Brianna langsung memisahkan diri dari Benaya, ia tengah memburu roti yang selalu menjadi incarannya. Melihat Brianna berbelok, Benaya langsung mengikutinya. Di sana Brianna sudah sibuk mengambil roti, ia langsung memasukkan ke dalam plastik yang telah disediakan, terlihat amat sangat bahagia.
"Kak Lian mau juga tidak? Ini enak sekali lho." Kata Brianna yang masih sibuk memasukkan roti itu ke dalam plastik.
"Saya cicip saja nanti." Timbal Benaya, ia hanya sibuk memperhatikan Brianna, pun tidak protes dengan panggilan yang Brianna sematkan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenity Killian
RomanceBenaya baru menyadari bahwa yang ia lakukan tempo hari adalah kesalahan besar, mengusir seorang gadis setelah memberikan uang bayaran, tanpa melihat dan mendengar apa yang berusaha gadis itu katakan. Ternyata kebenarannya gadis yang tanpa sadar ia b...