Sore itu Kenzo menjemput kekasihnya di kantor. Sebenarnya itu bukan lah pekerjaan utama kekasihnya, hanya hobby saja, jadi diwaktu luang selagi ia tidak sibuk, jadilah kekasihnya itu bekerja di sini sebagai MUA. Ngomong-ngomong kekasihnya seorang model.
"Kita makan di luar yuk." Ajak Regina, setelah ia masuk ke dalam mobil.
"Makan di mana? Aku kangen makan sate." Kata Kenzo.
"Terserah, aku ikut saja."
Kenzo mengangguk puas. Ia segera menjalankan mobilnya keluar dari parkiran. Namun matanya menangkap sosok wanita yang sepertinya pernah ia lihat. Wanita itu sedang berbicara dengan seseorang yang ada di dalam mobil, dan mobilnya juga terasa familiar. Saking fokusnya Kenzo tidak sadar bahwa ia tidak lagi menginjak gas, sehingga mobil itu berhenti.
"Kok berhenti?" Bingung Regina. Merasa kekasihnya itu berusaha melihat sesuatu sampai menyipitkan matanya yang sudah sipit. Regina mengikuti arah pandang Kenzo.
"Siapa ya?" Gumam Kenzo. Otaknya berpikir keras untuk mengingat.
"Kalau yang kita maksud sama, dia rekan kerja ku." Ujar Regina.
Kenzo menoleh melihat kekasihnya. "Oh ya?"
"Hum." Regina mengangguk yakin. "Mobil itu seperti mobil sepupu kamu, Ken." Kata Regina lagi. Menunjuk mobil yang lebih dulu melaju dengan Brianna di dalamnya.
Mata Kenzo membulat. Ia ingat! Itukan gadis yang dicari oleh sepupunya!
"Ayo jalan, heh." Regina menepuk lengan Kenzo.
"Iya, Sayang, iya."
^^^^^^
"Tidak usah diantar sampai ke dalam kok, Pak. Saya sendiri saja. Benaya sudah di jalan kan?" Tanya Brianna memastikan.
"Iya, tuan muda mengabari saya tadi sudah di jalan. Sebentar lagi pasti sampai."
"Ya sudah. Terima kasih ya, Pak."
"Sama-sama, Non. Saya permisi dulu."
"Hati-hati di jalan, Pak."
"Pasti, Non. Bapak tinggal dulu, ya."
Brianna mengangguk. Ia menunggu sampai mobil itu tidak terlihat lagi baru dia masuk ke sebuah restoran. Brianna pernah datang ke sini, iseng mampir penasaran saja. Harga makanan di sini memang agak mengurus dompet, tapi sebanding dengan kepuasan yang didapatkan. Bagus juga selera pria itu, pikir Brianna.
"Oh siapa ini?" Seruan nada mendayu itu memasuki indera pendengaran Brianna. Dan sialnya jaraknya sangat dekat. Untung belum sampai pada meja yang di reservasi oleh Benaya. Brianna hanya melirik sekilas, sebelum melanjutkan langkah kakinya.
Grab
Tangannya ditahan membuat langkah Brianna terpaksa terhenti. Brianna menyempatkan diri mengamati keadaan resto yang tidak terlalu ramai, untung lah. Karena Brianna tidak tahu kelakuan memalukan apa yang akan terjadi, dan itu tentu saja menyeret dirinya.
"Sepertinya ikatan keluarga kita masih erat, Bri. Padahal baru kemarin kita bertemu, dan sekarang bertemu lagi." Ucapnya senang. Tidak, ia buat-buat senang, dalam arti senang mengejek Brianna. "Aku di sini sedang menunggu kekasihku, dia dari keluarga konglomerat tahu. Kau pasti iri."
Brianna memutar bola matanya malas. "Tidak tanya." Ujarnya sedikit ketus.
"Ya aku berbaik hati memberi tahu kau. Ngomong-ngomong, kau dengan siapa? Atau menunggu sugar daddy, ya?" Tebak Soraya.
"Oh jelas dong. Mana kaya raya lagi." Kata Brianna seolah tengah memamerkan orang tercintanya. "Secara aku kan cantik. Kalau kau mana mau beliau, tidak menarik." Ucap Brianna dengan menelisik penampilan Soraya tak minat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenity Killian
RomanceBenaya baru menyadari bahwa yang ia lakukan tempo hari adalah kesalahan besar, mengusir seorang gadis setelah memberikan uang bayaran, tanpa melihat dan mendengar apa yang berusaha gadis itu katakan. Ternyata kebenarannya gadis yang tanpa sadar ia b...